• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian Konseling

Konseling (Counseling) biasanya kita kenal dengan istilah Penyuluhan, yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain. Istilah penyuluhan sebagai padanan kata konseling bisa diterima secara luas, tetapi dalam pembahasan ini, konseling tidak dimaksudkan dalam pengertian tadi. Konseling sebagai cabang ilmu dan praktek dalam pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam lingkup profesinya.

Kata Konseling (Counseling) berasal dari kata Counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu Counselium, artinya „‟Bersama„‟ atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor(Counselor) dengan seorang atau beberapa klien (Counselee).1Pietrofesa dalam bukunya The Authentic Counselor, mengemukakan secara singkat bahwa Konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (Self-understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.2Robinson mengartikan Konseling

1

Latipun, Psikologi Konseling. (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang) . 2008, h. 4

2

adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.3

Dalam dunia Konseling, upaya menghubungkan Konseling dengan situasi keluarga sebenarnya sudah berlangsung lama, dalam konteks ini jelas bahwa aspek keluarga sebenarnya sudah menjadi perhatian ahli Konseling dalam memahami masalah yangdihadapi klien. Dalam menyelesaikan masalah melalui konseling ini biasanya melibatkan anggota keluarga,hal ini dikarnakan keterlibatan anggota keluarga dalam menyelesaikan masalah diharapkan dapat membantu mempercepat mengatasi masalah yang dialami klien.

Konseling Keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling Keluarga ini secara khusus memfokuskan pada masalah- masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraanya melibatkan anggota keluarga.4

Menurut D. Stanton Konseling Keluarga dapat dikatakan sebagai konseling khusus karena sebagai mana yang selalu dipandang oleh konselor terutama Konselor non keluarga, konseling keluarga sebagai sebuah modalitas yaitu klien adalah anggota dari suatu kelompok, yang dalam proses konseling melibatkan keluarga inti atau pasangan.5

3

Syamsu Yusuf, Dkk, Landasan Bimbingan dan Konseling,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 7

4

Ibid. h. 206

5

Menurut Muray Bowen keluarga bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi, ( Disfunctioning family ). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.

Hubungan dalam Konseling itu bersifat membantu ( Helping ). Hubungan membantu itu berbeda dengan memberi atau mengambil alih pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. Hubungan Konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada Konselor, tetapi memotivasi Klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya.

1. Tujuan Konseling Keluarga

Adapun tujuan dari Konseling keluarga itu sendiri yaitu untuk memberikan bantuan kepada klien, agar terselesaikanya masalah yang sedang dialami dan terjalinnya komunikasi yang baik dan efektif dalam hubungan antar keluarga. Bowen menegaskan bahwa tujuan konseling keluarga adalah membantu klien ( anggota keluarga ) untuk mencapai individualitas, menjadi dirinya sebagai hal yang berbeda dari sistem keluarga.

Sedangkan menurut Glick dan Kessler mengemukakan tujuan umum Konseling keluarga adalah; memfasilitasi komunikasi fikiran dan perasaan antar anggota keluarga, mengganti gangguan, ketidak fleksibelan peran dan

kondisi, memberi pelayanan sebagai model dan pendidik peran tertentu yang ditunjukan kepada anggotalainnya.6

2. Mediasi

Istilah “ mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata “medium” yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah “mediasi” sama dengan “wasilah” yang juga berarti perantara.7 Menurut Prayitno layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan.8

Konseling diwujudkan dalam berbagai layanan yang diberikan kepada kliennya untuk memecahkan masalah- masalah yang terjadi pada pihak – pihak yang bertikai atau bermusuhan. Layanan mediasi berbeda dengan layanan yang lain terutama layanan konseling perorangan, dalam layanan mediasi konselor atau pembimbing menghadapi klien (siswa) yang terdiri atas dua pihak atau lebih, dua orang atau lebih,kombinasi antara sejumlah individu dan kelompok.

Secara umum, layanan mediasi bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara para klien atau pihak-pihak yang bertikai

6

Latipun, Psikologi Konseling, ( Malang : Universitas Muhammadiyah Malang), 2008, h. 213

7

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah( Berbasis Integrasi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2009), h. 195

8

atau bermusuhan.dengan perkataan lain agar tercapai hubungan yang positif dan kondusif diantara siswa yang bertikai atau bermusuhan.

