• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI HATI ATAU ROH MANUSIA

Dalam dokumen ILMUROHANI (Halaman 52-58)

Untuk mendidik manusia tidak bisa secara luaran saja. Pen didik perlu mendidik lahir dan batin secara bersepadu dan yang terpenting sekali ialah yang dalam (hati). Allah SWT menyatakan dalam Al Quran:  Maksudnya: “Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum itu sehingga kaum itu mengubah apa yang

ada di dalam dirinya.” (Ar Raad: 11)

Yang dimaksudkan ‘apa yang ada dalam diri’ adalah hati atau roh atau nafsunya. Apabila manusia telah terdidik akan lahirlah kemanusiaan. Tetapi jikalau pendidik tidak faham bagaimana hendak mendidik  manusia, bukan kemanusiaannya yang akan lahir tapi kehewanannya yang akan terlihat. Apabila manusia telah bersifat hewan sedangkan mereka adalah khalifah, apa yang akan terjadi? Bagi mereka, pentadbiran, peraturan dan disiplin itu menyiksa dan menyusahkan mereka. Kenali luar dan dalam diri manusia sebelum mendidik. Sebab itulah untuk melakukan kerja mendidik, bukan sebarang orang melainkan orang yang bertaqwa saja yang bisa melakukannya.

Pendidik yang mempunyai ilmu hikmah saja mampu mema hami roh manusia. Kalau kita tidak dapat memahami roh manusia, ulama besar macam mana sekalipun tidak bisa mendidik orang. Roh itu dikatakan hati, ataupun raja dalam kerajaan diri. Raja kepada pribadi. Raja itulah yang menentukan sikap. Bahkan raja itulah yang menentukan cara berfikir seseorang. Jadi bagaimana hendak  memahaminya?

Apa itu hati? Hati itu ibarat cermin. Cermin kalau dihadapkan kepada sesuatu benda, akan nampak arca atau imej benda itu. Itu pun kalau cermin itu cerah. Tetapi kalau hati yang diibaratkan cermin itu tidak  dijaga dari kecil, sejak dari sekolah tk lagi tidak dijaga, ia akan jadi hitam bila dewasa. Hitam dengan bintik-bintik dosa. Cubalah bayangkan cermin yang sudah hitam diarah kan ke arah matahari, lantunan cahayanya pun tidak dapat dilihat. Kalau diarahkan ke bulan pula, tidak bisa nampak bulan di dalam cermin itu. Bila diarahkan ke rumah yang bagus pun tidak akan nam pak rumah yang bagus itu di dalam cermin. Rasulullah SAW bersabda:

  Maksudnya: “Dalam diri anak Adam itu ada seketul daging, kalau baik daging itu maka baiklah manusia, kalau ia rosak maka rosaklah manusia. Ketahuilah itulah hati atau roh.” (Riwayat Bukhari dan  Muslim dari Nukman bin Basyir)

Begitulah hati, sejak dari kecil penuh dengan mazmumah karena tidak dijaga dan dididik oleh emak  ayahnya. Jika sudah hitam pekat karena dosa-dosa, ia tidak nampak kebenaran. Tidak cinta rasul, tidak  ada rasa kasih sayang dan tidak ada perikemanusiaan. Sebab itu orang yang hatinya dijaga dari kecil, tidak pernah lekat walau satu debu pun dosa, apabila menjadi dewasa, dia akan mendapat benda-benda aneh seperti mimpi benar, kasyaf, nampak benda-benda ghaib dan mendapat ilmu ilham. Sebab hati itu wadah tempat Tuhan hendak beri hidayah. Karena itulah, tidak heran orang-orang dahulu selalu mendapat berbagai-bagai ilham, kasyaf dan mimpi benar.

