• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

2. Media Video

Menurut Daryanto (2010:86-88) video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk

pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok. Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Program video dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada siswa, selain itu media video juga dapat dikombinasi dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Seiring kemajuan teknologi, format sajian video dapat bermacam-macam mulai dari kaset, CD (compack disk), dan DVD (digital versatile disk), sehingga memudahkan untuk dapat ditonton melalui video player.

Penyajian video bisa dilakukan dalam dua cara yaitu video analog dan video digital. Video analog adalah video yang disimpan dalam bukan komputer seperti bentuk video televisi, video tape, dan film. Proses perekam video analog menggunakan film atau lebih dikenal dengan kaset video. Hasilnya pun dalam bentuk kaset video. Video digital adalah produk dari industri komputer, oleh karena itu dijadikan standar data digital. Proses perekam video digital menggunakan sensor/komputer, hasil proses perekamannya dalam bentuk file atau data. Format file video digital antara lain MPEG, AVI, dan flash (Munir, 2013:296-299).

Lanoarintaka (2011) secara lebih lanjut menjelaskan bahwa file video memiliki format yang berbeda-beda, bergantung pada aplikasi yang digunakan untuk menjalankannya (player). Beberapa contoh format file video yang dapat dijalankan melalui komputer maupun notebook, yaitu: .avi (Audio Video Interleave), .3gp, .dat, .mpg (Moving Pictures Expert Group), .mov (Quick

Time Movie), .mp4, .rm (Real Media Player), dan .wmv (Windows Media Video).

Seiring berkembangnya teknologi informasi, medium pemutar video juga mengalami perkembangan. Salah satunya pemutar video melalui aplikasi handphone. Pesatnya perkembangan teknologi informasi mempengaruhi perkembangan tipe handphone yang beredar dipasaran. Handphone yang pada awalnya hanya dapat digunakan untuk mengirim pesan singkat dan telepon, kini mengalami perkembangan dengan adanya fitur-fitur tambanhan salah satunya dapat memutar dan merekam video. Tipe handphone yang dapat memutar video memiliki spesifikasi sendiri dan format file video yang dapat diputar menggunakan handphone berbeda dengan format file untuk komputer. Seperti yang dikutip dari Lanoarintaka (2011) terdapat spesifikasi tertentu pada handphone yang dapat memutar dan merekam video, yaitu camera, video player, Java MIDP 2.0. Format video yang dapat dibaca oleh handphoneantara lain, 3gp, dan mpeg (mpeg3 atau mpeg4).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa video merupakan penyajian pesan atau informasi melalui suara serta gambar bergerak yang dapat ditampilkan di monitor TV atau komputer. Video tidak hanya dapat dioperasikan dengan komputer, tetapi juga dapat dioperasikan dengan notebook, serta handphone dengan spesifikasi adanya camera, video player, Java MIDP 2.0 dan menggunakan format video 3gp, dan mpeg. Media ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena dengan kemampuannya yang dapat menampilkan keterampilan yang menyangkut

gerak dan suara secara bersamaan serta dapat diperlambat maupun dipercepat sehingga mudah untuk dipahami.

a. Kelebihan dan Kekurangan

Setiap media yang diciptakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti halnya media video yang juga memiliki kelebihan maupun kekurangan. Menurut Daryanto (2010:90) kekurangan media video diantaranya:

1) Fine details yaitu media tayangnya tidak dapat menampilkan obyek sampai yang sekecil-kecilnya dengan sempurna

2) Size information artinya tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya.

3) Third dimention artinya gambar yang diproyeksi oleh video umumnya berbentuk dua dimensi

4) Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menimbulkan keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang dilihatnya

5) Setting artinya bila menampilkan adegan dua orang yang sedang bercakap-cakap diantara kerumunan banyakorang, akan sulit bagi penonton untuk menebak dimana kejadian itu berlangsung.

6) Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada didalamnya

7) Budget atrinya biaya untuk membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit

Selain kelemahan diatas, media video juga memiliki kelebihan yaitu ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas karena dapat sampai ke hadapan siswa secara langsung, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran (Daryanto, 2010:90). Lebih lanjut dijelaskan Warsihna yang dikutip dalam Widjiningsih dkk. (2014) kelebihan media video antara lain: (1) dapat menstimulir efek gerak; (2) dapat diberi suara maupun warna; (3) tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajian; dan (4) tidan memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya.