Tujuan layanan mediasi secara khusus yakni bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal yang negatif ( bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru ( kondusif dan bersahabat) dalam dalam hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah.9 Isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang berkenaan dengan hubungan yang terjadi antara individu-individu ( para siswa) atau kelompok-kelompok yang sedang bertikai. Masalah-masalah tersebut dapat mencangkup :pertikaian atas kepemilikan sesuatu, kejadian dadakan ( misalnya perkelahian) antara siswa atau sekelompok siswa, perasaan tersinggung, dendam dan sakit hati, tuntutan atau hak, dan lain sebagainya.

Berbeda halnya dengan Layanan mediasi dalam konseling yang dilakukan oleh seorangkonselor, sedangkan mediasi di Pengadilan Agama dilakukan oleh pihak ketiga ( mediator ) yang difasilitasi oleh lembaga itu sendiri.Mediasi merupakan kosakata atau istilah yang berasal dari kosakata Inggris, yaitu Mediation. Para penulis dan sarjana Indonesian lebih sukan mengindonesiakannya menjadi “ Mediasi “ seperti halnya istilah- istilah lainya, negotiation menjadi negosiasi. Menurut Takdir Rahmadi, Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan mufakat dengan bantuan pihak netral yang memiliki

9

kewenangan memutus. Pihak netral disebut Mediator dengan tugas memberikan bantuan prosedural dan substansial.10

Dalam PERMA Nomor 1 tahun 2016 disebutkan pengertian mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.11

Pengertian mediasi di antara sarjana tidaklah seragam,masing masing memberikan pengertian sesuai sudut pandangnya,istilah menengahi (Mediate)

berasal dari bahasa latin “Mediare” yang artinya berada di tengah tengah.beberapa definisi yang dirumuskan oleh Christopher Moore, Kimberlee Kovach, dan Acqueline M .Nolan- Harley.12

Menurut Moore, jika para pihak sama- sama memiliki kekuatan yang simetris dan seimbang, mereka cenderung menempuh peundingan dan perundingan dapat berjalan secara lebih efektif.13

Mediasi menurut Christopher W. Moore, Mediasi adalah dalam negosiasi atau konflik dari pihak ketiga ( Mediator ) yang dapat diterima yang terbatas atau tidak ada keputusan otoritatif membuat kekuasaan, tetapi membantu pihak-pihak yang terlibat dalam sukarela mencapai penyelesaian yang saling diterima dalam sengketa.14

10

Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat , (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 12

11

Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

12

Nurnaningsih amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2012) , h. 60

13

Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,) , h. 43

14

Menurut Kovach :” Facilitated negotiation it is a prosess by which a

neutral third party. The mediator, assists this puting parties in reaching a mutually satisfactory resolution”. Apa yang dikatakan oleh Kovachini dapat dimaknai : Negosiasi difasilitasi oleh pihak yang netral atau mediator, dimana dapat membantu perselisihan dalam mencapai solusi.15

Adapun Noland Harley Mendefinisikan mediasi sebagai “ medisiation is a short term structured task oriented, partipatory invention pricess. Disputing parties work with a neutral third party, the mediator, to reach a mutually acceptable agreement”. Yang dimaksud oleh Noland Harley yaitu Mediasi adalah proses penemuan jangka pendek yang terstruktur berorientasi, Pihak yang bersangkutan bekerja dengan pihak ketiga yang netral, (Mediator) untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima bersama.16

Menurut Laurence Bolle, Pengertian Mediasi adalah proses pengambilan keputusan di mana pihak dibantu oleh mediator, dalam hal ini upaya mediator untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan dan untuk membantu para pihak mencapai hasil yang mereka inginkan bersama.

MenurutJ. Folberg dan A. Taylor, Pengertian Mediasi adalah proses dimana para peserta, bersama-sama dengan bantuan dari orang yang netral, sistematis mengisolasi sengketa dalam rangka untuk mengembangkan pilihan, mempertimbangkan alternatif dan mencapai penyelesaian sengketa yang akan mengakomodasi kebutuhan mereka.

15

Ibid, h. 61

16

Pengertian Mediasi yang diungkapkan oleh Folberg dan Taylor di atas lebih menekankan konsep mediasi pada upaya yang dilakukan mediator dalam menjalankan kegiatan mediasi. Kedua pakar ini menyatakan bahwa penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi dilakukan secara bersama-sama oleh pihak yang bersengketa dan dibantu oleh pihak yang netral yaitu mediator. Mediator dapat mengembangkan dan menawarkan pilihan penyelesaian sengketa dan para pihak dapat pula mempertimbangkan tawaran mediator sebagai suatu alternatif menuju kesepakatan dalam penyelesaian sengketa. Alternatif dalam penyelesaian suatu sengketa yang ditawarkan mediator diharapkan mampu mengakomodasikan kepentingan para pihak yang bersengketa. Mediasi dapat membawa para pihak yang menang atau pihak yang kalah.