Kita perlu memahami tentang hati dan perlu tahu baik ada hati itu kotor atau bersih. Kalau sudah kotor, perlu pula tahu bagaimana hendak membersihkannya. Allah berfirman:

  Maksudnya: “Sesungguhnya Allah sangat suka kepada orang yang bertaubat dan suka kepada orang  yang menyu cikan hatinya.” (Al Baqarah: 222)

Firman Allah lagi:

 Maksudnya: “Sesungguhnya berbahagialah orang yang menyucikannya (hati).” (Asy Syam: 9) D. MEMAHAMI JASMANI ATAU FISIKAL MANUSIA

Jasad manusia tidak berperanan untuk berfikir, berkehendak atau merasa. Ia hanya alat untuk  melaksanakan arahan ketiga-tiga unsur tersebut diatas. Jasad lahir manusia ibarat robot. Fisikal hanya perlu dijaga agar nampak cantik dan sehat. Ia tidak memerlukan perhatian sangat dalam membentuk  manusia.

MARI MENGENAL MANUSIA

Memperkatakan tajuk "Mari Mengenal Manusia" artinya mengajak manusia mengenal dirinya. Sabda Rasulullah SAW:

Maksudnya: "Barangsiapa kenal dirinya, akan kenal Tuhannya."

Perkataan manusia itu dalam Bahasa Melayu. Dalam Bahasa Inggris disebut human being manakala Bahasa Arab disebut insan. Insan itu kalau diterjemah ke dalam Bahasa Melayu artinya pelupa. Mari kita kenal bahwa manusia ialah makhluk pelupa. Bila disebut manusia atau insan, ia bukanlah satu benda yang gah. Kalau disebut, "Mari kita kenal intan," ia suatu yang berharga dan menarik. Tetapi kalau disebut, "Mari kita kenal orang pelupa," tidak ada yang indah. Intan tidak ada rasa bangga walaupun ia bernilai tetapi manusia yang pelupa ini suka bangga. Apalah indahnya bila Tuhan kata manusia ini makhluk  pelupa?

Mari kita kenali makhluk pelupa yaitu manusia. Makhluk pelupa atau insan ini, ada empat unsur yang paling penting padanya. Kalau empat unsur ini tiada, dia bukan manusia atau bukan makhluk pelupa. Mungkin ia malaikat, binatang, syaitan atau jamadat iaitu benda-benda yang keras seperti kayu, batu, tanah.

Pada diri manusia ada empat unsur yang sangat penting. Ia merupakan satu paket yang menggerakkan tenaga manusia. Satu sama lainnya, saling perlu-memerlukan. Jika terdapat salah satu yang tidak bisa bekerjasama, akan berlaku kerusakan. Oleh karena itu keempat-empat unsur ini hendaklah dihidupkan dan dicengkam untuk membolehkan manusia berfungsi dan bergerak. Unsur-unsur itu adalah:

1. Fizikal (atau dalam bahasa Arabnya, jawarih) 2. Akal

3. Nafsu 4. Roh

PERANAN EMPAT UNSUR PADA MANUSIA 1. FISIKAL

Anggota lahir adalah rakyat dalam diri. Ia merupakan alat yang digunakan oleh roh, akal dan nafsu. Fisikal lahir taat saja. Jika tiga unsur tadi tidak aktif, fisikal pun tidak aktif, menjadikan manusia itu seorang yang kaki tidur. Oleh karena akal, roh dan nafsu tidak aktif, maka ia tidur. Anggota lahir atau fisikal tidak pandai berfikir atau merancang. Ia hanya menunggu arahan, menjadi rakyat dalam kerajaan diri.

2. AKAL

Kita perlu mengenali akal karena ia sebagian dari manusia. Akal itu peranan atau kerjanya menerima maklumat, pengalaman, ilmu, kemudian masuk ke otak, diproses dan disimpan. Bila perlu ia dikeluarkan semula. Proses itu dikatakan berfikir. Contohnya bila melihat cawan, maklumat itu masuk ke dalam otak, lalu ia berfikir tentang bentuknya, warnanya, diperbuat daripada apa, ukurannya, gunanya, bagus atau tidak dan sebagainya. Dia tidak biarkan saja maklumat itu. Ini menandakan otaknya aktif. Kebanyakan umat Islam hari ini, tidak mengajak akalnya bekerja. Walaupun maklumat-maklumat sudah diperolehi, akalnya tidak memproses maklumat itu, menjadikan akalnya pasif.

