• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media dan Teknis Produksi

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1. Media Utama

Media utama dalam perancangan tugas akhir ini adalah buku ilustrasi

Picture Story Book berjudul Fractured Fairy Tale : Timun Mas. Media utama ini berukuran 21cm X 29,7cm atau sebanding kertas ukuran A4 berdasarkan

international ISO standard. Dicetak missal menggunakan teknik cetak offset sparasi dengan media kertas yang digunakan Art Paper 210 Gram, dicetak dengan

hard cover berbahan duplex dilapisi linen hitam dilengkapi dengan jacket cover

berukuran costum 64cm X 35cm.

4.1.1. Teknis Produksi Media

-Tahap Pra produksi

Konsep

Proses pra-produksi dimulai dengan menentukan ilustrasi sesuai dengan gagasan visual serta tema literatur yang akan dibuat, yang menjadi salah satu fokus utama adalah surrealisme yang menjadi style utama yang dipilih, dan batasan untuk itu. Berapa surrealistis ilustrasi yang nantinya akan ditampilkan. Selain itu dikarenakan surrealisme lebih dekat dekat kebudayaan Eropa daripada Asia menjadi pertimbangan tersendiri, karena ilustrasi yang ditampilkan nantinya diharapkan tidak terlalu bergaya Eropa, namun dapat memberikan kesan tersendiri yang lebih lokal.

Karakterisasi visual tokoh Timun Mas khususnya, juga menjadi salah satu fokus penting, yang jadi pertimbangan utama adalah anatomi tubuh, deformasi anatomis diputuskan minimal dilakukan pada karakter Timun Mas, tokoh sentral ini dibuat paling normal berbeda dengan karakter lain dan lingkungan yang lebih surrealistis, agar menampilkan kesan juxtaposisi dan tak berhubungan, seolah karakter ini terisolir dari segala yang lain.

Story Writing

Tahap selanjutnya masuk ke bagian penulisan cerita, setelah sinopsis dan garis besar cerita dibuat, cerita kemudian di breakdown ke dalam bab-bab yang lebih spesifik dalam proses screenplaying. Pengetikan screenplay dilakukan dengan menggunakan software open source khusus untuk penulisan screenplay

atau script dan sejenisnya yaitu Celtx, untuk memudahkan dan merapihkan format ketikan.

Gambar IV.1 Printscreen Screenplay yang dibuat dengan aplikasi Celtx

- Produksi

Proses produksi dimulai dengan manual hand drawing dimana proses

sketsa, outlining, line art, dan rendering sepenuhnya dilakukan pada media tradisional, menggunakan kertas A4 70 gram dan pensil mekanik serta drawing pen. Mula-mula proses sketching awal dibuat dengan menggunakan pensil mekanik, setelah sketsa selesai Drawing pen Merk Snowman beberapa macam ketebalan 0,1. 0,3. 0,5. Yang berguna untuk gradasi ketebalan outline. Line art

yang telah ada lalu di arsir (rendering) sebagai bagian dari proses shading dan

texturing pada ilustrasi. Untuk satu halaman biasanya hanya dibutuhkan satu atau dua ilustrasi manual, tergantung kebutuhan, gambar untuk foreground atau

Gambar IV.2 ilustrasi manual

Gambar IV.3 ilustrasi manual

Setelah tahap rendering pada manual selesai, hasil ilustrasi sudah dapat dipindai dengan alat pemindai Canon Lide100 guna dipindahkan pada komputer untuk selanjutnya ilustrasi diproses secara digital dengan aplikasi desain

Photoshop CS5 Extended. Pada proses digital yang dilakukan adalah pewarnaan, pewarnaan dilakukan digital dengan minimum, ini dilakukan agar menjaga kesan

Gambar IV.4. hasil akhir ilustrasi pada media digital

Mode warna yang digunakan adalah CMYK, untuk menjaga warna tidak berubah ketika memasuki proses cetak.

Isi buku yang telah selesai dibuat kemudian dicetak menggunakan kertas

Art Paper 210 gram dengan teknis cetak offset sparasi.

4.1.2. Hard Cover

Sampul buku dibuat menggunakan hard cover yang dicetak dengan bahan dasar duplex dilapisi linen hitam, penggunaan hard cover dimaksudkan agar buku terjaga dan tahan lebih lama, selain itu menambah nilai eksklusifitas dan kolektabilitas dibandingkan dengan sampul paperback .