Pengertian Mediasi yang diungkapkan oleh Laurence Belle di atas menekankan bahwa mediasi adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan para pihak yang dibantu oleh pihak ketiga sebagai mediator. Pernyataan Belle menunjukkan bahwa kewenangan pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan para pihak dan mediator hanyalah membantu para pihak di dalam proses pengambilan keputusan nantinya.

Kehadiran mediator merupakan faktor yang sangat penting karena mediator dapat membantu dan mengupayakan proses pengambilan keputusan menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan keputusan akhir yang dapat diterima oleh mereka yang bertikai.

Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi yang efektif, mediator dalam mediasi berbeda halnya dengan arbiter atau hakim. Mediator tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksakan suatu penyelesaian pada pihak pihak yang bersengketa.17

Bentuk lain dari mediasi yaitu Court Based Mediation (CBM), atau Court Conected Mediation ( CCM ),atau Alternative Dispute Resolution (ADR). Ketiga istilah tersebut pada intinya adalah sama,yaitu penerapan mediasi pada proses acara di pengadilan.dalam bagian ini istilah yang sering digunakan adalah CBM.18

Jadi, mediasi adalah suatu proses di mana kedua belah pihak yang bersengketa atau lebih menunjuk pihak ketiga yang netral dan impartial untuk membantu mereka dalam mendiskusikan penyelesaian sengketa dan mencoba menggugah para pihak untuk menegosiasikan suatu penyelesaian dari sengketa. Selain itu, mediasi bersifat pribadi, rahasia, dan kooperatif dan tidak terikat dengan aturan-aturan formal sebagaimana proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

17

Nurnaningsih Amriani, Op. Cit , h. 60

18

3. Pernikahan

Pada prinsipnya,perkawinan atau nikah adalah akad untuk menghalalkan hubungan serta membatasi hak dan kewajiban,tolong menolong menolong antara laki laki danperempuan dimana natra keduanya bukan muhrim.19Dasar tersebut ditegaskan sebelumnya oleh pasal 1 yang merupakan definisi dari perkawinan dan pasal 2 ayat 1 yang berbunyi :

(1) perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masimg agamanya itu.

(2) Tiap tiap perkawinan dicatat menurut peraturan undang- undang peraturan yang berlaku. 20

Istilah “ Nikah “ berasal dari bahasa arab : sedangkan menurut istilah bahasa Indonesia adalah “ perkawinan”. Dewasa ini kerap kali di bedakan antara “nikah” dengan “kawin”. Akan tetapi pada prinsipnya antara “ pernikahan “ dan “ perkawinan “ hanya berbeda di dalam menarik akal kita saja. Apabila ditinjau dari segi hukum nampak jelas bahwa pernikahan adalah suatu akad suci dan luhur antara laki laki dan perempuan yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami istri dan dihalalkanya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga sakinah, penuh kasih sayang, kebajikan dan saling menyantuni.

19

Sudarsono, Pokok- pokok Hukum Islam,( Jakarta : Rineka Cipta Th 1992), h. 188

20

Arso Sostroatdjo dan Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia , (Jakarta : Bulan Bintang ,Th. 1975), h. 41

Pernikahan adalah salah satu nikmat Allah atas kita.21 Oleh karenanya, setiap hamba berkewajiban untuk mensyukuri nikmat ini dan tidak mengingkarinya. Menikah adalah keputusan besar dalam hidup ini.Menikah merupakan bagian dari perjuangan untuk meneliti jalan sunnah nabi dan ibadah kepada-Nya. adapun nas atau dalil naqly yang berkaitan dengan “nikah” banyak sekali yang bersumber dari Al qur‟an maupun hadist Nabi SAW. Nas nas Al qur‟an yang berkaitan dengan nikah yaitu :

ٍك ْ ْك ْ خ َِ ُس َ ا َُيأ َي

ئ َ َ ً ُعش ْك َْعَجَ ْأَ

هَ ا َْع ْ ََْكأ َِ ا فَر َع

ٌرِخ ٌي َع َهَ ا َِ ْك ْأ

Artinya:“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal.sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.Al-

