• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

Asam lemak essensial dalam susu sapi merupakan asam lemak dengan jumlah karbon 18 atau lebih seperti asam stearat (18:0), asam oleat (18:1), asam linoleat (18:2), asam linolenat (18:3), EPA (20:5) dan DHA (22:6) yang terkandung dalam susu sapi. Asam lemak essensial tidak dapat disintesa oleh ternak sehingga asam lemak essensial dalam susu sapi berasal dari ransum. Absorbsii asam lemak yang berasal dari ransum dalam plasma menunjukkan asam lemak dalam ransum yang terabsorbsi dan terinkorporasi dalam lemak, yang dihasilkan oleh sel intestinal dan dibawa dalam plasma ke jaringan mamari. Karena itu, absorbsi asam lemak dalam plasma merupakan perbandingan antara konsentrasi asam lemak (%b/b) dalam plasma dengan konsentrasi asam lemak dalam ransum.

Inkorporasi asam lemak dalam plasma dalam lemak susu sapi menunjukkan konsentrasi asam lemak plasma yang terabsorbsi oleh sel mamari dan terinkorporasi dalam lemak yang disintesa dalam sel mamari. Karena itu, inkorporasi asam lemak dalam plasma dalam susu sapi merupakan perbandingan antara konsentrasi asam lemak dalam plasma dengan konsentrasi asam lemak dalam ransum.

Asam lemak atau karboksilat hasil perombakan garam karboksilat dan metil ester diabsorbsi oleh sel intestinal melalui mikrovilli lalu diesterifikasi dalam menjadi lipid dalam intestinal. Lipid dalam sel intestinal bergabung dalam khilomikron dan VLDL (very low density lipopropotein) untuk dibawa ke jaringan lain. Setelah lemak dihidrolisis oleh lipase lipoprotein dalam kapiler darah, asam lemak diabsorbsi dan diinkorporasi dalam lemak yang disintesa sel mamari.

Hasil penelitian sebelumnya, sapi dengan pemberian konsentrat dengan PK 14% dan TDN 64% 45 gkg-1 campuran garam karboksilat kering atau 45 gkg1 campuran metil ester kering dalam ransum dengan H:K 80:20 dapat menghasilkan asam lemak essensial seperti EPA dan DHA dalam susu sapi. Walaupun asam lemak essensial dalam ransum dapat diinkorporasi dalam lemak susu, mekanisme

inkorporasi asam lemak dalam susu sapi belum dikaji. Karena itu kajian dilanjutkan untuk mengetahui mekanisme inkorporasi asam lemak ransum dalam lemak susu sapi sebagai informasi awal.

MATERI DAN METODE

Materi Penelitian

Sembilan ekor sapi laktasi dengan produksi susu 8 sampai 10 Lhr-1

Menurut Lake et al. (2007), asam lemak yang berasal dari perombakan cadangan lemak di jaringan adiposa dapat terkandung dalam susu sapi berlangsung dari awal laktasi (hari ke-1 postpartum) sampai pertengahan laktasi (hari ke-65 postpartum). Pada penelitian ini diharapkan asam lemak essensial dalam susu sapi berasal dari asam lemak essensial ransum, sehingga sapi laktasi yang digunakan adalah sapi laktasi bulan ke-3 sampai ke-4.

dalam periode lewat puncak produksi susu atau pertengahan laktasi (bulan laktasi ke-3 sampai ke-4) dan bobot badan 320 sampai 350 kg. Kadar lemak total mulai meningkat pada pertengahan laktasi setelah turun pada awal laktasi. Peningkatan kadar lemak total berindikasi biosintesa lemak meningkat dalam sel mamari. CGKK dan CMEK diharapkan sebagai sumber asam lemak yang dapat terinkorporasi dalam lemak susu.

Konsentrat dengan protei kasar PK 14% (PK 14%) dan total nutrien tercerna 64% (TDN 64%) termasuk kategori konsentrat sumber energi. Rasio antara hijauan dan konsentrat 80:20 dalam ransum. Komposisi ransum total yang digunakan untuk ransum penelitian terdiri atas kulit jagung dan ampas tahu sebagai hijauan serta konsentrat dengan CGKK atau CMEK (Tabel 8).