Desainnya dibuat minimal dengan hanya menggunakan font dan logotype

Gambar IV.5. hard cover

Ukuran : 21 X 29,7

Bahan : Duplex dilapisi linen hitam

4.1.3. Jacket Cover

Untuk sampul luar digunakan jacket cover berbahan art paper 210 gram yang dari segi utilitas berguna sebagai pelindung hard cover dari debu, juga sebagai sampul utama karena segala informasi tentang isi buku yang merupakan unsur utama pada cover seperti judul, logotype, ilustrasi sampul, hingga teaser isi cerita pada bagian belakang buku, dibuat pada media ini.

Ilustrasi pada sampul dibuat dengan proses yang sama dengan ilustrasi pada isi buku.

Gambar IV.7. Jacket Cover

Ukuran : 64 X 35

Bahan : Art Paper 210 gram, laminasi doff Teknis produksi : cetak offset sparasi

4.1.4. Wood Box Cover

Wood Box cover merupakan packing kayu yang diberikan sebagai bagian dari packaging media utama, dipilih guna memberikan kesan “klasik” dan eksklusif sekaligus menambah nilai koleksi, selain itu juga mempunyai fungsi praktikal sebagai tempat menyimpan buku yang aman, dicetak dengan teknis grafir diatas papan kayu.

Gambar IV.8. wood box cover

Ukuran : 23 X 31 Bahan : kayu albasiah

4.2 Media Promosi

Selain media utama, dibutuhkan juga media penunjang yang berfungsi sebagai media promosi produk dan media pengingat. Beberapa media promosi dan media pengingat yang dibuat diantaranya sebagai berikut.

4.2.1. Poster

Poster dicetak menggunakan teknik cetak offset sparasi menggunakan bahan kertas Matte berukuran A2, poster berguna sebagai media promosi dan kampanye promosi atau alat marketing, yang bisa dipajang di saat peluncuran buku atau di toko buku maupun sebagai bonus yang disertakan pada pembelian produk.

Gambar IV.9. poster

Ukuran : 42 X 59,4 Bahan : Kertas Matte

4.2.2. X Banner

X banner digunakan sebagai media promosi yang dapat diletakkan pada saat peluncuran buku, atau di toko-toko buku.

Gambar IV.10. X banner

Ukuran : 60 X 160 Bahan : Pvc Super hires Teknis Produksi : cetak offset

4.2.3. Flyer

Flyer dicetak menggunakan media kertas Art Paper 150 Gram dengan teknik cetak offset, dibuat sebagai media promosi.

Gambar IV.11. Flyer

Ukuran : 15 X 20

Bahan : Art Paper 150 Gram Teknis produksi : cetak offset

4.3 Gimmick dan Merchandise

Selain media utama dan media promosi, Gimmick atau Merchandise juga dibuat sebagai bonus dan bentuk apresiasi pada konsumen yang telah membeli, juga berguna sebagai media pengingat untuk pembeli akan buku Timun Mas, oleh karena itu, Gimmick dan Merchandise yang diberikan sebisa mungkin adalah item yang bisa atau akan sering digunakan oleh pembeli.

4.3.1 Playing Card

Playing Card diberikan sebagai bagian dari item bonus yang diberikan pada pembeli ketika membeli Buku Timun Mas, dengan desain yang unik dan ilustrasi khas membuat kartu ini berbeda dengan kartu lain yang sejenis. Kartu dicetak menggunakan Art Paper, berukuran 7 X 10 dicetak dengan cetak offset sparasi.

Gambar IV.12. playing card

Ukuran : 7 X 10

Bahan : Art Paper 210 Gram laminasi doff dingin Teknis produksi : cetak offset sparasi

4.3.2 T-shirt

t-shirt diberikan free sebagai bagian dari merchandise, menggunakan bahan cotton combed dengan ilustrasi yang dicetak dengan teknis screen printing.

Gambar IV.13. t-shirt

ukuran : S,M,L,XL

Bahan : Cotton Combed 30S Teknis produksi : cetak sablon

4.3.3 Pembatas Buku

Pembatas buku menggunakan bahan Art Paper 210 gramasi denganaminasi doff dingin dicetak dua muka.

Gambar IV.14. Pembatas buku

Ukuran : 10 X 15

Bahan : Art Paper210 gram dilaminasi doff dingin Teknis produksi : cetak offset sparasi

4. 3.4. Stiker

Stiker dicetak dengan bahan kertas stiker chromo, dan diberikan sebagai bonus merchandise

.

Gambar IV.15. Stiker Ukuran : 5 X 5

Bahan : kertas stiker Chromo

DAFTAR PUSTAKA

Aarne, A & Thompson, S. 1961. The Types of the Folktale: A Classification and Bibliography. Helsinki

Bascom, W. 1984. “The Forms of Folklore: Prose Narratives”. 'Sacred Narrative: Readings in the Theory of Myth. Ed. Alan Dundes. Berkeley. : University of California Press.