Pernahkah kita melihat pabrik beroperasi? Ada pabrik yang tidak menggunakan mesin. Prosesnya secara manual iaitu menggunakan tangan. Ada pabrik menggunakan mesin yang terhegeh-hegeh dan ada kilang menggunakan mesin yang canggih. Kalau secara manual, satu jam baru kuih boleh siap. Kalau menggunakan mesin canggih dalam masa satu menit bisa siap. Begitulah juga otak manusia, ada yang laju dan ada yang perlahan. Bila akal laju, dengar maklumat saja, ia bisa terus proses dan keluarkan maklumat. Akal yang perlahan, lambat memproses maklumat karena tidak dilatih. Ini sangat merugikan.

PERINGKAT-PERINGKAT AKAL MANUSIA Akal ada banyak peringkat yaitu:

a. Genius atau dalam Bahasa Arab, 'abqari

Genius itu pula ada di pelbagai bidang. Contohnya di bidang kedokteran, ada seorang genius. Di bidang engineering, ada seorang genius. Dalam apa jua bidang, genius ini, dalam seratus tahun ada seorang. Genius itu manusia luar biasa yang bukan nabi. Genius ialah orang pertama yang membuat penemuan dalam bidang apa-apa saja. Dengan kata-kata lain, genius ialah pembuat matan. Ilmu itu betul-betul darinya. Dia originator. Kalau orang Islam, di bidang syariat, geniusnya ialah Imam Syafie dan di bidang tasawuf, Imam Ghazali.

b. Cerdik 

Akal yang cerdik, bila dapat satu benda yang telah ditemui oleh orang pertama atau genius (pembuat matan), dia bisa hurai. Kalau orang pertama, dapat matan satu jilid, orang yang cerdik ini akan kaji dan hurai hingga dapat 10 jilid. Bagi orang yang tidak bersekolah, tentu menganggap orang yang bisa membuat 10 jilid itulah yang lebih bijak. Hakikatnya orang yang dapat membuat satu jilid itulah yang paling bijak karena dia seorang genius yang dapat menghasilkan matan. Yang membuat 10 jilid itu hanya menghurai.

c. Cerdik sederhana

Iaitu pembuat hasyiyah. Dari 10 jilid tadi, pembuat hasyiyah bisa hurai hingga menjadi 20 jilid. Imam Syafie mengarang kitab Al Umm menjadi satu jilid kecil (matan). Dari Al Umm, terhasil pula kitab Tuhfah dan Majmuk oleh mereka yang memiliki akal yang cerdik dan cerdik se derhana ini.

d. Sederhana

Golongan ini ramai. Mereka bisa menerima ilmu tetapi tidak pandai hendak mengeluarkannya semula. Mereka faham tetapi susah hendak keluarkan.

e. Lemah

Golongan ini hanya faham yang asas-asas. Kalau diberi lebih daripada itu, mereka jemu dan tidak bisa faham.

 f. Dungu

Perkara yang asas pun susah untuk mereka faham.

Kebanyakan manusia secara umum, akalnya seperti peringkat ketiga dan keempat iaitu cerdik sederhana dan sederhana. Peringkat pertama iaitu genius hanya berlaku 100 tahun seorang. Kita bisa agak akal kita di peringkat mana. Kalau rasul, dia special case. Dia tidak bisa dikatakan genius atau abqari. Ada istilah tersendiri iaitu dia dikatakan fathonah. Selain rasul tidak boleh dikatakan fathonah walau hebat macam mana pun. Rasul special case. Otaknya bisa terima wahyu. Kalau otak biasa terima wahyu, bisa mati. Bukti Rasulullah SAW memiliki otak yang fathonah, kadang-kadang ketika sedang naik unta, datang wahyu, terduduk unta itu di atas tanah. Peluh Rasulullah keluar sebesar biji jagung. Itu pun mungkin satu dua ayat saja yang turun tetapi unta pun terduduk. Jadi kalau otak tidak seperti rasul, dapat satu ayat wahyu pun tidak ada manfaat karena bisa membawa maut.

peluang. Ibu bapanya mungkin kaya atau dia dibantu oleh orang-orang tertentu. Sedangkan mungkin ada anak orang miskin yang begitu cerdik dan bijak tetapi orang tidak ambil peduli. Sekolah sampai kelas enam. Sebab itu umat Islam sudah tidak membangun sejak 700 tahun dahulu. Orang-orang cerdiknya terbiar. Ini sangat merugikan.