Tabel 8 Komposisi ransum

Pakan /Nutrien RKM-0 RK-45 RM-45

Pakan % Bahan Kering

Kulit jagung 64,90 64,92 64,92 Ampas tahu 6,50 6,50 6,50 K-0,M-0 28,51 - - K-45 - 28,48 - M-45 - - 28,58 Nutrien Air 9,60 9,60 9,60 Protein kasar 9,30 8,93 8,93 Lemak kasar 5,33 5,33 5,33 Serat kasar 22,71 22,69 22,69

Metode Penelitian Peubah

Peubah yang diukur yaitu kadar lemak total dalam susu (metode Gerber), konsentrasi asam lemak dalam total dalam susu sapi, dan produksi susu harian (metode volumetri).

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk penelitian ini adalah rancangan lengkap terdiri dari 3 jenis ransum dan 3 ulangan. Penggunaan rancangan ini karena unit percobaan relatif sama seperti sapi diperah lebih dari 8 minggu (bulan laktasi ke-3 sampai ke-4) dan bobot badan 320-350 kg. Pembersihan kandang dan pemerahan sapi dilakukan oleh 1 orang, dan sapi dalam 1 kandang.

Model

Model yang digunakan untuk penelitian yaitu model tetap Yij = μ + Ti + εij

,Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, µ = rataan umum, Ti = pengaruh perlakuan ke-i, dan εij =

Teknik Pengumpulan Data

pengaruh galat dari perlakuan.

Sampel susu berasal dari susu hasil pemerahan sapi pada pagi hari, yang dihasilkan oleh sapi dengan pemberian ransum RKM-0 atau RK-45 atau RM-45 selama 21 hari. Sembilan sampel susu terdiri atas 3 berasal dari sapi dengan RKM-0, 3 berasal dari sapi dengan RK-45, dan 3 berasal dari sapi dengan RM-45 masing-masing 100 mL dimasukkan ke dalam kantong polietilen lalu disimpan dalam termos susu. Selanjutnya sampel susu dibawa ke laboratorium disimpan dalam refrigerator dengan suhu 40

Pengumpulan sampel darah pada hari ke-22 penerapan perlakuan pada ternak. Pengambilan darah lima jam setelah pemberian makanan. Sampel darah diambil dari ekor dengan jarum dan ditampung dalam tabung berisi natrium heparin, dan dimasukkan dalam kantong polietilen, lalu disimpan dalam termos susu. Setelah itu tabung disentrifugasi 1200 rpm selama 30 menit untuk

C sampai dianalisis konsentrasi asam lemaknya. Pengumpulan sampel dan pencatatan produksi susu harian dilakukan pada hari ke-22.

memperoleh plasma. Selanjutnya plasma disimpan dalam evendorf, lalu disimpan dalam freezer dengan suhu -20o

Analisis Data serta Cara Penafsiran Data

C.

Sidik ragam digunakan untuk mengevaluasi efek ransum terhadap konsentrasi asam lemak dalam susu sapi. Uji kontras ortogonal digunakan untuk membandingkan efek antara perlakuan RKM-0 vs RK-45, RM-45, dan RK-45 vs RM-45. Selanjutnya hasil uji kontras ortogonal dipaparkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Cara Perhitungan

Absorbsi asam lemak dalam plasma merupakan perbandingan antara konsentrasi asam lemak dalam lemak dalam plasma dengan konsentrasi asam lemak dalam lemak ransum.

Absorbsi asam lemak ransum dalam plasma (AALrp

Inkorporasi asam lemak plasma dalam susu sapi merupakan perbandingan antara konsentrasi asam lemak dalam lemak dalam susu sapi dengan konsentrasi asam lemak dalam lemak dalam plasma.

, kali) = konsentrasi asam lemak dalam plasma (%b/b) / konsentrasi asam lemak dalam ransum (%b/b)

Inkorporasi asam lemak plasma dalam susu sapi (IALp→3, kali) = konsentrasi asam lemak dalam susu (%b/b) / konsentrasi asam lemak dalam ransum (%b/b).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi Asam Lemak dalam Plasma

Asam lemak dalam lemak plasma (asam lemak plasma) berasal dari asam lemak dalam ransum yang terabsorbsi dan terinkorporasi dalam lemak dalam sel enterosit dan dibawa oleh (Lake et al 2007). Asam lemak dalam plasma juga dapat berasal dari hasil perombakan cadangan lemak dalam pool lemak atau jaringan adiposa (Lake et al 2007). Selain itu, asam lemak dalam plasma berasal dari asam lemak dalam biomassa bakteri dan protozoa rumen (Or Rashid et al 2007), yang dicerna dalam abomasal dan diabsorbsi oleh sel enterosit, lalu diesterifikasi menjadi lemak. Selanjutnya lemak ini bergabung dengan khilomikron dan VLDL dan dibawa oleh darah untuk ditranspor ke jaringan mamari.