Brunvand, J. H. 1968. The Study of American Folklore: An Introduction. New York: W. W. Norton.

Danandjaja, J. 1986. Folklor Indonesia : Ilmu Gossip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta : Pustaka Grafiti Press.

Dundes, A. 1984. Introduction. Sacred Narrative: Readings in the Theory of Myth. Ed. Alan Dundes. Berkeley : University of California Press.

––––––––––. "Madness in Method Plus a Plea for Projective Inversion in Myth". Dalam Myth and Method. Ed. Laurie Patton and Wendy Doniger. Charlottesville : University of Virginia Press, 1996.

––––––––––. 1997. "Binary Opposition in Myth: The Propp/Levi-Strauss Debate in Retrospect". Western Folklore.

English, H. B. dan A. C. English. 1959. A Comprehensive Dictionary of Psychological and Psychoanalytical Terms: A Guide to Usage. New York, Longmans Green.

Fromm, E. 1951. The Forgotten Language, An Introduction to the Understanding of Dreams Fairy Tales and Myths. New York: Rinehart.

Koentjaraningrat. 1975. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.

______________. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka.

______________. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. ______________. 2007. Villages of Indonesia : Equinox Publishing

Mayor, A. 2001. “Bibliography of Classical Folklore Scholarship : Myths, Legends, and Popular Beliefs of Ancient Greece and Rome” dalam Folklore. Tersedia di :

http://www.worldagesarchive.com/Reference_Links/Myth_Bibliograpgy.htm

Rahmah, Y. 2007. “Dongeng Timun Emas (Indonesi) dan Dongeng Sanmai no Ofuda (Jepang) (Studi Komparatif Struktur Cerita dan Latar Budaya)”. Tesis Program Magister Ilmu Susastra Universitas Diponegoro

Rahimsyah, M. B. 2004. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Surabaya : Cipta Karya.

Redfield, R. et.al. 1936. “Memorandum of the Study of Acculturation”. American Anthropologist 

Roheim, G. 1947. “Dream Analysis and Field Work in Anthropology”. Dalam

Psychoanalysis and the Social Sciences.Vol. 1

Tatar, M. 2003. The Hard Fact of Grimm’s Fairy Tale : Princeton University Press

––––––––––. 2004. The Annotated Brothers Grimm : W.W Norton

Taylor, J G. 2003. Indonesia: Peoples and Histories. New Haven dan London: Yale University Press

Thompson, S. 1966. “Motif-Index of Folk Literature” dalam Ley& Enlarged edition 6. Vols Bloomington & London: Indiana University Press. ––––––––––. 1967. The Folktale. New York: Holt, Rinehart and Winston..

Von Franz, M-L. 1996. An Introduction to the Interpretation of Fairy Tales

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Liky Ardianto

Tempat/Tanggal Lahir: Liquisa, 13 Januari 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Muararajeun No.21 Bandung

Jl. Pamulang 2 Gang sawo, Kencana Pamulang Block C no.12A, RT 03 /RW05 Pamulang-Benda Baru, Tangerang Selatan 15146 Telepon / Hp : +62 85314268541 Email : ardianliki@gmail.com Pendidikan Formal

• SDN Karawaci Baru 3, Tangerang (1994-2000)

• SLTP Bhakti Pertiwi, Tangerang (2000-2003)

• SMUN 5, Tangerang (2003-2006)

• Universitas Komputer Indonesia, Bandung (2006-2010)

Pelatihan dan Seminar Yang Pernah Diikuti

• Masa Orientasi Kampus (Olympus), UNIKOM, Bandung (2006)

• Masa Orientasi Fakultas (PADI) Fakultas Desain UNIKOM, Bandung (2006)

Kemampuan Spesifik

• Tugas Akhir : Perancangan Buku Cerita Bergambar Fractured Fairy Tale : Timun Mas

• Traditional Hand Drawing

• Adobe Photoshop

• Adobe Illustrator

• Corel Draw

Pengalaman Kerja Magang

• Kerja Praktek, Illustrator Divisi Flash Game Development, Beavers Studio (PT. Media Kreasindo Utama), Bandung (2011)

Hormat Saya,

O L E H : L I K Y A R D I A N T O

PERANCANGAN PICTURE STORY BOOK

DONGENG TIMUN MAS

-

Urgensitas folklor bagi kolektif pemilikinya

-

Folklor nusantara sebagai identitas dan bagian penting perjalanan kebudayaan kolektif

- Eksistensi folklor nusantara khususnya dongeng yang semakin lenyap seiring

perkembangan zaman dan kekurang-mampuan bersaing dengan dongeng mancanegara

Identifikasi Masalah

-

Interpretasi cerita rakyat Timun Mas

-

Menentukan konsepsi,nilai,tema,dan plot cerita Timun Mas yang baru menyesuaikan

dengan relevansi zaman dan faktualitas.

