• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melakukan deliniasi kawasan-kawasan tersebut yang penduduknya memilikikemudahan yang sedikit atau tidak memiliki kemudahan

B. Strategi Pengembangan Pola Ruang

3. Melakukan deliniasi kawasan-kawasan tersebut yang penduduknya memilikikemudahan yang sedikit atau tidak memiliki kemudahan

sama sekali terhadappelayanan dan fasilitas perkotaan.

Dalam kaitannya dengan ketiga uraian di atas, pada uraian di bagian sebelumnya telah disusun pendekatan sistem pusat berdasarkan jumlah penduduk dan kelengkapanfasilitasnya. Selanjutnya dilakukan pula analisi gravitasi dalam rangka identifikasi tingkatketerkaitan antar pusat serta antar pusat dengan wilayah belakangnya dalam rangkamendukung struktur perwilayahan, yang disajikan dalam Tabel 3.1.Berdasarkan pendekatan-pendekatan di atas, maka sistem pusat perwilayahan diProvinsi Banten serta deliniasi wilayah belakangnya dapat ditentukan dan digambarkan, sebagaimana disajikan dalam gambar pada halaman selanjutnya. Arahan Sistem Pusat tersebut mengidentifikasikan bahwa di Provinsi Banten akanterdapat beberapa jenjang sistem pusat, yaitu sebagai berikut.

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang meliputi perkotaan antara lain KawasanPerkotaan Tangerang dan Tangerang Selatan sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur,selain itu Kawasan Perkotaan Serang dan Cilegon sesuai ketentuan dalam PP No. 26Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang meliputi perkotaan antara lain Pandeglang dan Rangkasbitung sesuai ketentuan dalam PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional serta RTRW Provinsi Banten 2002-2017. PKW tersebut merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut. Adapunyang diusulkan sebagai PKW Promosi (PKWp) antara lain perkotaan Panimbang, Bayah, Maja, Balaraja dan Teluk Naga.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi perkotaan antara lain Labuan, Cibaliung,Malingping, Tigaraksa, Kronjo, Anyar, Baros, Kragilan. Dengan demikian, maka kotakotatersebut perlu didorong sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untukmelayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Penyediaanprasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangkapenguatan fungsi kota-kota tersebut sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Potensi perkembangan jumlah penduduk dan potensi perkembangan luasankawasan perkotaan mengindikasikan pola perkembangan yang berbeda. Beberapa kawasankota dan perkotaan menyatu melalui proses penyatuan antar kawasan (konurbasi)sedangkan kawasan perkotaan mengalami pemekaran secara monosentris. Berdasarkanpotensi perkembangan kota – perkotaan tersebut hirarki kota – perkotaan di Bantenberdasarkan tipe kota – perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Perkotaan Metropolitan meliputi : Perkotaan Tangerang sebagai bagian dariMetropolitan Jabodetabekpunjur

2. Perkotaan Menengah meliputi : Perkotaan Serang, Perkotaan Cilegon

3. Perkotaan Kecil meliputi: Perkotaan Rangkasbitung, Pandeglang, Saketi, Panimbangjaya, Labuan, Malingping, Bayah, Maja, Kaduagung Timur, Balaraja, Cikupa, Cikande, Anyer, Kasemen, Petir.

Perwilayahan Provinsi Banten direncanakan dalam Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan, merupakan upaya untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berkembangcenderung terus membesar dan berpotensi mendorong perkembangan mega urban di WKPI, menyeimbangkan perkembangan perkotaan lain di wilayah Banten dan mengendalikanperkembangan kawasan terbangun di perkotaan sesuai daya dukung dan prinsip-prinsippembangunan yang berkelanjutan. Penataan Satuan Wilayah Pengembangan dengan kedalaman hingga penataan struktur pusat permukiman perkotaan, adalah upaya untuk mendorong perkembangan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