Tabel 12 Pengaruh ransum dengan CGKK dan CMEK terhadap konsentrasi asam lemak dalam plasma

Asam Lemak RKM-0 RK-45 RM-45 ………..%b/b... Stearat (18:0) 0,027 0,027 0,140 Oleat (18:1) 0,035a 0,050a 0,019 Linoleat (18:2) b 0,05 0,008 0,003 Linolenat (18:3) 0,004b 0,005a 0,004 EPA (20:5) a 0,000C 0,077A 0,024 DHA (22:6) B 0,000C 0,199A 0,052B

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf 0,05 dan 0,01 (uji kontras ortogonal)

Keterangan: RKM-0 = Kulit Jagung + Konsentrat, RK-45= Kulit Jagung + K-45, RM-45 = kulit jagung + M-45

Konsentrasi asam linolenat (C18:3), EPA (C20:5), dan DHA (C22:6) dalam plasma sapi dengan pemberian RK-45 dan RM-45 lebih tinggi dibandingkan dengan RKM-0. Konsentrasi EPA dan DHA dalam plasma sapi dengan asupan RK-45 lebih tinggi dibandingkan dengan RM-45. Selanjutnya asam oleat, asam linolenat, EPA dan DHA dalam plasma sapi dengan asupan RK-45 tertinggi dibandingkan dengan asupan RKM-0 dan RM-45 (Tabel 12). Fenomena ini berindikasi absorbsi dan inkorporasi EPA dan DHA tidak menghambat

inkorporasi asam lemak essensial lainnya dalam fosfolipid yang sintesa dalam sel intestinal. Indikasi lain, ketersediaan oleat, EPA, dan DHA yang berasal dari RK-45 yang dibawa oleh lipoprotein untuk diabsorbsi di jaringan mamari lebih tinggi dibandingkan dengan RM-45.

Konsentrasi asam stearat (C18:0) dan asam linoleat (C18:2

Absorbsi Asam Lemak Ransum dalam Plasma

) dalam plasma sapi tidak signifikan dipengaruhi oleh pemberian RKM-0, RK-45 dan RM-45. Fenomena ini berarti penambahan asam lemak essensial berasal dari pengolahan minyak ikan dalam ransum tidak meningkatkan ketersediaan asam stearat, asam oleat, asam linoleat dalam darah. Ini berimplikasi posisi spesifik stearat dan linoleat tidak sama dengan EPA dan DHA sehingga absorbsi dan inkorporasi stearat dan linoleat tidak dipengaruhi oleh absorbsi dan inkorporasi EPA dan DHA dalam fosfolipid hasil sintesa dalam sel intestinal.

Asam lemak berasal dari ransum, diabsorbsi dan diesterifikasi menjadi fosfolipid dalam sel intestinal, dan dibawa oleh lipoprotein dalam darah. Absorbsi asam lemak ransum dalam plasma merupakan perbandingan antara konsentrasi asam lemak dalam lemak dalam plasma dengan konsentrasi asam lemak dalam lemak ransum. Absorbsi ini menunjukkan proporsi asam lemak dalam ransum yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan target.

Absorbsi asam lemak essensial asam stearat (C18:0), asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2), dan asam linolenat (C18:3) ransum dalam plasma sapi dengan pemberian RKM-0 lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian RK-45 dan RM-45. seperti halnya absorbsi EPA dan DHA ransum dalam plasma sapi dengan RK-45 lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian RM-RK-45. Sebaliknya absorbsi asam oleat (C18:1), dan asam linolenat (C18:3) ransum dalam plasma sapi dengan pemberian RM-45 lebih rendah dibandingkan dengnan pemberian RK-45 dan RKM-0 (Tabel 13).

Tabel 13 Absorbsi asam lemak essensial ransum dalam plasma Asam Lemak RKM-0 RK-45 RM-45 ...………..kali... Stearat (18:0) 23A 0,03C 0,14B Oleat (18:1) 353,33A 0,024B 0,008C Linoleat (18:2) 4,667A 0,225B 0,020B Linolenat (18:3) 3,330A 0,021B 0,018C EPA (20:5) 0 0,010A 0,003B DHA (22:6) 0 0,064A 0,017A

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf 0,05 dan 0,01 (uji kontras ortogonal)

Keterangan: RKM-0 = Kulit Jagung + Konsentrat, RK-45= Kulit Jagung + K-45, RM- 45 = kulit jagung + M-45

