• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

H. Media Selektif Salmonella

Media pembenihan merupakan media yang mengandung nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di dalam skala laboratorium. Media pembenihan harus dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Suatu media harus mengandung karbon, nitrogen, sulfur, fosfor dan faktor pertumbuhan organik. Media pembenihan harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan dibiakkan, kelembaban harus cukup, pH sesuai, kadar oksigen tercukupi, media pembenihan harus steril dan tidak mengandung mikroba lain, media diinkubasi pada suhu tertentu sesuai dengan karakteristik mikrobia uji (Radji, 2010).

Media selektif yang digunakan untuk mengisolasi bakteri Salmonella adalah:

1. Selenite Broth

Selenite Broth merupakan suatu media pengkaya yang digunakan

untuk mengisolasi Salmonella yang berasal dari feses maupun produk makanan. Media ini mengandung pepton, laktosa dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Salmonella.

Salmonella dapat tumbuh baik dalam media ini, ditandai dengan adanya

kekeruhan pada media Selenite Broth (Bridson, 2006). 2. Rappaport-Vassiliadis Broth

Rappaport-Vassiliadis Broth merupakan salah satu media pengkaya

yang digunakan untuk isolasi bakteri Salmonella yang berasal dari makanan dan minuman. Media ini juga dapat digunakan untuk isolasi Salmonella yang berasal dari feses. Kandungan dari media ini adalah soya peptone, natrium klorida, potasium dihidrogen fosfat, magnesium klorida, malachite green, dan pH 5,2 (Bridson, 2006).

3. Salmonella Shigella Agar

Salmonella Shigella Agar (SSA) merupakan media selektif yang

digunakan untuk mengisolasi Salmonella dan beberapa spesies Shigella yang berasal dari specimen klinik seperti urin, darah, feses maupun yang berasal dari makanan. SSA ini mengandung pepton, laktosa, natrium sitrat, natrium tiosulfat, besi (III) sitrat, brilliant green, natural red dan bile salt. Salmonella yang tumbuh dalam media SSA merupakan koloni transparan, biasanya terdapat bintik hitam di tengah koloni tersebut (Bridson, 2006).

19

I. Identifikasi Salmonella spp.

Identifikasi Salmonella spp. merupakan serangkaian uji biokimia berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh Salmonella spp. Uji identifikasi bakteri Salmonella terdiri dari uji fermentasi gula-gula (glukosa, laktosa, manitol, maltose, sukrosa), uji sitrat, uji Sulphur Indol Motility (SIM), dan uji katalase (Soemarno, 2000).

1. Uji fermentasi gula-gula (glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan sukrosa) Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai gula-gula spesifik yang mencerminkan sifat bakteri. Fermentasi adalah proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dengan karbohidrat yang bertindak sebagai substrat. Uji fermentasi karbohidrat dilihat dari pembentukan asam yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna medium dari merah menjadi kuning dan terbentuk gas yang terjebak dalam tabung durham. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang mampu memfermentasikan gula-gula spesifik seperti glukosa, manitol dan maltose tetapi tidak dapat memfermentasikan laktosa dan sakarosa (Soemarno, 2000). 2. Uji sitrat

Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui penggunaan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi, terutama untuk bakteri gram negatif golongan Enterobacter. Uji ini menggunakan media Simmon’s Citrate Agar. Media ini merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4 sebagai sumber N, dan indicator pH Brom Thymol Blue. Warna medium akan berubah dari hijau menjadi biru dan pH akan meningkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

apabila bakteri mampu menggunakan sitrat. Bakteri Salmonella menggunakan sitrat sebagai sumber karbon yang ditunjukkan dengan perubahan warna medium dari hijau menjadi biru (Williams, 2013).

3. Uji Sulphur Indol Motility

Uji ini terdiri dari 3 parameter pengamatan, yaitu uji pembentukan sulfur (H2S), uji pembentukan indol, dan pengamatan pergerakan pertumbuhan bakteri dalam media tabung. Media yang digunakan adalah media SIM dengan kandungan Ferrous ammonium sulphate, Peptone, Tryptone, Sodium

thiosulphate, Nutrient agar. Ferrous ammonium sulphate dan Sodium

thiosulphate merupakan kandungan untuk uji sulfur, sementara kandungan

Nutrient Agar merupakan kandungan untuk uji Indol. Dalam uji Indol perlu

penambahan reagen kovacs untuk mendeteksi terbentuknya Indol (Shields, 2013).

(a) Uji sulfur. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai asam amino menjadi sulfur. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Apabila tidak terbentuk logam sulfit berwarna hitam maka hasilnya negatif. Logam sulfit berwarna hitam tidak terbentuk karena bakteri yang berada dalam medium tidak mampu menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium (Nugraheni, 2010). Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang mampu menghasilkan residu sulfur yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada medium di sepanjang bekas inokulasi (Holt, 2000).

21

(b) Uji indol. Uji ini merupakan uji untuk melihat pembentukan indol dari penguraian asam amino atau triptofan. Dalam uji indol ditambahkan reagen kovacs yang terdiri dari amyl alcohol, para-dimethylminobenzaldehyde, dan concentrated hydrochloric acid. Hasil

positif dari uji ini ditandai dengan terbentuknya warna merah pada permukaan media. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang tidak bisa membentuk indol sehingga memberikan hasil negatif pada uji ini (Radji, 2010).

(c) Uji motilitas. Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan penyebaran koloni. Kandungan Nutrient Agar semisolid dalam media SIM memungkinkan bakteri yang memiliki flagel untuk melakukan pergerakan dalam media. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang memiliki flagel peritrik sehingga akan memberikan hasil positif yang ditandai dengan adanya pertumbuhan bakteri tidak hanya di sepanjang bekas tusukan (Holt, 2000).

4. Uji katalase

Uji ini digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri uji. Bakteri yang memerlukan oksigen akan menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang beracun bagi bakteri itu sendiri. Namun bakteri tetap dapat hidup dikarenakan menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih (Reiner, 2013).

Dokumen terkait