perkotaan yang serasi dengan kawasan perdesaan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk mendorong perkembangan wilayah maka perkotaan menengah dan kota kecil perlu didorong perannya melalui penyediaan berbagai fasilitasdan infrastruktur yang memadai. Efisiensi pelayanan perkotaan ditentukan melalui skalapelayanan wilayah dengan membentuk perwilayahan, dimana masing-masing WKPmemiliki satu pusat. Untuk itu, maka Propinsi Banten dibagi menjadi 3 Wilayah KerjaPembangunan (WKP), yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang,dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kabupaten Lebak, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) tersebut meliputi :

a. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatanindustri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan;

b. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan kegiatanpemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan, pergudangan,pariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan;

c. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatankehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3. Satuan wilayah pengembangan tersebut di atas memiliki fungsi :

Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang

wilayah.

• Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya, diharapkan mampu sebagaimotor penggerak pembangunan.

Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.

Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan

pertumbuhan perekonomian wilayah. Satuan wilayah pengembangan diharapkan dapat berperan secara efektif untuk :

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara

berhirarkhi dari tingkat pelayanan lokal, regional dan nasional.

• Mendukung strategi kebijakan keruangan dalam pembangunan wilayah Banten.

• Mendukung rencana struktur ruang wilayah Banten yang tidak terpisahkan dari struktur tata ruang wilayah nasional dan struktur tata ruang kota/kabupaten.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Gambar 3.2.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Gambar 3.3. Peta Sistem Pusat Kota

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Struktur pusat permukiman perkotaan yang menjadi bagian dari perwilayah di dalamRencana Tata Ruang Wilayah Banten dibedakan atas struktur pusat permukiman perkotaan di Metropolitan Jabodetabek punjur serta di luar metropolitan. Struktur pusatpermukiman perkotaan wilayah Metropolitan merupakan upaya untuk memecahsentralisasi pusat pelayanan, dan orientasi pelayanan serta kegiatan yang monosentris kearah Tangerang dan sekitarnya.

Struktur pusat permukiman perkotaan di metropolitan diarahkan tetap dengan konsep pertumbuhan. Konsep penataannya dengan membentuk pusat pertumbuhan di masing-masing

Satuan Wilayah Pengembangan. Untuk memperbesar efek pertumbuhan di setiap SWP, maka konsep keterkaitan antar wilayah perlu diintensifkan dengan pola networksistem.

4. Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di Provinsi Banten, meliputi :

a. pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan;

b. pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi berbasis DAS;

c. pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan; d. pengembangan infrastruktur telekomunikasi; dan e. pengembangan infrastruktur permukiman.

Tujuan pengembangan infrastruktur wilayah untuk menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya melalui :

a. penyediaan infrastruktur jalan dan perhubungan yang handal dan terintegrasi untuk mendukung tumbuhnya pusat pertumbuhan; b. penyediaan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi yang handal

berbasis DAS untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air serta pengendalian daya rusak air; c. peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

d. peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur telekomunikasi; dan

e. peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman.

Rencana pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan terdiri atas :

a. pengembangan jaringan jalan primer yang melayani distribusi barang dan jasa yang menghubungkan PKN, PKNp, PKW, PKWp dan PKL;

b. pengembangan jaringan jalan tol dalam kota maupun antarkota sebagai penghubung antarpusatkegiatan utama;

c. pengembangan jaringan kereta api yang berfungsi sebagai penghubung antar PKN serta antara PKN dengan PKNp dan PKWp;

d. pengembangan bandara dan pelabuhan nasional maupun internasional serta terminal guna memenuhi kebutuhan pergerakan barang dan jasa dari dan ke Daerah dalam skala regional, nasional, maupun internasional; dan

e. pengembangan sistem angkutan umum massal dalam rangka mendukung pengembangan pusat kegiatan utama.

