• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisasi Pertanian Apa yang ada saat ini:

Dalam dokumen JAS Vol 19 No 1 (Halaman 101-104)

FOOD SELF-SUFFICIENCY RESEARCH

Mitos 4: Lembaga Desa adalah Saluran Terbaik untuk Membantu Petani, dan Mekanisasi

4. Mekanisasi Pertanian Apa yang ada saat ini:

Idealnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sang Hyang Sri (SHS) menjadi penyedia bibit untuk seluruh Indonesia. Kenyataannya di desa penelitian, kebanyakan petani tidak mengandalkan bibit dari SHS karena hanya dinikmati oleh pengurus-pengurus Gapoktan dan mereka yang memiliki kedekatan dengan Ketua Gapoktan di desa penelitian. Pengadaan bibit yang diberikan jumlahnya terbatas, sehingga membuat pengurus Gapoktan dan Poktan di desa penelitian tidak membagikan bibit kepada petani dengan alasan jumlah yang sangat sedikit dan menghindari konflik jika dibagikan kepada petani dalam jumlah yang sangat kecil.35

Apa yang seharusnya ada:

Peran pemerintah tidak perlu menjadi produsen utama (monopoli) bibit. Tetapi peran pemerintah sangat penting untuk menjadi pengatur kontrol kualitas dari penyedia bibit yang bisa didorong tumbuh berkembang di Indonesia, baik dalam bentuk kelompok tani kecil maupun usaha kecil dan menengah. Mengingat kemampuan kontrol pemerintah saat ini juga lemah, maka pemerintah bisa secara terbuka mendorong forum universitas dan lembaga lainnya untuk melakukan kontrol ini. 2. Irigasi.

Apa yang ada saat ini:

Di desa-desa penelitian di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan, persoalan pengairan dinilai petani sebagai tanggung jawab dinas di tingkat kabupaten karena saluran irigasi yang tidak berjalan sesuai fungsinya, baik karena rusak maupun beralih fungsi sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga maupun industri. Petani membayar iuran yang digunakan untuk melakukan pembukaan dan penutupan pintu air sesuai dengan kebutuhan desa. Mekanisme seperti ini membuat petani merasa adanya transaksi sehingga jika air dirasakan sulit diperoleh, maka petani menolak untuk membayar iuran.

Akan tetapi, di salah satu desa penelitian di Jawa Tengah, peran Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam mengatur air dirasakan sangat kuat dengan adanya dampingan dan dukungan dari pemerintah kabupaten melalui pemerintah desa, bahkan sudah terdapat komisi irigasi di tingkat kabupaten yang beranggotakan perkumpulan petani pemakai air, atau kelompok pengguna jaringan

35

Handhiko dan Pithaloka, 2014 (unpublished paper).

irigasi. Dinas di kabupaten berperan dalam penentuan masa tanam serentak untuk meminimalisasi serangan hama. Lembaga pengairan di desa sudah melakukan koordinasi antar desa untuk pengaturan air di pintu-pintu air untuk menghindari terhambatnya pasokan air pada saat musim tanam. Peran ulu-ulu kemudian adalah menjaga agar tidak terjadi konflik dan pencurian air sehingga tidak ada petani yang dirugikan.36

Apa yang seharusnya ada:

Perlu ada reformasi pada Dirjen Pengairan di Pekerjaan Umum (PU). P3A juga perlu didemokratisasi dan diberi kewenangan yang lebih kongkrit sehingga bisa mendisiplinkan anggota dan pengurus, karena sudah ada contoh baik di salah satu desa penelitian.

3. Praktik tanam yang baik dan pengawasan pembasmi hama

Apa yang ada saat ini:

Penelitian ini menemukan di mayoritas desa-desa penelitian terjadi penurunan praktik penanaman yang sejalan dengan pengendalian hama terpadu dibandingkan dengan masa puncak Revolusi Hijau dulu. Sudah terjadi penurunan koordinasi tanam maupun koordinasi pemanfaatan air. Daerah persawahan di desa penelitian di Jawa Barat menghadapi ancaman urbanisasi sehingga tidak mudah dikendalikan lingkungannya demi pengendalian yang terpadu.

Untuk mengatasi hama, petani di desa penelitian tergantung pada informasi yang diberikan oleh penjual saprodi dan PPL. Petani di mayoritas desa-desa penelitian mengalami peningkatan frekuensi penyemprotan dengan pembasmi hama kimia, dengan anggapan hasilnya lebih terlihat dengan cepat meskipun biaya produksi tinggi. Apa yang seharusnya ada:

Upaya bersama petani perlu didorong kembali, tentunya tidak semudah dan tidak menggunakan cara seperti masa revolusi hijau namun lebih menitikberatkan pada program kerja sama dengan PPL, LSM atau ormas yang banyak diikuti di desa yang dapat menjadi percontohan awal selain daerah-daerah yang saat ini masih berhasil menjaga upaya bersama petaninya.

4. Mekanisasi Pertanian Apa yang ada saat ini:

Mekanisasi yang efektif masih berjalan, namun pengenalan teknologi baru seperti combine harvester dilakukan tanpa mempelajari kondisi nyata di masyarakat sehingga tidak tepat guna. Combine harvester tidak tepat guna karena teknologi ini membutuhkan modal besar, sekaligus mengurangi kesempatan kerja bagi petani tidak bertanah dan

Mitos-Mitos dalam Pertanian Padi dan Rekomendasi dari Penelitian Kemandirian Pangan Akatiga – Isono Sadoko | 81

petani kecil. Combine harvester juga memiliki banyak kelemahan secara teknis, seperti tidak bisa diaplikasikan ke petak-petak yang kecil dan mudah tenggelam di sawah yang cenderung basah atau banjir.

