• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh karena itu kita melihat suatu trend dengan diversifikasi supply chains, selama dua dekade sangat tergantung pada

kita sangat tergantung pada RRT.

Bahkan 30% output industri oleh RRT.

Ketika kita menghadapi krisis, masker saja dan semua bahan bakunya tidak terkait dengan RRT. Oleh karena itu perlu diversifikasi. Ini yang sedang dikejar oleh Bapak Presiden, kita juga melakukan upaya-upaya untuk merelokasi beberapa industri masuk ke Indonesia.

Selanjutnya, kesehatan publik dan

universal healthcare. Ini merupakan hal yang penting sekali. Saya bangga dengan Bali karena ternyata rumah sakit Universitas Udayana bisa difungsikan langsung. Kita sebenarnya punya beberapa ahli virologi yang kebetulan saya kenal adalah Profesor Ngurah Mahardika. Beliau kita ikutkan dengan tim dari Bapak Profesor Wiku untuk mengembangkan vaksin dengan China. Kalau memang kita mau belajar dari krisis ini, saya kira Bali dengan Rumah Sakit Universitas Udayana, bisa mengembangkan satu research center yang mengembangkan pentingnya penanganan universal healthcare dan kesehatan publik.

Selanjutnya, membuka lagi pariwisata membutuhkan confident dan kepercayaan. Salah satu yang diperlukan dalam hal ini adalah testing capacity. Ketika kita akan membuka

Oleh karena itu kita melihat suatu trend dengan diversifikasi

supply chains, selama dua dekade sangat tergantung pada

RRT. Bahkan 30% output industri oleh RRT. Ketika kita

menghadapi krisis, masker saja dan semua bahan bakunya

tidak terkait dengan RRT.

Pabligbagan VI, Bali Next Pandemic: Menjajaki Wellbeing Economy & Wellness Tourism

Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi

122 Yayasan Puri Kauhan Ubud 123

Bali do have testing capacity, terutama menggunakan PCR base. Sehingga kita bisa langsung tahu jika ada indikasi orang terkena dan kita bisa langsung lakukan penanganan. Dengan demikian confident masyarakat internasional akan sangat kuat.

Kita sering dengar Bapak Gubernur bicara mengenai keseimbangan baru dalam perekonomian di Bali. Kita tahu 40% dari PDRB di Bali, paling tidak tahun 2018 adalah dari sektor pariwisata. Kita mungkin sebenarnya tidak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya. Setiap kali ada krisis yang mengakibatkan terhentinya pariwisata, ketika kita reborn kita kembali lagi business as usual. Tidak pernah ada upaya dari kita bila terjadi hal yang serupa. Apa yang perlu kita lakukan?

Atau apa yang perlu kita lakukan untuk mendiversifikasi perekonomian di Bali?

Saya pernah bicara dengan Pak Gubernur mengenai hal ini, karena sebenarnya Bali dari awal masyarakat-masyarakat agraris. Tetapi justru saya melihat pertanian semakin ditinggalkan. Kalau lihat PDRB dari sektor pertanian dari tahun ke tahun semakin turun. Contohnya tahun 2018 (13,8%). Kita jangan melihat pertanian ini seperti zaman kita masih kecil. Saya ingat itu bagaimana kita nenggala (membajak Red.), bagaimana kita numbeg (mencangkul Red.), tetapi

pertanian bukan itu lagi. Pertanian yang perlu kita kembangkan adalah agrobisnis.

Kita tahu bahwa pariwisata di Bali kontribusinya luar biasa terhadap pariwisata nasional. Industri kreatif berbasis budaya ini juga ingin dikembangkan sebagai dalam konteks diversifikasi perekonomian di Bali. Kita juga melihat kreatifitas masyarakat di Bali itu luar biasa sehingga digital ekonomi perlu kita dorong, perlu kita kembangkan. Semua digital ekonomi itu dikembangkan dari kreativitas. Kita tahu masyarakat kita sangat kreatif, tetapi bagaimana peranan pemerintah baik di pusat maupun di daerah untuk memfasilitasi hal tersebut. Kita arahkan ke positif, semisal bagaimana kreativitas bisa menghasilkan uang.

Saya kira keseimbangan baru dalam perekonomian di Bali ini perlu kita ingatkan, perlu kita dorong, dan perlu dibantu agar bisa diwujudkan.

Ini memang menjadi kebijakan bagi pemerintah daerah di Bali.

Ketika kita berbicara mengenai perekonomian di Bali, kita bicara mengenai pariwisata di Bali, Bagaimana membangun satu ketahanan, resilience Bali. Waktu Gunung Agung meletus, saya tidak habis pikir, kita hidup di suatu pulau yang ada gunung merapi yang masih

Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi

124 Yayasan Puri Kauhan Ubud 125

aktif yang suatu saat pasti akan meletus, tetapi kita tidak memiliki suatu strategi ketika itu terjadi.