Arahan pengembangan prasarana sumberdaya air adalah upaya-upaya pengembangan prasarana sumberdaya air dalam rangka memenuhi berbagai kepentingan. Pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air bersih diarahkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah yang sudah dikembangkan sebagai suplai sumber daya air CAT Rawa Danau di Serang-Pandeglang. Adapun arahan pengembangan sumberdaya air di Provinsi Banten dikembangkan pada lokasi :

a. Bendungan Karian di Kabupaten Lebak untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

b. Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

c. Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya.

a) Bendungan Pasir Kopo di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian.

b) Bendung Ciliman di Kabupaten Lebak untuk kebutuhan pertanian. c) Bendungan Cibaliung di Kabupaten Pandeglang untuk kebutuhan

pertanian.

d) Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang untuk kebutuhan pertanian.

e) Bendung Ranca Sumur di Kabupaten Tangerang untuk kebutuhan pertanian.

f) Bendungan Pasar Baru di Kota Tangerang untuk pengendalian banjir.

g) Bendung Cisadane pintu sepuluh di Kota Tangerang untuk pengendalian banjir.

h) Cekungan Air Tanah (CAT) Rawa Danau di Serang-Pandeglang. i) Cekungan Air Tanah (CAT) Serang-Tangerang.

j) Cekungan Air Tanah (CAT) Labuhan. k) Cekungan Air Tanah (CAT) Malimping. l) Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta.

m) Situ/Waduk/Danau/Rawa yang terdapat di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Lebak diarahkan untuk kolam penyimpanan (retention pond).

Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan pengelolaan sumber daya air, dilakukan dengan mempertimbangkan :

a. Daya dukung sumber daya air.

b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat. c. Kemampuan pembiayaan.

d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air. e. Posisi Banten sebagai lumbung nasional.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Di samping itu, area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi menjadi peruntukan yang lain. Jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka perlu disediakan lahan areal baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama. Berkenaan dengan hal tersebut, perencanaan prasarana pengairan harus disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis. Dalam revisi tata ruang wilayah Banten ini tidak direncanakan perluasan sawah, tetapi peningkatan pengairan dari irigasi non teknis atau setengah teknis menjadi irigasi teknis. Di samping itu direncanakan pula beberapa pemindahan sawah yang menempati lahan dengan fungsi lindung mutlak, ke lahan dengan fungsi semusim sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.14 dan Tabel 3.6. Berkenaan dengan uraian di atas, berdasarkan Peraturan Menteri PekerjaanUmum No. 11 A/PRT/M/2006 tentang Pembagian Wilayah Sungai di Provinsi Banten,Provinsi Banten terletak pada 3 (tiga) Wilayah Sungai yaitu:

1. WS Ciliman – Cibungur 2. WS Cibaliung – Cisawarna

3. WS Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum (lintas provinsi)

Jelasnya disajikan Gambar 3.4, Gambar 3.5, Gambar 3.6, dan Tabel 3.2 padahalaman selanjutnya.

Gambar 3.4

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Tabel 3.2

Daerah Irigasi Yang Menjadi

Wewenang dan Tanggungjawab Pemerintah Provinsi Banten

No Daerah Irigasi Kabupaten/Kota Luas Areal

(Ha)

1 Cicinta Kabupaten Serang 1.334

2 Cibanten Atas Kabupaten Serang 1.289

3 Cipari/Ciwuni Kabupaten Serang 1.644

4 Cisangu Kabupaten Serang 1.425

5 Cisangu Bawah Kabupaten Serang 1.436

6 Ciwaka Kabupaten Serang 1.210

7 Cikawa Bawah Kabupaten Serang 1.210

8 Kedung Ingas Kota Cilegon 1.455

9 Cisata Kabupaten Pandeglang 2.112

10 Pasir Eurih Kabupaten Pandeglang 1.245

11 Cilemer Kabupaten Pandeglang 2.672

12 Cibinuangeun Kabupaten Lebak 2.570

13 Cikoncang Kabupaten Lebak 1.805

14 Cilangkahan I Kabupaten Lebak 1.796

Sumber :