Apa yang seharusnya ada:

Perlu dipelajari kebutuhan di tingkat lokal dan pemuktahiran teknologi yang sudah ada saat ini seperti traktor dan mesin perontok agar hasilnya bisa lebih tepat guna dan sesuai dengan kondisi yang ada. Selain itu, pemerintah perlu mendorong lulusan teknik untuk lebih berorientasi mengembangkan teknologi yang benar-benar tepat guna di desa. Universitas dan program seperti Indonesia Mengajar perlu didorong agar para insinyur benar-benar menyelami kondisi di desa dan bisa melihat peluang di tingkat akar rumput. Sebagai pendorong, mereka yang bisa menciptakan keberhasilan praktis di akar rumput perlu diberi insentif.

PENUTUP

Banyak keputusan saat ini yang diambil pemerintah untuk pertanian padi tanpa mempelajari kepentingan para petani miskin dan kesempatan kerja layak bagi buruh tani. Pemikiran yang didorong oleh status quo dan kemudahan birokrasi. Hal ini juga ditunjang ketiadaan data dan pemantauan yang baik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kebijakan yang lebih peka dan didasari oleh data-data dari bawah dan menyadari keragaman Indonesia yang ada. Kebijakan untuk pertanian padi harus menyadari kondisi pranata di desa yang ada. Dimana tujuan akhir dari kebijakan tersebut adalah meningkatkan efisiensi sosial: yaitu meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja layak, meratakan distribusi keuntungan yang lebih merata, dan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. DAFTAR PUSTAKA <http://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/newlok.asp>. <http://id.beritasatu.com/agribusiness/dahlan-iskan-food-estate-ketapang-belum-maksimal/ 71535>. <http://www.pertanian.go.id/ap_posts/detil/266/2015/03 /09/16/00/42/Semangat%20Presiden%20kepa da%20Petani%20untuk%20Tingkatkan%20Pr oduksi>. (9 Juni 2015).

AKATIGA dan Ben White. 2015. Would I like to be a farmer? Inside Indonesia edisi 120: April-Juni 2015 pada <http://www.insideindonesia.org/ would-i-like-to-be-a-farmer-2>.

AKATIGA. 2010. Promoting Meaningful Participation for Poverty Reduction: Developing and Institutionalization of Participation and M&E System in Kebumen and Surakarta (Laporan). Bandung: AKATIGA.

AKATIGA. 2010. The Marginalized and Vulnerable Groups Study in PNPM-Rural (Laporan).

Bandung: AKATIGA.

AKATIGA. 2011. Evaluation Of PNPM Respek: Village Infrastructure And Institutional Capacity (Laporan). Bandung: AKATIGA. AKATIGA. 2013. The Local Level Institutions Study 3

(Laporan). Bandung: AKATIGA.

AKATIGA. 2014. Beneficiary Impact Assessment of PNPM/Respek In Papua/West Papua

(Laporan). Bandung: AKATIGA.

AKATIGA. On going research. Teknologi dan Kesempatan Kerja Pertanian Pangan

(Laporan). Bandung: AKATIGA

Ambarwati, Aprilia dan R.A. Harahap. 2015. Tanah untuk Penggarap? Penguasaan Tanah dan Struktur Agraris di Beberapa Desa Penghasil Padi. Bandung: AKATIGA

BPS (2013, Hal. 41)

Collins, Daryl, Jonathan Morduch, Stuart Rutherford & Orlanda Ruthven. 2009. Portfolios of the Poor: How the World's Poor Live on $2 a Day. Princeton University Press.

Handhiko dan Pithaloka. 2014. Institusi Pertanian dan Kesejahteraan Petani dalam Konteks Efisiensi Sosial. Tidak dipublikasikan.

Hasil Olahan Sensus Pertanian 2013

Herawati, Rina dan Yogaprasta A. Nugraha. 2015.

Menguak Realitas Orang Muda Sektor Pertanian di Perdesaan. Bandung: AKATIGA.

Herlinawati dan Charina Chazali. 2015. Sistem Pertanian Padi Indonesia dalam Perspektif Efisiensi Sosial. Bandung: AKATIGA

Persentase kontribusi sektor pertanian terhadap total lapangan pekerjaan utama (BPS Data Trend Serapan Tenaga Kerja Indonesia 2004 – 2014) Savitri, Laksmi A. dan Khidir M. Prawirosutanto. 2015.

Kebun Pangan Skala Luas di Ketapang: Menggambar Angan-Angan Tentang Surplus Produksi. Bandung: AKATIGA

Ünal. 2008. Small Is Beautiful: Evidence of an Inverse Relationship between Farm Size and Yield in Turkey. NY: The Levy Economics Institute. United Nation. 2013. Wake Up Before It Is Too Late,

Make Agriculture Truly Sustainable Now For Food Security In A Changing Climate.

Land‟s End: Capitalist Relations On An Indigenous Frontier – Ben White |83

Dalam dokumen JAS Vol 19 No 1 (Halaman 101-104)