Kelebihan dan kekurangan video disampaikan juga oleh Munir (2013:295-296) bahwa kelebihan video antara lain: (1) menjelaskan keadaan riel dari suatu proses, fenomena, atau kejadian; (2) sebagai bagian terintegrasi dengan media lain seperti teks atau gambar, video dapat memperkaya penyajian/penjelasan; (3) pengguna dapat melakukan pengulangan (replay) pada bagian-bagian tertentu untuk melihat gambaran yang lebih fokus; (4) sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor; (5) kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan media teks; (6) menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural (misal cara melukis suatu segitiga sama sisi dengan bantuan jangka). Sedangkan kelemahan video yaitu, video mungkin saja tidak detil dalam penjelasan materi karena peserta didik harus mampu mengingat detil dari scene ke scene, dan umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah

dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi.

Kelemahan dari media video menurut Yudhi Munadi (2012:127) adalah media ini terlalu menekankan pentingnya materi dibandingkan proses pengembangan materi tersebut. Dilihat dari ketersediaannya, masih sedikit sekali video di pasaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah. Di sisi lain, produksi video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari media video diantaranya: (1) ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan; (2) sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor; (3) menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural; (4) dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan; (5) pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat; (6) mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa; (7) mengembangkan imajinasi peserta didik. Kekurangan media video antara lain: (1) pengambilan yang kurang tepat dapat menimbulkan keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang dilihatnya; (2) Video mungkin saja tidak detil dalam penjelasan materi karena peserta didik harus mampu mengingat detil dari scene ke scene; (3) terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut; (4) biaya untuk membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

b. Pengembangan Video

Pengembangan video berfungsi untuk menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembuatan video. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan ide yang telah dimiliki sehingga memudahkan dalam proses pembuatan video. Menurut Rudi (2008:44) setiap media apapun yang akan dibuat membutuhkan naskah dan perlu dibuat naskahnya, karena fungsi dari naskah adalah pedoman bagi pengguna dan terutama pembuat media. Tahapan membuat naskah media video antara lain membuat sinopsis, treatment, dan skenario.

Lebih lanjut Daryanto (2011:103-106) menjelaskan langkah-langkah umum yang lazim ditempuh dalam membuat naskah video pembelajaran antara lain:

1) Tentukan ide

Ide yang baik biasanya timbul dari adanya masalah. Masalah dapat dirumuskan sebagai kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan apa yang seharusnya ada.

2) Rumuskan tujuan

Rumusan yang dimaksud disini adalah rumusan mengenai kompetensi seperti apa yang diharapkan, sehingga setelah menonton program ini siswa benar-benar menguasai kompetensi yang diharapkan tadi.

3) Lakukan survey (mengumpulkan bahan materi)

Survey dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan informasi dan bahan-bahan yang dapat mendukung program yang akan kita buat.

4) Buat garis besar isi

Bahan/informasi/data yang sudah terkumpul melalui survey tentu harus berkaitan erat dengan tujuan yang sudah dirumuskan.

5) Buat sinopsis (synopsis)

Sinopsis ialah ikhtisar cerita yang menggambarkan isi program secara ringkas dan masih bersifat secara umum.

6) Buat treatment

Treatment disusun lebih mendekati ragkaian adegan film. Rangkaian adegan lebih terlihat secara kronologis atau urutan kejadiannya lebih terlihat secara jelas, dengan begitu orang yang membaca treatment kita sudah bisa membayangkan secara global visualisasi yang akan tampak dalam program kita nanti.

7) Buat Story Board

Story board di dalamnya memuat unsur-unsur visual maupun audio, juga instilah-istilah yang terdapat dalam video

8) Menulis naskah

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah, yaitu menggunakan gaya bahasa percakapan sehari-hari bukan gaya bahasa sastra, kalimat harus jelas, singkat dan informatif, menggunakan susunan kata yang disesuaikan dengan latar belakang audiens.