Banyak otak cerdik terkorban karena tidak dapat peluang. Sebab itu, tidak perlulah lihat 100 tahun yang lalu. Kita ambil bukti yang agak dekat iaitu 50 tahun lalu. Dalam bidang bahasa, tidak ramai orang Islam, khususnya orang Melayu yang jadi penulis. Hanya ada seorang iaitu Zaaba. Apakah tidak ada orang lain yang cerdik? Ada tetapi terpinggir. Masyarakat kampung tidak peduli. Sebab itu profesor ramai tetapi tidak ada seorang pun jadi penulis. Berapa ramai profesor yang ada, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa hasilkan 50 buku. Yang ada, tesisnya saja. Akhirnya umat Islam rugi. Orang Islam sekarang tidak  lagi bisa mengajar dunia.

Semenjak 50 tahun yang sudah, mana ada lahir seorang pujangga selepas kematian Hamka dan Agus Salim. Kenapa? Sebab yang cerdik tidak diberi peluang. Yang berilmu sekarang ini, orang yang tidak  cerdik tetapi diberi peluang. Akhirnya yang rugi adalah orang Melayu. Selepas Agus Salim, Hamka, Mustafa Abdul Rahman, mana ada penulis besar. Penulis artikel ramai tetapi penulis buku-buku tebal, tidak ada. Mana ada pengganti. Sebab orang-orang pandai sekarang bukan sebab otaknya baik tetapi sebab diberi peluang. Orang yang otaknya geliga, tidak sekolah. Dia tidak mampu. Masyarakat biarkan. Akhirnya negara yang rugi.

BAGAIMANA MENGASAH AKAL YANG LEMAH

Orang yang otaknya memang lemah, kalau dia mujahadah, dia belajar, dia bisa jadi pandai tetapi tidak  cerdik. Cerdik itu anugerah Tuhan. Mungkin dia bisa jadi profesor.

Pandai dan cerdik itu berbeda. Pandai itu karena banyak belajar dan kumpul ilmu. Cerdik itu otak yang tajam. Orang pandai tidak semestinya cerdik. Kalau orang itu pandai dan cerdik, itu tambah hebat. Hamka tidak ada kelulusan. Agus Salim dan Mustafa Abdul Rahman juga tidak ada kelulusan. Zaaba sekedar sekolah menengah tetapi dia dapat jadi penulis. Mereka itu cerdik. Kalau diberi peluang, mereka bisa jadi pandai. Otak macam kita, kalau hendak jadi pandai, harus usaha lebih tetapi kalau otak cerdik, mengaji lebih kurang saja sudah memadai.

Mao Tse Tong, ketua komunis China yang ada dua juta pengikut hingga Barat dan Amerika terancam. Dia hanya peon (office boy). Genius otaknya. Dia jadi peon di sebuah universitas. Dia tidak ada peluang belajar. Dia hanya mencuri-curi dengar kuliah hingga akhirnya bisa mengancam Amerika dan Barat. Kaitan Akal dengan Pancaindera

Pancaindera itu akan aktif bila akal, nafsu dan roh sudah aktif. Kalau roh tidak aktif, akal tidak berfikir, nafsu tidak bertindak, fisikal termasuk pancaindera pun tidaklah aktif sebab ia adalah rakyat atau tentara. Kalau tidak diarah, ia tidak aktif.