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 390/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan Tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Gambar 3.5

Wilayah Sungai di Provinsi Banten

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Gambar 3.6

Rencana Pengembangan Prasarana

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Gambar 3.7

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

Tabel 3.3

Data Potensi SDA Provinsi Banten

Sungai

No. Nama Sungai Panjang Sungai

(KM) Luas Das (KM) Debit Rata-rata Tahunan 1 Ciujung 142,00 1982,00 71,176 2 Cidurian 81,50 932,00 28,667 3 Cilemer 80,37 505,50 34,217 4 Ciliman 114,50 532,10 63,404 5 Cibanten 35,89 194,10 2,602 6 Cidanao 34,33 209,70 4,936 7 Cimanceuri 60,00 570,00 TAD 8 Cisadane 140,00 1411,00 TAD 9 Cibinuangeun 13,40 455,00 TAD 10 Cihara 8,69 187,00 TAD 11 Cimadur 50,00 302,00 TAD 12 Cibareno 27,00 257,00 TAD

5. RencanaSistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

Prasarana lingkungan merupakan arahan pengelolaan prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif, prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif, meliputi arahan pengembangan :

a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan perbatasan antara Kabupaten/Kota serta dengan Provinsi DKI. Arahan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang terpadu dikelola bersama untuk kepentingan antar wilayah harus sesuai dengan persyaratan teknis yang diamanatkan oleh UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa pengelolaan TPA Regional pada tahun 2010 harus menggunakan Sistem Sanitary Landfill. Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Regional diarahkan pada TPST Bojong Menteng di Kabupaten Serang yang nantinya dapat dimanfaatkan bekerjasama dengan Kota Serang, pengembangan TPST ini telah memenuhi syarat berdasarkan kajian site selection terhadap beberapa calon lokasi TPS, analisis

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

berdasarkan SK SNI-7-11-1991-03 Dep. PU dan SK SNI-19-3242-1994 Dep. PU, kriteria dari direktorat geologi tata lingkungan. Selain itu pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) lainnya diarahkan di Desa Ciangir Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang yang merupakan program kerjasama antar daerah yakni Kabupaten Tangerang Provinsi Banten dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengacu pada PP Nomor 50 Tahun 2007. Dewasa ini, kegiatan sehari-hari masyarakat semakin memperburuk kondisi lingkungan hidup. Jumlah konsumsi yang berlebihan dan banyaknya pembuangan sampah, merupakan penyebab utama dari semakin memburuknya kondisi lingkungan hidup. Wilayah yang dikembangkan sebagai tempat pembuangan akhir terletak di masing-masing Kabupaten dan Kota, yang digunakan sebagai pembuangan sampahnya. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang dikelola secara bersama antar wilayah, dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

− Pemahaman hubungan manusia dan lingkungan hidup, dengan berperan aktif dalam mengenal alam sekitar.

− Anjuran untuk memilih barang kebutuhan yang dapat di recycle dan sedikit

− bebannya terhadap lingkungan hidup.

− Menggunakan energi secara efektif serta mengurangi jumlah sampah dan lain-lain.

− Berperan aktif dalam kegiatan recycle, penghijauan, dan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat.

− Berkerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya.

b. Pengembangan tempat pengelolaan limbah industri B3.

Kawasan industri di Provinsi Banten memerlukan suatu pengolah limbah B3, maka limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan Kawasan Industri yang dibuang ke lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Dengan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

demikian diperlukan prasarana pengolah limbah terpadu yang lokasinya di arahkan di Kabupaten Lebak.

c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

d. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan.

e. Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyediakan ruang untuk TPA dan/atau TPA terpadu.