Sukiman (2012:190) menjelaskan bahwa, bila ingin menggunakan media video untuk pembelajaran, akan lebih baik bila memproduksinya sendiri. Tips mudah membuat sendiri video pembelajaran yang dimuat di

http://gora.edublogs.org/2007/12/27/ayo-produksi-sendiri-video- yang terdapat dalam Sukiman (2012:190-191) adalah sebagai berikut:

1) Membuat skenario (skrip) sederhana untuk menggambarkan alur cerita dan gambar yang nantinya ditampilkan dalam video pembelajaran. 2) Menyediakan perangkat keras berupa: peralatan video camera

(camcorder) lengkap dengan media penyimpanannya (MiniDV, Hi-8, Digital 8, DVD atau HDD), laptop/notebook atau komputer untuk mengolah dan mengedit video hasil perekaman, kabel FireWire (IEEE1394) atau USB sebagai meedia transfer video dari kamera ke komputer.

3) Melakukan pengambilan gambar menggunakan camcorder.

4) Berikutnya set kamera pada mode play, kemudian hubungkan kamera ke komputer menggunakan kabel FireWire ataupun USB. Pastikan komputer telah mendeteksi kamera yang kita sambungkan.

5) Gunakan aplikasi video editing seperti Window Movie Maker untuk pengolahan video.

Secara garis besar mernurut Rayandra (2012, 94-100), prosedur produksi media audio-visual melalui tiga tahap kegiatan, yaitu: pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

1) Tahap pra produksi

Tahap pra produksi adalah tahap perencanaan dan persiapan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu penentuan/identifikasi program media, penyusunan garis besar isi media video, penyusunan jabaran materi media, penyusunan naskah (sinopsis dan treatment).

2) Tahap produksi

Tahap produksi terdiri dari rembuk naskah (script conference), pembentukan tim produksi (production crews), membuat story board/shooting script, perhitungan dan penyusunan anggaran, pemilihan pemain (casting), pencarian lokasi (hunting), rapat tim produksi (production meeting), setting lokasi (blocking area/location set), pengambilan gambar dan suara.

3) Tahap pasca produksi

Langkah-langkah kegiatan pasca produksi yaitu video editing, macam- macam editing, perangkat lunak editing, mixing, preview, uji coba, revisi, produksi dan distribusi.

Sesuai dengan pemaparan diatas, dalam penyusunan video terdapat beberapa langkah yang pasti dilakukan yaitu penentuan ide, pengumpulan bahan materi, pembuatan skenario, sinopsis, dan treatment, pengambilan gambar dan editing. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penelitian ini mengambil garis besar dari prosedur produksi menurut Rayandra yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi video pembelajaran pewarnaan teknik kering. Prosedur produksi yang digunakan meliputi: (1) pra produksi (menyusun materi isi media, dan menyusun naskah media), (2) tahap produksi (pembentukan tim produksi, membuat story board, pemilihan pemain, pencarian lokasi, dan pengambilan gambar dan suara), (3) tahap pasca produksi (video editing dan mixing).

c. Kriteria dan Evaluasi Media Video

Kriteria dan evaluasi media video digunakan sebagai acuan dalam penyusunan media. Menurut Cheppy Riyana (2007: 11-14) pengembangan dan pembuatan video pembelajaran harus mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :

1) Tipe materi

Media video cocok untuk materi pelajaran yang bersifat menggambarkan suatu proses tertentu, sebuah alur demonstrasi, sebuah konsep atau mendeskripsikan sesuatu.

2) Durasi waktu

Media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit, berbeda dengan film yang pada umumnya berdurasi antara 2-3,5 jam. Mengingat kemampuan daya ingat dan berkonsentrasi manusia yang cukup terbatas antara 15-20 menit, menjadikan media video mampu memberikan keunggulan dibandingkan dengan film.

3) Format sajian video

Format sajian video pembelajaran mengutamakan kejelasan penguasaan materi. Format video yang cocok untuk pembelajaran diantaranya : naratif (narrator), wawancara, presenter, dan format gabungan.