Qur‟an surah al Hujarat ; 49 : 13. 22

4. tujuan pernikahan

Ada beberapa tujuan dalam pernikahan, beberapa diantaranya yaitu : 1) Untuk membentuk kehidupan yang tenang,rukun dan bahagia 2) Untuk menimbulkan saling cinta dan saling sayang

3) Untuk mendapatkan keturunan yang sah

21Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin‟Abdir Razzaq, Panduan Lengkap Nikah dari “A” sampai “z”, (Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir : 2016), h. 3

22

4) Untuk meningkatkan ibadah ( takwa kepada Allah SWT)

5) Dapat menimbulkan keberkahan hidup, dalam hal ini dapat dirasakan perbedaanya antara hidup sendirian dan hidup sesudah berkeluarga, dimana penghematan sangat mendapatkan perhatian yang sungguh sungguh. 6) Menenangkan hati orang dan family dan lain lain sebagainya.

Menikah termasuk diantara sunnah yang sangat ditekankan,karena ia adalah sunah dari para rosul,sebagaimana firman Allah SWT, :

َ

رأ

َس

ُسُر

ِ ا

َعَجَ ك

ُ

أ

َٰ

َيِر َ ا

ۚ฀

أَي أ ٍ ُسَ ك ََ

َي

ِ

ِِ َِ َيا

هَ ٱ ِ

َجأ ِ

ك

٣

Artinya :“Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka istri istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan suatu bukti ( mukjizat ) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada kitab ( tertentu ).QS. Ar-Ra‟d: 38.23

Akan tetapi menikah menjadi wajib ketika seseorang dikhawatirkan akan terjerumus kedalam perbuatan zina sementara ia memiliki kemampuan untuk menikah.24

5. Pengertian percerian

23

Departemen Agama RI, Syaamil Al- Qur‟an Terjemah, (Jakarta : Qisthi pers : 2013), h. 517

24

Abu Malik Kamal ibn as- Sayyid Salim, fiqih Sunah Wanita ( jakarta : Qisthi Pres : 2013 ), h 466-467

Perceraian dalam bahasa arab biasa disebut dengan thalaq, thalaq yaitu melepaskan ikatan. diambil dari kata al-Ithlaq,yang berarti melepaskan dan meninggalkan ikatan pernikahan, atau memutuskan hubungan pernikahan saat itu juga (ba‟in),atau dikemudian waktu ( dengan thalaq raj‟i yakni setelah masa waktu tertentu )dengan lafaz tertentu.

Pengertian Perceraian adalah cerai hidup atau perpisahan hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

Perceraian menurut UU Perkawinan terjadi apabila kedua belah pihak baik suami maupun istri sudah sama-sama merasakan ketidak cocokan dalam menjalani rumah tangga. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus. Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan serta penjelasannya secara kelas menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila sesuai dengan alasan-alasan yang telah ditentukan. Definisi perceraian di Pengadilan Agama itu, dilihat dari putusnya perkawinan. Putusnya perkawinan di UUP dijelaskan, yaitu:

a. karena kematian b. karena perceraian

c. karena putusnya pengadilan

Penerapan Peraturan Mahkamah Agung RI ini dalam proses penyelesaian sengketa perkawinan sejalan dengan Hukum Islam, di mana perceraian adalah suatu perbuatan yang paling dibenci.

Hukum thalaq ( Cerai ) ada 5 yaitu25: 1) Bisa menjadi wajib

2) Bisa juga menjadi mandub ( mustahab) 3) Bisa juga menadi mubah

4) Atau menjadi makruh

5) Dan juga bisa menjadi haram

Dalam pasal 39 UU No 1 Tahun 1974 dan pasal 110 komplikasi hukum Islam disebutkan tentang alasan-alasan yang diajukan oleh suami atau istri untuk menjatuhkan talak atau gugatan perceraian ke pengadilan26. Di pengadilan, yang paling banyak menjatuhkan gugatan adalah perempuan dikarnakan beberapa alasan, diantaranya ialah sebagai berikut :

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sulit disembuhkan.

25

Abu Malik kamal ibn as- syayid salim, fiqih sunah wanita, ( jakarta : Qisthi press : 2013), h. 465

26

Syahrizal Akbar, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum

b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-berturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

c) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.

f) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g) Suami melanggar Ta‟lik Talak.

h) Peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Jadi,bisa kita lihat,Perceraian dalam bahasa arab biasa disebut dengan thalaq, thalaq yaitu melepaskan ikatan. Pengertian perceraian adalah cerai hidup atau perpisahan hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan peran masing-masing.perceraian adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, tapi dibolehkan jika kedua belah pihak sudah tidak ada kecocokan.

