• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6.3 Mekanisme Pertahanan Diri

Hilgard, et al., dalam Minderop (2010: 29) menyatakan Freud menggunakan

istilah mekanisme pertahanan mengacu pada proses alam bawah sadar seseorang

yang mempertahankannya terhadap anxitas; mekanisme ini melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal dengan mendistori realitas dengan berbagai cara. Masih

menurut Hilgard, et al., pertahanan yang paling primitif dari ancaman-ancaman dari

luar ialah denial of reality (penolakan realitas), ketika individu mencoba menolak realitas yang mengganggu dengan penolakan mengakuinya.

Mekanisme pertahanan ego timbul karena adanya kecemasan-kecemasan yang

dirasakan individu. Maka, mekanisme pertahanan terkait dengan kecemasan individu.

Kecemasan adalah perasaan terjepit atau terancam, ketika terjadi konflik yang

menguasai ego kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang

dari luar. Mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk

mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.

Kecemasan objektif merupakan respons realistis ketika seseorang merasakan

bahaya dalam suatu lingkungan (Minderop, 2010:28). Freud mengatakan bahwa ia

percaya bahwa kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar merupakan akibat

konflik dari konflik antara pulsi Id (umumnya seksual dan agresif) dan pertahanan dari ego dan superego (Minderop, 2010; 28). Masih menurut Freud, kebayakan pulsi

tersebut mengancam individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal

atau berseberangan dengan nilai-nilai dalam suatu masyarakat.

Menurut Alwisol, (2005: 27) mekanisme pertahanan ego membantu dapat dilaksanakannya fungsi penolakan, sekaligus melindungi individu dari kecemasan

yang berlebihan. Pendapat Freud dalam Alwisol, (2005: 27) mekanisme pertahanan

adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi implus id

serta menentang tekanan superego. Menurutnya lagi, ego mereaksi bahaya munculnya implus id memakai dua cara. Pertama, membentengi implus sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah laku sadar. Kedua, membelokkan implus itu

sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.

Semua mekanisme pertahahanan diri menurut Alwisol (2005: 28) mempunyai

tiga persamaan ciri yakni, 1) mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak

sadar 2) mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsukan, atau memutarbalikkan

kenyataan dan 3) mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang,

sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam.

Terdapat tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam mekanisme pertahanan

diri (Minderop, 2010: 29) yaitu: Pertama, mekanisme pertahanan merupakan

konstruk psikologis berdasarkan observasi terhadap perilaku individu. Kedua,

perilaku seseorang membutuhkan informasi deskriptif yang bukan penjelasan tentang

orang normal. Bila mekanisme menjadi keutamaan dalam penyelesaian masalah maka

ada indikasi siindividu tidak mampu menyesuaikan diri.

Jika ego bekerja terlalu keras bisa saja menjadi sikap yang menyimpang. Menurut Freud dalam Feist (2010: 40) inilah mengapa ego membangun mekanisme

pertahanan diri agar kita tak perlu menghadapi ledakan-ledakan seksual dan agresif

secara langsung. Senada dengan pendapat di atas, Feist (2006: 34) mengungkapkan

meskipun mekanisme pertahanan ini normal dan digunakan secara universal, apabila

digunakan secara ekstrem, maka mekanisme-mekanisme ini akan akan mengarah

pada perilaku yang komplusif, repetitive, dan neurotis.

Menurut Arif (2006: 19) fungsi utama defense mechanism adalah untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan.

Sudah dikemukakan oleh Freud bahwa manusia memiliki tiga struktur kepribadian

yaitu id, ego, dan superego. Id adalah dorongan atau hasrat yang ada dalam keinginan manusia. Sedangkan ego adalah prinsip realitas dengan maksud memenuhi id namun tetap tidak mengesampingkan realitas. Ego bekerja dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mekanisme pertahanan yang dilakukan manuisa. Seperti yang

dikemukakan oleh Arif (2006: 18) bahwa fungsi utama ego adalah mengatur dialog/interaksi/transaksi antara dunia internal individu dengan realitas eksternal. Ia

mesti menjembatani sedemikian rupa agar interaksi tersebut berjalan mulus. Jadi, di

Yang memicu adanya cara kerja ego adalah kecemasan atau anxitas. Freud dalam Feist (2010: 38-39) mengklasifikasikan kecemasan menjadi tiga kategori.

Pertama, kecemasan neurosis, adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui.

Kedua, kecemasan moral, adalah kecemasan yang berakar dari konflik antara ego dan

superego. Ketiga, kecemasan realistik yang terkait dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang

mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.

Freud pun membagi mekanisme pertahanan menjadi beberapa model.

Kesepuluh model mekanisme pertahanan diri menurut Freud adalah sebagai berikut:

1. Represi: Tugas represi adalah mendorong keuar implus-implus id yang tidak diterima dari alam bawah sadar dan kembali ke alam bawah sadar.

Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego.

Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan

cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar.