Mengenai diversifikasi perekonomian dalam rangka membangun ketahanan ekonomi di Bali, Saat ini adalah momentumnya pariwisata. Kita melihat banyak pelaku pariwisata complaint mengenai mass tourism.

Bahkan pernah dari China zero dollar tourism. Ada satu prinsip yang ingin dikembangkan, yakni yang penting dihitung kepalanya. Selama satu tahun, kalau bisa kita dapatkan 18 juta angka yang masuk. Tetapi kita tidak pernah memikirkan apa kontribusi dari angka-angka itu. Apalagi kita memang tidak pernah memikirkan apa dampaknya bagi masyarakat? Hal-hal seperti ini tidak bisa dipikirkan belakangan. Saat kita bicara pariwisata, mestinya kita betul-betul bicara mengenai pariwisata yang unggul.

Saya setuju dengan konsep pariwisata mengedepankan Tri Hita Karana.

Sehingga betul-betul memberikan kontribusi untuk pengembangan ekonomi sosial masyarakat, melestarikan budaya, melestarikan alam. Bukan mengeksploitasi alam, sehingga kita tidak sustainable. Ini memang menjadi salah satu prinsip di pengembangan pariwisata berikutnya.

Karena seperti yang saya sampaikan,

bahwa kita harus berubah. Momentum ini harus kita ambil. Memang nanti akan ada yang dirugikan, ada yang diuntungkan. Tetapi yang bisa dilakukan adalah bagaimana kita meminimalisir yang dirugikan dan mendorong supaya lebih banyak yang diuntungkan.

Selanjutnya, kita bicara mengenai industri kreatif berbasis budaya. Kita kombinasikan dengan digital economy.

Di Bali memang sudah banyak start up-start up yang didorong untuk itu. Di Singapura kalau mendatangkan ahli-ahli dalam bidang digital ekonomi they have to buyer there mereka membayar mahal. Mereka menikmati alam, menikmati Bali dan bekerja di Bali dan ini yang bisa kita lakukan bagaimana kita bisa tap their minds knowledge, sehingga kita bisa mengembangkan ekonomi berbasis digital ekonomi di Bali.

Selanjutnya, dalam bidang pertanian.

Kalau kita bandingkan, Bali ini luasnya 5.700km² Singapura hanya 700km².

Pertanian menjadi sangat penting.

Ketika kita bicara mengenai pertanian berbasis teknologi, anak-anak muda pasti akan tertarik. Saya ingin menyampaikan bahwa untuk sustain kita jangan terus-terusan tergantung pada pariwisata. Pariwisata pun harus berubah dan kita kembangkan. Kita juga harus mengembangkan

sektor-Pabligbagan VI, Bali Next Pandemic: Menjajaki Wellbeing Economy & Wellness Tourism

Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di masa Pandemi

124 Yayasan Puri Kauhan Ubud 125

sektor yang lain. Ini baru sebagian kecil dari beberapa sektor ekonomi yang bisa dikembangkan di Bali.

Lalu saat kita membuka pariwisata, kita harus betul-betul pahami bahwa situasi tidak akan sama seperti yang dulu. Contohnya, pesawat dibatasi 75% meskipun pemilik pesawatnya ingin supaya 85%. Tetapi bagaimana menjaga supaya tidak terjadi penularan, itu masalah confident, trust bahkan premium trust tourism.

Individual tourism, itu yang harus kita kembangkan. Kita memang harus mengembangkan confident di antara para wisatawan dan negara asal wisatawan. Kita harus buktikan bahwa jika mereka datang ke Bali they will be safe and the will be return safe, dan itu penting. Tanpa itu, setiap kali kita akan memulai yang baru lagi, mulai dari awal lagi.

Pembukaan pariwisata di Bali memang dilakukan betul-betul dengan carefull planing untuk reopen. Banyak orang memang sudah ingin ke Bali, tetapi kita juga berpikir apakah dia membawa virus atau tidak? Kalau misal dia membawa virus dan menyebarkan di Bali akan menjadi masalah bagi kita, atau dia pulang dari Bali lalu membawa virus, tentu akan membuat nama kita kurang baik. Pariwisata masih tetap penting, tetapi jangan mendominasi perekonomian di Bali.

Tentang pertanian, kita harus bicara secara teknologi. Terutama bagaimana menerapkan teknologi agar anak muda kalau jadi petani merasa gagah.

Sehingga tidak ada lagi pandangan minor terhadap petani. Kita lihat di Singapura, mereka mengembangkan vertical farming karena tidak punya lahan. Saya coba untuk menarik

Selama dua dekade kita sangat tergantung pada RRT. Ketika