Kesan dari Pancaindera yang Cacat

Lihat saluran mana yang penting. Antara mata dan telinga, telingalah yang penting. Orang buta, kalau telinganya bisa dengar, dia bisa jadi pandai. Tapi kalau orang tidak bisa dengar, otak cerdik pun tidak  guna sebab saluran maklumat sudah terputus. Bagi orang yang cacat mata dan telinganya serentak, itu dianggap tidak mukalaf, dia masuk Syurga percuma.

BENTUK-BENTUK ILMU Ilmu ada dua yakni:

i. Ilmu kasbi

Yakni ilmu yang diperolehi dari hasil usaha. Harus belajar, harus mentelaah, harus berguru dan harus masuk sekolah.

ii. Ilmu wahbi

Yakni ilmu yang datang dari Tuhan, yang dianugerahkan tanpa usaha. Kalau bagi rasul, ianya wahyu. Kalau bagi wali, ia adalah ilham. Ilham itu ilmu laduni.

3. NAFSU

Nafsu peranannya berkehendak. Dia pendorong. Tanpa nafsu, manusia tidak bisa hidup sebagai manusia. Kalau nafsu itu terdidik, ia akan mendorong manusia kepada kebaikan dan kepada mentaati Tuhan. Kalau ia tidak terdidik, ia akan mendorong kepada kejahatan dan jalan syaitan. Ia akan jadi kawan dan kroni syaitan. Tuhan berfirman:

Maksudnya: "Sesungguhnya nafsu itu sangat menyuruh kepada kejahatan." (Yusuf: 53)

Nafsu harus dididik. Nafsu adalah musuh utama manusia. Ia adalah musuh dalaman. Musuh kedua adalah syaitan. Syaitan musuh luaran. Syaitan meniti di atas nafsu. Nafsu ini ada peringkat-peringkatnya. Peringkat-peringkat nafsu ini nanti dibahas dengan lebih lanjut 'Bagaimana Mendidik Manusia.'

4. ROH

Roh itu dikatakan juga hati atau jiwa. Peranannya ialah untuk merasa. Merasa susah, senang, suka, duka, takut, cemas, bimbang, risau, resah, gelisah, gembira, sedih dan sebagainya. Ia raja di dalam diri. Roh terbahagi kepada dua iaitu:

a. Ruhul hayah b. Ruhul tamyiz Ruhul Hayah

Roh ini terdapat pada semua makhluk yang bernyawa termasuk manusia, malaikat, jin, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ruhul hayah ini peranannya ialah menghidupkan.

Ruhul Tamyiz

Ia dinamakan juga ruhul amri. Ia roh yang berperanan menjadikan makhluk itu mukalaf, yakni yang bertanggungjawab untuk membangunkan syariat. Ruhul tamyiz memikul beban untuk membangunkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Makhluk yang mempunyai ruhul tamyiz termasuklah manusia, malaikat dan jin.

Roh manusia itu sensitif dan selalu berubah-ubah. Sekejap baik dan sekejap jahat. Perubahan ini berlaku terlalu cepat hingga susah kita hendak mengesannya. Sifat-sifat roh terbahagi kepada dua iaitu: i. Sifat-sifat mahmudah (sifat baik atau positif) seperti kasih sayang, tolak ansur, zuhud, ikhlas, tawadhuk, amanah dan lain-lain.

ILMU SAJA TIDAK CUKUP

Ramai orang berpendapat bahwa ilmu itu segala-galanya. Kalau ada ilmu, maka semua masalah akan selesai. Mereka merasakan ilmu adalah alat untuk menyelesaikan segala masalah. Ini termasuklah ilmu agama atau ilmu Islam. Ramai yang merasakan bahwa kalau seseorang itu mempunyai ilmu agama yang banyak hingga dia digelar ulama, maka dia mampu menyelesaikan segala masalah.