Feist (2010: 40). Represi adalah proses ego memakai kekuatan anxitas untuk menekan segala sesuaru (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat

menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran. Represi bisa sangat kuat,

2. Sublimasi: Sublimasi (Minderop, 2010: 20) adalah bentuk pengalihan.

Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial

menggantikan perasaan tidak nyaman. Arif (2006: 32) menambahkan bahwa

sublimasi mengubah atau mentransformasikan dorongan primitif baik itu

dorongan seksual atau agresi menjadi dorongan yang lebih sesuai dengan

budaya dan norma-norma yang berlaku di realitas eksternal.

3. Proyeksi: Poyeksi terjadi apabila individu menutupi kekurangannya dan

masalah yang dihadapi atau kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain.

Seseorang yang melakukan proyeksi, tidak mengenali tampilan yang

dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya (Arif, 2006: 34).

4. Pengalihan: Pengalihan adalah perasaan tidak senang terhadap suatu objek

lainnya yang lebih memungkinkan (Miderop, 2010: 20). Menurut Freud lagi

dalam Feist (2006: 36) pada pengalihan, orang bisa mengalihkan dorongan-

dorongan yang tak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga

dorongan aslinya terselubung dan tersembunyi.

5. Rasionalisasi: Rasionalisasi memiliki dua tujuan yaitu; mengurangi

kekecewaan dan memberikan motif yang dapat diterima pelaku. Rasionalisasi

adalah upaya mendististorsi persepsi akan realitas (Miderop, 2010:21). Dalam

telah terdistorsi cukup jauh, dan alasan-alasan yang dikemukakannya adalah

palsu, ia merasa alasan tersebut memang benar (Arif, 2006: 36).

6. Reaksi Formasi: Minderop, (2010: 21) Reaksi formasi mampu mencegah

seorang individu berperilaku yang menghasilkan anxitas dan kerap kali dapat mencegahnya bersikap antisosial. Menurut Arif (2006: 35) reaksi formasi

adalah upaya untuk melawan suatu dorongan libidinal yang dipersepsikan

dapat menimbulkan konflik, dengan cara melakukan kebalikannya.

7. Regresi: Menurut Freud ada dua interpretasi mengenai regresi. Pertama,

retrogresivve behavior yaitu, perilaku seseorang yang mirip seperti anak kecil. Kedua, primitivation ketika seseorang dewasa bersikap seperti orang yang tidak berbudaya (Minderop, 2010: 22). Regresi, pada saat libido melewati

perkembangan tertentu, di masa penuh stres dan kecemasan, libido bisa

kembali ke tahap yang sebelumnya (Feist. 2010: 42).

8. Agresi dan apatis: Perasaan marah terkait dengan ketegangan dan

kegelisahan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan

(Minderop, 2010: 37). Menurut Freud dalam Alwisol (2005: 33) reaksi agresi

itu memanfaatkan drive agresif untuk menyerang obyek yang menimbulkan

frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan drive

agresinya, baik yang ditujukan kepada obyek asli, obyek pengganti maupun

9. Fantasi dan Stereotype: Stereotype adalah konsekuensi dari frustasi yaitu perilau stereotype memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus yang

tampak aneh (Miderop, 2010: 39)

10.Undoing: kecemasan dan dosa akibat kegiatan negatif, ditutupi/dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk

“tingkahlaku ritual” (Alwisol, 2005: 34). Menurut Arif, (2006: 35) undoing

adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu implus yang telah terwujud

menjadi tingkah laku, biasanya dengan cara melakukan ritual-ritual tertentu.

Teori-teori psikoanalisis Sigmund Freud akan diterapkan dalam menganalisis tiga

tokoh mengenai mekanisme pertahanan diri yang digunakan masing-masing tokoh

dalam masalah atau kecemasan-kecemasan yang dihadapinya karena sesuai dengan

pandangan Freud bahwa dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan merupakan

karakteristik yang cenderung kuat dalam diri setiap orang. Senada dengan pendapat di

atas peneliti yakin bahwa kecemasan-kecemasan dalam ketiga tokoh menimbulkan

mekanisme-mekanisme pertahanan yang kuat pada masing-masing konflik yang

terjadi.

Id, ego, dan superego adalah struktur kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, di dalam id, ego, superego terdapat pengertian dan beberapa fungsinya dalam struktur kepribadian manusia. Jika menurut Freud id adalah segala sesuatu yang bekerja dengan prinsip kesenangan, maka ego adalah yang memenuhi

Sedangkan superego menyangkut pada hati nurani yang menilai yang sudah

bersentuhan dengan realitas. ketika manusia berada dalam keadaan yang tidak

nyaman atau merasa terancam, maka id memberi sinyal bahaya yaitu kecemasan, dan

ego menerima sinyal bahaya dan menggunakan salah satu cara kerjanya yaitu mekanisme pertahanan diri guna meredakan kecemasan maupun memutarbalikkan

kenyataan agar keadaan terasa tidak terlalu berbahaya. Jika id tidak terkontrol maka

ego pun bekerja keras dengan menggunakan banyak cara mekanisme pertahahan diri yang meliputi sepuluh model mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri

adalah cara kerja ego yang menjaga agar struktur kepribadian kepribadian (id,ego, superego) manusia tetap seimbang.

Dokumen terkait