-

Mengangkat cerita Timun Mas yang baru yang dapat menjaga eksistansialitas cerita dan

Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka fokus permasalahnya adalah

menciptakan karya cerita baru dongeng Timun Mas dengan tujuan menjaga eksistensi

cerita itu sendiri dan sebagai mnemonnik device kolektif pemiliknya.

folklor

folklor bisa dipahami sebagai suatu tradisi, baik tradisi lisan atau oral (verbal lore), tradisi behavioral (costumary

lore) maupun berupa artefak, yang diakui dan disadari sebagai milik bersama sekelompok kolektif, dan diwariskan turun-

temurun dari generasi ke generasi.

Jenis folklore:

- folklor lisan

- Folklor setengah lisan

- Folklor artefak

Fungsi Folklor :

-

alat kontrol sosial,

-

proyeksi nilai,

-

legitimasi pranata sosial,

Cerita Rakyat

Cerita rakyat termasuk ke dalam folklor lisan, berbentuk prosa verbal yang disebarkan secara oral dari mulut ke mulut dan

bersifat anonim atau tidak diketahui penciptanya. Secara garis besar cerita rakyat dibagi menjadi tiga : mite, legenda, dan

dongeng.

Klasifikasi dongeng

Fabel

Dongeng biasa

Anekdot

Dongeng berumus

Picture Storybook

Picture Book adalah sebuah format buku cerita yang menggambungkan ilustrasi secara ekstensif dengan narasi verbal,

dijelaskan dalam buku Children Literature, Briefly (michael O,tunnel dan James S, Jacob ;2008)

menurut sonya osborn (2001) diantaranya memiliki karakteristik sebagai berikut.

Tema yang lebih dewasa

Ilustrasi yang lebih kompleks

Teks atau kalimat yang lebih sulit

Makna tersembunyi diluar pemahaman pembaca pembaca yang lebih muda

Dua tingkat kedalaman makna, bagi pembaca yang lebih muda, dan bagi pembaca yang lebih dewasa

genre Fractured Fairy Tale

Secara garis besar, fractured fairy tale menurut Ruth B. Bottigheimer dapat didefinisikan

sebagai berikut “fractured fairy tale are traditional fairy tale, rearranged to create new plots

Target Audiens

Target audiens adalah remaja hingga dewasa berkisaran diantara usia 14 hingga 20 tahun atau lebih.

berdasarkan stage of psychological development oleh Erik Erikson, kriteria usia yang termasuk usia adolescence (remaja)

adalah diantara 13-19 tahun, sementara young adult (masa muda) berkisar dari 20 hingga maksimum 40 tahun,

dalam klasifikasi sastra fiksi, young adult dikategorikan sebagai kisaran usia diantara 12 hingga 20 tahun.

Dengan demikian, picture storybook Timun Mas memilik target utama pembaca berusia 14-20 tahun

Dalam literatur, tema-tema yang biasa diangkat antara lain : identitas, seksualitas, depresi atau mental illnes, relasi

dengan keluarga atau orang tua, dan banyak lainnya (Wells, April Dawn. 2003)

Strategi perancangan

mengangkat tema cerita rakyat dongeng Timun Mas yang memuat nilai baru yang lebih relevan dengan keadaan sosial,

pola pikir, cara hidup, pandangan, psikologis, dan kultur masyarakat modern, serta permasalahan yang lebih otentik dan

faktual pada masa sekarang, agar cerita yang dibuat bisa lebih sesuai dan relevan dengan zaman

Konsep visual

gaya visual yang digunakan sebagian besar bergaya surealisme,karya surealis biasanya sulit

ditebak, juxtaposisi atau memadukan dua unsur yang saling tidak berhubungan ke dalam

satu, ilogis dan absurd

Konsep literatur

picture storybook ini bisa dikategorikan ke dalam genre Fractured fairy tale dengan unsur literatur surrealis yang

mengedepankan gaya pencerita yang absurd, aneh, tidak masuk akaldan banyak menggunakan twist pada cerita.

narator menggunakan sudut pandang orang ketiga terbatas atau dikenal dengan limited third person, berbeda dengan

narasi sudut pandang orang ketiga biasa dimana sang pencerita adalah narator non-tokoh yang omniscient.

dalam cerita timun mas ini penceritaan menggunakan tehnik “unreliable narrator”, yaitu dimana narasi yang dikisahkan

si pencerita menjadi subjektif karena sifat dan karakteristik si narator.

Hard cover

Jacket cover

MEDIA

Dokumen terkait