Sebenarnya, ini sangat jauh tersimpang dari kebenaran. Memang tidak ada siapa yang boleh menafikan bahwa ilmu itu penting dalam mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah. Tetapi ilmu saja tidak  cukup. Ilmu itu ibarat pedang, semakin banyak ilmu, semakin tajam pedang itu. Tetapi kalau tidak tahu bagaimana hendak menggunakan pedang, pedang yang tajam pun tidak ada makna apa-apa. Hanya kita bisa tunjukkan pada orang kalau ada pedang tajam. Hendak gunakan tidak tahu. Kalau begitulah hakikatnya, kita bisa dikalahkan oleh orang yang hanya bersenjatakan batu.

Di samping ilmu, kita perlu tahu bagaimana cara hendak menggunakan ilmu atau pedang kita itu. Tambahan pada itu, kita perlu ada kemahiran menggunakannya dalam semua keadaan. Kita mesti tahu menggunakan pedang kita itu sambil berdiri, sambil duduk, sambil berbaring, sambil melompat, sambil berlari maupun ketika kita sedang menunggang kuda sekalipun.

Barulah pedang itu betul-betul berguna untuk kita.Untuk itu, ada ilmu saja tidak memadai. Orang yang ada ilmu itu dikatakan orang pandai. Pandai sebab dia ada ilmu. Sebab dia belajar. Sebab dia berguru. Sebab dia bermetelaah. Itulah dia hakikat orang pandai. Lawannya ialah jahil. Orang jahil ialah orang yang tidak ada ilmu.

Orang pandai atau orang berilmu tidak semestinya bijak. Orang berilmu tidak semestinya cerdik. Untuk  mampu mempergunakan ilmunya sebaik mungkin, seseorang itu mestilah juga cerdik dan bijak. Akalnya mesti tajam. Dia mesti bisa memahami dan bisa membaca keadaan. Dia mesti bisa mentafsir masyarakat. Dia mesti bisa melihat perubahan. Dia mesti bisa menilai suasana. Dia mesti bijak dalam mengapplykan ilmunya. Dia mesti bisa membaca gerakan musuh. Dia mesti bisa memandang jauh ke hadapan. Dia mesti bisa melihat punca masalah. Dia mesti bisa mendahulukan yang dahulu dan mengkemudiankan yang kemudian. Dia mesti bisa bertindak tepat pada masa, tempat dan keadaan. Ini semua kerja orang cerdik  dan orang bijak. Sekedar pandai dan ada ilmu saja tidak memadai. Dia akan ketinggalan jauh ke belakang dan akan mudah diperkotak-katikkan dan diperalatkan oleh orang.

Pandai itu bisa diusahakan. Sesiapa saja yang belajar dan berguru, lama kelamaan akan jadi pandai juga dan dapat ilmu. Orang yang otaknya baik sedikit, cepat dan banyaklah ilmu yang dia dapat. Yang otaknya kurang baik, lambat dan sedikitlah ilmu yang dia dapat. Tetapi sifat cerdik dan bijak tidak bisa diajar. Dia adalah anugerah dari Tuhan. Siapa yang Tuhan jadikan cerdik, maka cerdiklah dia. Siapa yang Tuhan  jadikan bijak, maka bijaklah dia.

Soal pandai dan bisa mengumpul ilmu adalah semata-mata kerja akal. Tetapi soal cerdik dan bijak ada kaitan dengan hati dan roh. Siapa yang hatinya bersih dan rohnya berperanan, dia selalunya cerdik dan bijak. Dia sentiasa terdorong, terbantu dan terpandu. Di samping itu, akalnya juga terlihat ketajamannya. Cahaya rohaninya mempengaruhi akalnya.

Ulama yang tidak cerdik dan tidak bijak, kemampuannya hanya terhad kepada mengajar ilmu dan menjadi abid atau ahli ibadah. Dia tidak pandai menyelesaikan masalah. Dia tidak proaktif. Dia tidak ada bakat pemimpin. Dia terpisah daripada suasana dan alam sekeliling. Kadang-kadang dia mudah ditipu, diperguna, dikotak-katik dan diperalatkan oleh orang-orang tertentu. Orang yang ada kuasa selalunya tidak hormat dan memandang rendah terhadapnya.

Dalam dokumen ILMUROHANI (Halaman 52-58)

Dokumen terkait