Fenomena ini berarti konsentrasi asam stearat (C18:0), asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2), dan asam linolenat (C18:3) dalam lipid yang disintesa dalam sel intestinal dan dibawa dalam plasma sapi dengan pemberian RKM-0 lebih tinggi dibandingkan dengan RK-45 dan RM-45. Seperti halnya konsentrasi EPA (C20:5) dan DHA (C22:6

Fenomena ini menunjukkan absorbsi EPA dan DHA menghambat absorbsi asam lemak essensial lainnya seperti asam stearat, asam linoleat, dan asam linolenat dalam fosfolipid yang disintesa dalam sel intestinal dan dibawa oleh plasma. Hal ini berindikasi posisi spesifik EPA dan DHA sama dengan asam stearat, asam oleat dan asam linolenat dalam lemak intestinal. Indikasi lain enzim acyltransferase lebih sensitif terhadap EPA dan DHA dibandingkan dengan asam stearat, asam oleat dan asam linolenat dalam sel intestinal.

) dalam lemak yang disintesa dalam sel intestinal dan dibawa dalam plasma sapi dengan pemberian RK-45 lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian RM-45. Sebaliknya konsentrasi asam oleat (18:1) dan asam linolenat (18:3) dalam lemak yang disintesa danlan sel intestinal dan dibawa dalam plasma sapi dengan pemberian RM-45 lebih rendah dibandingkan dengn pemberian RKM-0 dan RK-45.

Absorbsi asam stearat, asam oleat, dan asam liolenat dalam lipid yang disintesa dalam sel intestinal dan dibawa oleh plasma sapi dengan pemberian RKM-0 tertinggi dibandingkan dengan RK-45 dan RM-45. Sebaliknya konsentrasi asam oleat tertinggi dalam plasma sapi dengan pemberian RKM-0. Fenomena ini menunjukkan rendahnya absorbsi asam lemak ransum oleh intestinal yang dibawa oleh darah tidak berimplikasi pada rendahnya konsentrasi asam lemak dalam plasma terutama asam lemak stearat (C18:0), asam linolet (C18:2) dan asam linolenat (C18:3

Inkorporasi Asam Lemak Plasma dalam Susu Sapi

). Karena itu, absorbsi asam stearat, asam linoleat, dan asam linolenat ransum dalam plasma tidak meunjukkan konsentrasinya dalam plasma.

Inkorporasi asam stearat (C18:0), asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2), dan asam linolenat (C18:3) plasma dalam lemak susu sapi tidak signifikan dipengaruhi oleh pemberian RKM-0, RK-45, dan RM-45. Sebaliknya inkorporasi EPA (C20:5), dan DHA (C22:6

Fenomena ini menunjukkan inkorporasi asam stearat (C

) signifikan dipengaruhi oleh pemberian RKM-0, RK-45, dan RM-45. Inkorporasi asam stearat, asam oleat, dan asam linolenat plasma dalam lemak susu sapi dengan pemberian RKM-0 sama dengan pemberian RK-45 dan RM-45. Seperti halnya inkorporasi asam stearat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat plasma dalam lemak susu sapi dengan pemberian RK-45 sama dengan pemberian RM-45. Sebaliknya inkorporasi EPA dan DHA plasma dalam lemak susu sapi dengan pemberian RM-45 lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian RKM-0 dan RK-45, tetapi pemberian RKM-0 sama dengan pemberian RK-45.

18:0), asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2) dan asam linolenat (C18:3

Inkorporasi EPA (C

) plasma dalam lemak susu sapi tidak dapat ditingkatkan oleh sapi pada periode pertengahan laktasi dengan pemberian ransum dengan penambahan campuran garam karboksilat kering atau campuran metil ester kering. Sebaliknya inkorporasi, EPA dan DHA plasma dalam lemak susu sapi dapat ditingkatkan oleh ransum dengan penambahan campuran metil ester kering.

20:5) dan DHA (C22:5) plasma dalam lemak susu sapi dengan pemberian RM-45 lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian RK-45

(1,604 dan 0,014 kali, 0,484 dan 0,005 kali). Sebaliknya konsentrasi EPA dan DHA dalam plasma sapi dengan pemberian RM-45 lebih rendah dibandingkan dengan pemberian RK-45 (0,02 dan 0,05 % b/b 0,08 dan 0,20% b/b). Fenomena ini menunjukkan status tinggi atau rendahnya inkorporasi EPA dan DHA plasma dalam lemak susu sapi tidak ditentukan oleh status tinggi atau rendahnya konsentrasi EPA dan DHA dalam plasma.

