• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Melasma

2.5.1.Defenisi Melasma

Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata bewarna cokelat muda sampai cokelat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultra violet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi daerah atas bibir, hidung dan dagu ( Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin, 2008).

Melasma juga dapa diartikan sebagai salah satu gangguan kulit berupa penampakan bercak-bercak berwarna coklat di wajah. Melasma umumnya menyerang

usia dewasa. Bagian wajah yang terlihat lebih gelap biasanya batang hidung, pipi, dahi dan atas bibir.

Melasma lazim dialami wanita berusia 25-40 tahun, lebih banyak terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki. Flek hitam lebih sering terjadi pada ras Asia, karena kebanyakan orang ras Asia tinggal di daerah tropis yang banyak terpapar sinar matahari. Umumnya Melasma terjadi pada bagian wajah yang sering terpapar sinar matahari seperti pipi, dahi dan dagu.

Lingkungan memegang faktor dalam perkembangan melasma, dalam hal ini paparan sinar matahari. Sinar ultraviolet dari matahari dan juga sinar kuat lain dari bola lampu bisa menstimulasi produksi sel-sel pigmen atau melanosit di kulit. Dalam kondisi normal, melanosit-melanosit ini memproduksi pigmen dalam jumlah besar. Tetapi akibat paparan sinar yang kuat maka produksi menjadi berlipat ganda disertai meningkatnya kadar hormon. Paparan sinar matahari adalah penyebab utama melasma yang rekuren. Iritasi di kulit bisa meningkatkan pigmentasi di kulit dan memperburuk melasma. Tetapi harus dicatat bahwa melasma tidak ada kaitannya dengan penyakit internal atau gangguan organ dalam. 2.5.2.Etiologi Melasma

Etiologi Melasma sampai saat ini belum diketahui pasti. Fakor kausatif yang dianggap berperan pada patogenesis Melasma adalah :

1. Sinar Ultra Violet, spektrum sinar matahari ini merusak gugus sulfhidril di epidermis yang merupakan penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebu. Sinar ultra violet menyebabkan enzim tirosinase tidak dihambat lagi sehingga memacu proses melanogenesis.

2. Hormon, misalnya estrogen, progesteron, dan MHS (Melanin Stimulating Hormon) berperan pada terjadinya Melasma.

3. Obat, obat yang ditimbun dilapisan dermis bagian atas dan secara kumulatif dapat merangsang melanogenesis.

4. Genetik, dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-70%.

5. Ras, Melasma banyak dijumpai pada golongan Hispanik dan golongan kulit berwarna gelap.

6. Kosmetika, pemakaian kosmetik yang mengandung parfum, zat pewarna atau bahan-bahan tertentu dapat menyebabkan fotosensitivitas yang dapat mengakibatkan timbulnya hiperpigmentasipada wajah, jika terpajan sinar matahari. (Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 2008).

2.5.3.Gejala Melasma

Gejala melasma berupa bercak berwarna coklat, abu-abu atau dapat juga biru menyatu membentuk bercak-bercak dan tepi yang irregular/tidak teratur. Berdasarkan gambaran klinis, bentuk melasma terbagi dalam tiga bentuk mayor yaitu, pola sentro-fasial, pola malar dan pola mandibular. Pola sentro-fasial adalah yang paling sering ditemukan dan muncul pada kira-kira dua pertiga penderita melasma. Bentuk ini meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial dan dagu. Pola malar pula didapatkan pada kira-kira 20% kasus; lesi-lesinya terbatas bagian pipi dan hidung. Kira-kira 15% penderita melasma datang dengan pola mandibular yang meliputi kulit sekitar mandibula. Daerah-daerah lain yang terpajan dengan sinar matahari misalnya di lengan dapat juga terjadi melasma dengan bentuk yang berbagai dari tiga jenis pola

2.5.4. Cara Pencegahan melasma

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pencegahan sebelum terjadinya Melasma dan mencegah semakin parahnya Melasma yang telah terjadi, yaitu:

1. Hindari kontak antara krim / lotion dengan selaput lendir mata, sudut mata, jaringan yang terlalu dekat dengan sudut bibir dan lubang hidung.

2. Pakai obat secukupnya, jangan berlebihan. Pemakaian yang berlebihan tidak akan memperoleh hasil yang lebih baik dan lebih cepat, melainkan dapat terjadi kemerahan, penglupasan yang berlebihan atau gangguan lainnya yang tidak perlu terjadi.

3. Khasiat penyembuhan krim-krim dan lotion ini akan muncul segera setelah beberapa hari pengobatan. Pada tempat yang diobati mungkin timbul sedikit kemerahan dan bersisik pada kulit yang bersifat sementara. Anda mungkin merasa sedikit panas, banyak mengeluarkan keringat sehingga tidak dapat memakai make up secara merata. Anda tidak perlu khawatir jika merasakan hal itu. Bila pemakaian obat diteruskan, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah kulit anda mampu menyesuaikan diri terhadap obat tersebut. Dalam keadaan demikian, tidak boleh membersihkan wajah dengan kain kasar atau digosok terlalu keras, karena kulit muda anda sedang tumbuh sehingga mudah lecet.

4. Berat ringannya efek kemerahan dan bersisik, tidak sama pada setiap orang, tergantung jenis kulit yang dimiliki. Biasanya kulit yang makin putih tersebut makin sensitif atau peka. Bila anda tidak tahan dengan kemerahan dan bersisiknya kulit, yang diikuti perasaan terbakar yang mungkin timbul, maka anda harus mengurangi pemakaian krim malam I, krim malam II dan krim pagi menjadi dua

hari sekali. Bila dengan cara ini masih belum teratasi anda harus menyampaikan kepada dokter. Selanjutnya akan diajarkan cara baru penggunaan krim atau mengganti dengan krim yang cocok / lebih sesuai.

5. Bila dalam 24 jam setelah pengobatan terjadi kemerahan disertai rasa gatal yang hebat pada kulit, segeralah konsultasi ke dokter.

6. Pakailah krim tirai sinar matahari dan dianjurkan untuk menghindari kontak langsung dengan sinar matahari yang berlebihan atau radiasi ultra violet, terutama selama minggu-minggu pertama pengobatan.

7. Apabila tingkat pemutihan yang dikehendaki telah tercapai, pergunakanlah krim malam dan krim pagi seperlunya, untuk memelihara hasil pengobatan ( cukup seminggu dua kali ), sedangkan krim tirai sinar matahari harus tetap dipakai setiap hari .

8. Penggunaan krim dan lotion ini bersamaan dengan obat-obatan luar lainnya, kosmetik yang merangsang, lotion cukur dan lain-lain, harus dihindarkan kecuali atas anjuran dokter. (Aunty, 2010).

Dokumen terkait