4) Ketentuan teknis

Pembelajaran menekankan pada kejelasan pesan, sajian-sajian yang komunikatif perlu dukungan teknis, misalnya: a) gunakan pengambilan dengan teknik zoom untuk menunjukkan objek secara detail; b) gunakan

teknik out of focus atau in focus of interest untuk memfokuskan objek yang dikehendaki dengan membuat samar objek yang lain; c) pengaturan proverty yang sesuai dengan kebutuhan; d) penggunaan tulisan (teks) dibuat dengan ukuran yang proporsional.

5) Penggunaan musik dan sound effect

Ketentuan tentang musik dan sound effect antara lain: a) music untuk pengiring suara sebaiknya dengan intensitas volume yang lemah (soft) sehingga tidak menggangu sajian visual dan narrator; b) music yang digunakansebagai background sebaiknya music instrument; c) hindari music dengan lagu yang popular atau sudah akrab di telinga siswa; d) gunakan sound effect untuk menambah suasana dan melengkapi sajian visual dan menambah kesan lebih baik.

Dwi Asih Rahayu (2013) mengungkapkan indikator kelayakan bahan ajar multimedia interaktif dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek media, aspek materi dan aspek pembelajaran. Berikut akan dibahas lebih lanjut:

1) Indikator kelayakan dari aspek media terdiri dari:

a) Aspek interface meliputi: tampilan produk, penyajian, teks, video, audio, animasi, dan kemudahan dipahami sebagai media pembelajaran.

b) Aspek navigasi meliputi: navigasi (alat bantu/link), konsistensi navigasi, konsistensi tombol previous, next, exitdan user control.

c) Aspek daya tahan meliputi: kemudahan mengakses, daya tahan untuk aktifitas formal, daya tahan untuk aktifitas mandiri, dan daya tahan dipakai pada komputer lain.

2) Indikator kelayakan dari aspek materi, terdiri dari: a) Kesesuaian materi dengan kompetensi.

b) Ketepatan urutan dan uraian penyajian materi. c) Kemutakhiran software aplikasi.

d) Kemudahan teks untuk dipahami. e) Kejelasan aspek video/audio.

f) Efektivitas contoh dalam menguasai kompetensi.

g) Relevansi soal terhadap indikator kompetensi dan referensi. 3) Indikator kelayakan dari aspek pembelajaran, terdiri dari:

a) Kejelasan rumusan KD, indikator, materi dan evaluasi, petunjuk belajar dan motivasi.

b) Sistematika, kejelasan dan kemenarikan penyajian materi.

c) Pemberian contoh, latihan dan kesempatan berlatih secara mandiri.

Ditegaskan oleh Romi Satrio Wahono (2006) aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran antara lain:

1) Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

Aspek rekayasa perangkat lunak antara lain: a) efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran, yaitu mudah dioperasikan menggunakan alat pemutar media; b) reliable (handal), yaitu media tidak mudah rusak saat dioperasikan atau disimpan dalam jangka panjang; c) maintainable,yaitu dapat dipelihara atau dikelola

dengan mudah isinya sesuai kebutuhan; d) usabilitas, yaitu mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya; e) ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan; f) kompatibilitas yaitu media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada; g) pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi; h) dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program); i) reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain). 2) Aspek Desain Pembelajaran

Dilihat dari aspek desain pembelajaran, kriteria penilaian media pembelajaran antara lain, kejelasan tujuan pembelajaran, relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum, cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran, ketepatan penggunaan strategi pembelajaran, interaktivitas, pemberian motivasi belajar, kontekstualitas dan aktualitas, kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kedalaman materi, kemudahan untuk dipahami (sistematis, runut, alur logika jelas), kejelasan uraian (pembahasan, contoh, simulasi, latihan), konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran, ketepatan dan ketetapan alat evaluasi, dan pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi.

3) Aspek Komunikasi Visual

Dilihat dari aspek desain pembelajaran, kriteria penilaian media pembelajaran antara lain; a) komunikatif (sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran); b) kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan; c) sederhana dan memikat; d) audio (narasi, sound effect, backsound,musik); e) visual (layout design, typography, warna); f) media bergerak (animasi, movie); g) layout Interactive(ikon navigasi).

Dokumen terkait