B. Tahap Tahap Proses Mediasi

Dalam waktu paling lama lima hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang disepakati, masing- masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator. Dalam waktu paling lama kerja lima hari kerja setelah para pihak gagal memilih mediator, masing masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang di tunjuk.

Proses mediasi berlangsung paling lama 40 hari kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh majelis hakim. Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu dapat diperpanjang paling lama 14 hari kerja sejak berakhir masa 40 hari. Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi. ( pasal 13 PERMA No. 1 Tahun 2008 ).

2. Peran Hakim dan Penasihat hukum dalam Proses mediasi

Apabila suatu perkara (sengketa) diajukan kepersidangan,maka berdasarkan pasal 130 HIRdalam pasal 154 RBg,hakim pengadilan negeri wajib lebih dahulu berusaha mendamaikan pihak yang bersengketa. Praktik selama ini hakim mempersilakan kedua pihak dalam suatu jangka waktu tertentu (relatif singkat) mengusahakan sendiri untuk menyelesaiakan sengketa.peran hakim terbatas pada memberi nasihat /petuah saja.pada umumnya berdasarkan pengalaman suatu perkara/ sengketa baru diaukan kepengadilan setelah semua upaya penyelesaian yang dilakukan sebelumnya (diluar pengadilan) tidak membawa hasil. Jika terdapat perdamaian,maka

dibuat suatu akta perdamaian yang mempunyai kekuatan seperti putusan yang telah memeroleh kekuatan pasti. Jika pihak yang berperkara tidak berhasil mencapai kesepakatan untuk mengakhiri sengketa mereka seperti dianjurkan oleh hakim didalam persidangan,maka proses persidangan dimulai sampai ada putusan. Umumnya para hakim tidak berusaha lagi untuk mendamaikan pihak yang berperkara.Atas pola tersebut,Supomo memberi komentar sebagai berikut :

“pada permulaan sidang,dimana kedua belah pihak hadir, hakim diwajibkan untuk berusaha mendamaikan mereka ( pasal 130 ayat 1 HIR ). Peraturan ini adalah kurang tepat, oleh karena kepda permulaan sidang, hakim belum dapat mengetahui bagaimana duduk perkara sesungguhnya. Baru setelah pemeriksaan perkara sidang, hakim baru dapat gambaran tentang duduknya persengketaan antara kedua belah pihak, dan hakim akan dapat menemui waktu yang tepat untuk mendamaikan kedua belah pihak.

Dalam hal itu pada tiap tiap waktu, sampai pada saat berakhirnya proses persidangan,perdamaian dapat diusahakan sebelum putusan dibacakan. Hal demikian dinyatakan dengan tegas dalam pasal 376 ayat 3 ordonansi pengadilan adat. Di pengadilan negeri kemunkinan untuk mendamaikan kedua belah pihak sampai pada saat berakhirnya proses adalah suatu prakti umum.27

Berbeda dengan proses mediasi dalam pasal 4 PERMA No.1 Tahun 2008 ditegaskan bahwa “semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan

27

tingkat pertamawajib lebih dahulu diupayakan penyelesaianya melalui

perdamaian dalam bantuan mediator “,dan apabila prosedur mediasi tidak di tempuh,maka putusan tersebut dinyatakan batal demi hukum, kecuali untuk perkara virsek ( perkara yang hanya bisa dihadiri ole salah satu pihak saja sejak perkara mulai disidangkan).

peranan penasihat hukum sangat penting dalam menganjurkan kliennya untuk menempuh upaya mediasi.peranan penasihat hukum tidak hanya menyerankan agar kliennya menempuh mediasi, tetapi juga selama proses mediasi berlangsung. Pada saat mediasi berlangsung, penasihat hukum dapat memberikan nasihat hukum mengenai aspek- aspek hukum yang mungkin terlibat dalam masalah-masalah yang dinegosiasikan. Terlebih lagi dalam menyusun persetujuan penyelesaikan sengketa yang final.

Jadi, Peran hakim dan penasihat hukum dalam proses mediasi tersebut untuk menyelesaikan sengketa secara hukum, sehingga persengketaan yg dihadapi oleh klien dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya perselisihan diantara kedua belah pihak,dengah adanya penasihat hukum dapat memberikan nasihat hukum mengenai aspek-aspek hukum yang mungkin

Dokumen terkait