3.3.4 Rencana Pola Ruang Provinsi Banten

3.3.4.1 Kawasan Lindung Provinsi

Pengertian kawasan berfungsi lindung dalam suatu rencana tata ruang wilayah provinsi sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, terdiri atas: 1) Kawasan hutan lindung; 2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 3) Kawasan perlindungan setempat; 4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; 5) Kawasan rawan bencana alam;6) Kawasan lindung geologi; 7) Kawasan lindung lainnya. Adapun kawasan lindung yang terdapat di Wilayah Provinsi Banten meliputi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana alam. Rencana kawasan lindung di Wilayah Provinsi Banten tahun 2030 seluas kurang lebih 260.843 Ha atau 30,15 % dari luas wilayah Provinsi Banten, meliputi :

A. Kawasan Hutan Lindung

a. Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin tersedianya unsur hara tanah dan air permukaan.

b. Kriteria Penetapan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

curah hujan yang melebihi nilai skor 175 dan atau;

• Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan di atas 40% dan/atau;

• Kawasan hutan yang mempunyai tingkat keaneka-ragaman hayati yang tinggi.

Kawasan Hutan Lindung di Wilayah Provinsi Banten ditetapkan seluas kurang lebih 20.646 Ha (2,39%) dari luas Provinsi Banten yang terdapat di sebagian Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Lebak.

B. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan

Bawahannya

a) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

b) Kriteria Penetapan Kriteria kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.Kawasan resapan air terdapat di Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang, Kecamatan Anyer Kabupaten Serang, Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang, Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Cibaliung Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang, Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak, Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak, Rawa Danau di Kabupaten Serang, Pegunungan Aseupan-Karang-Pulosari (Akarsari) di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

C. Kawasan Perlindungan Setempat

1. Sempadan Pantai

a) Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

b) Kriteria Penetapan

Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan sempadan pantai ditetapkan seluas kurang lebih 5.174 Ha (0,60%) dari luas Provinsi Banten yang terdapat di sebagian Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten lebak dan Kabupaten Lebak.

2. Sempadan Sungai

a) Perlindungan terhadap sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

b) Kriteria Penetapan

• Sekurang-kurangnya 100 meter kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri kanan anak sungai di luar kawasan pemukiman. • Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai

yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 meter.

Kawasan sempadan sungai di Provinsi Banten terdiri dari DAS Ciujung, DAS Cidurian, DAS Cilemer, DAS Ciliman, DAS Cibanten, DAS Cidanao, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Cibinuangeun, DAS Cihara, DAS Cimadur, dan DAS Cibareno dengan total panjang sungai 787,68 Km dengan luas sempadan sungai kurang lebih 7.877 Ha (0,91%) dari luas Provinsi Banten sedangkan kawasan hutan untuk DAS paling sedikit ditetapkan 30 (tiga puluh) persen.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

3. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

a) Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk/situ untuk melindungi danau/waduk/situ dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk/situ.

b) Kriteria Penetapan

Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau/waduk yang.lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi danau/waduk antara 50 - 100 meter ke arah darat.

Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan seluas kurang lebih 83.155,09 Ha (9,61%) dari luas Provinsi Banten yang terdapat di sebagian Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

4. Kawasan Sekitar Mata Air

a) Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas dan kondisi fisik kawasan di sekitarnya.

b) Kriteria Penetapan

Kawasan mata air adalah daratan sekurang-kurangnya dengan radius (jari-jari) 200 meter di sekitar mata air.

Kawasan sekitar mata air ditetapkan seluas kurang lebih 787 Ha (0,09%) dari luas Provinsi Banten yang terdapat di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang.

D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

1) Perlindungan terhadap kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya dilakukan untuk melindungi keanekaragaman hayati, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. 2) Kriteria Penetapan Kawasan Suaka, Pelestarian Alam dan Cagar

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Lebak 2015-2019

a. Kriteria Cagar Alam, adalah :

• kawasan yang mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistemnya;

• mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya; • mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan

tidak atau belum diganggu manusia;

• mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan

Dokumen terkait