Inkorporasi asam stearat (C18:0), asam oleat (C18:1), dan asam linoleat (C18:2) plasma ratusan sampai ribuan kali dalam lemak susu sapi berindikasi enzim acyltransferase sangat sensitif terhadap asam stearat, asam oleat, dan asam linoleat dalam sel epitelial alveolar jaringan mamari. Sebaliknya rendahnya inkorporasi EPA (C20:5) dan DHA (C22:6

Tabel 14 Inkorporasi asam lemak plasma dalam susu sapi

) plasma dalam susu sapi dengan pemberian ransum dengan CGKK dan CMEK berindikasi enzim acyltransferase kurang sensitif terhadap EPA dan DHA dalam sel epitelial alveolar jaringan mamari sapi laktasi periode pertengahan laktasi.

Asam Lemak RKM-0 RK-45 RM-45 ……….kali... Asam Stearat (18:0) 464 339 247 Asam Oleat (18:1) 551 360 701 Asam Linoleat (18:2) 651 348 1147 Asam Linolenat (18:3) 42 22 60 EPA (20:5) 0c 0,484b 1,604a DHA (22:6) 0c 0,005b 0,014a

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf 0,05 (uji kontras ortogonal)

Keterangan: RKM-0 = Kulit Jagung + Konsentrat, RK-45= Kulit Jagung + K-45, RM- 45 = kulit jagung + M-45

Inkorporasi EPA dan DHA plasma dalam susu yang dihasilkan oleh sapi dengan asupan RM-45 relatif tertinggi. Padahal absorbsi oleat ransum RM-45 paling rendah dalam plasma sapi. Fenomena ini berindikasi konsentrasi asam lemak yang dominan dalam ransum mempengaruhi absorbsi asam lemak oleh sel mamari dan deposisi asam lemak dalam lemak susu. Selanjutnya posisi spesifik asam stearat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat tidak bergantung pada

posisi spesifik EPA dan DHA dalam triasilgliserol lemak susu sapi. Posisi spesifik asam lemak dalam triasilgliserol dalam susu sapi tidak acak dan tidak stabil. Posisi spesifik asam lemak dalam triasilgliserol susu sapi ditentukan oleh sensitifitas asam lemak terhadap enzim acyltransferase dan phosphatide phosphatase dalam sel mamari serta berat molekul triasilgliserol.

Berat molekul triasilgliserol ditentukan oleh konsentrasi asam lemak tertinggi dalam triasilgliserol. Jika konsentrasi asam lemak essensial total lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi asam lemak nonessensial dalam triasilgliserol, , triasilgliserol atau lemak susu termasuk katagori lemak berbobot molekul tinggi. Sebaliknya konsentrasi asam lemak nonessensial total lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi asam lemak essensial dalam triasilgliserol, triasilgliserol termasuk dengan bobot molekul rendah.

Hasil penelitian tidak memperkuat Soyeurt et al (2008), sintesa de novo asam lemak dihambat oleh aktifitas stearoyl-CoA desaturase (SCD). Hasil penelitian berindikasi aktifitas enzim stearoyl-CoA desaturase (SCD) dalam rumen, yang ditunjukkan oleh absorbsi 18:1 ransum ratusan kali dalam plasma, tidak menghambat sintesa de novo asam lemak dalam sel mamari.

Proses desaturasi asam stearat (18:0) menjadi asam oleat (18:1) dikatalisis oleh stearoyl-CoA desaturase (SCD) bersama dengan NADPH, cytochrome b5 reductase, cytochrome b5 dan oksigen. Enzim ini juga mengkatalisis cis-9,cis-12 18:2 menjadi cis-9,trans-11 18:2 CLA (Corl et al 2001). Empat puluh persen dari asam stearat yang terabsorbsi dikonversi menjadi asam oleat (cis-9 18:1) dalam jaringan mamari. Selanjutnya lebih dari lima puluh persen dari cis-9 18:1 dalam susu sapi berasal dari desaturasi asam stearat menjadi asam oleat oleh enzim stearoyl-CoA desaturase (Soyeurt et al 2008).

dengan konsentrat mengandung 45gkg-1 CGKK, dan 45 gkg-1 CMEK menghambat absorbsi asam lemak essensial lain dalam plasma tetapi inkorporasi EPA dan DHA tidak menghambat inkorporasi asam lemak essensial lain dalam plasma dalam lemak susu sapi perah pertengahan laktasi.

Dokumen terkait