• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN

E. Memahami Masalah

memperbaiki pertapan Indrokilo di dusun mereka namun, sampai saat ini tidak juga terealisasi. Hal tersebut memang murni tidak diketahui oleh peneliti. Dengan kejadian tersebut menjadikan pelajaran oleh peneliti.

Kelompok Karang taruna yang biasanya jika di daerah lain selalu didominasi oleh remaja namun di dusun ini kelompok karang taruna tidak aktif dikarenakan rata-rata remaja di Dusun Talunongko bekerja di luar dusun sehingga sulit jika diajak untuk bekerjasama.

Kelompok tani di Dusun Talunongko masih proses pembentukan kembali karena dusun ini belum memiliki kelompok tani. Namun, ada yang bilang dahulu sempat ada kelompok tani namun sekarang sudah tidak berjalan. Tapi ketika peneliti mencoba validasi isu tersebut ternyata dahulu sempat diusulkan untuk membentuk kelompok tani di Dusun Talunongko namun belum juga terealisasikan.

Dari pemaparan proses dinamika peneliti mencari dan menentukan stakeholder yang bersedia bekerja sama untuk belajar bersama terkait penanggulangan bencana ialah anggota Tahura, sebagian kelompok tani serta ibu-ibu pengajian. Total anggota tahura dan bapak-bapak petani hutan ada sekitar 16 orang sedangkan total ibu-ibu pengajian yang ikut untuk belajar bersama ialah sekitar 13 orang.

E. Memahami Masalah

Memahami masalah sangat penting dilakukan agar solusi yang di rancang dan dilakukan secara tepat sesuai dengan permasalahan yang sedang terjadi. Memahami dan memperdalam masalah secara partisipatif

juga sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang sama serta akan mempererat antar anggota kelompok.

Pada tanggal 4 April 2019 dilaksanakan FGD bersama kelompok riset yang sebelumnya sudah dibentuk. Namun, memang yang hadir tidak semua anggota dikarenakan kesibukan masing-masing anggota. Saat itu yang hadir dalam FGD untuk memahami masalah secara partisipatif ialah Aziz, Jitni, Rif’an, Firman dan Dany. Hasil dari FGD ini ialah masyarakat sepakat bahwasanya permasalahan yang nampak ialah tentang lingkungan dan kebencanaan dan harus segera ditangani.

Tabel 6.3

Kurikulum Belajar Bencana

No Materi pembahasan Tujuan Teknik

Pembelajaran Media 1. Temuan masalah (transek) kawasan Masyarakat mengenali potensi-potensi bencana longsor Diskusi Buku, Pulpen 2. Pemahaman bencana longsor, akibat dan dampak yang terjadi

Masyarakat memiliki pemahaman tentang

bencana longsor, akibat dan dampak yang terjadi

Diskusi Buku, Pulpen

3. Penanganan pra bencana, saat bencana dan pasca bencana

Masyarakat faham penanganan bencana pra,saat maupun pasca

Diskusi Buku, Pulpen

Sunber: FGD bersama masyarakat pada tanggal 4 April 2019 Dalam proses diskusi-diskusi yang telah berlangsung bahwasanya peneliti menghadapi beberapa tantangan, karena memang di Dusun Talunongko belum pernah terjadi longsor secara besar. Sehingga untuk memberi pemahaman kepada masyarakat membutuhkan waktu yang lama dan harus sabar.

Pada awal diskusi, peneliti memulai dengan menjelaskan tentang temuan-temuan peneliti beserta masyarakat saat transek, sosialisasi bahkan diskusi-diskusi kecil sebelumnya kemudian peneliti juga menyampaikan bahwasanya tujuan diadakannya diskusi-diskusi sebagai sarana untuk menyatukan pemikiran serta menambah pengetahuan bersama tentang tangguh bencana .

Kegiatan FGD ini membahas tentang hasil transek dan mapping yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya. Proses FGD ini, peneliti mengarahkan kelompok untuk melihat dan membaca secara bersama hasil transek dan mapping yang sudah dilakukan sebelumnya.

Pada saat kegiatan memahami transek dan mapping berlangsung, kelompok lebih mudah untuk menangkap dan menggambarkan masalah yang sedang terjadi karena memang sebelumnya sudah menyusuri wilayah. Dibuktikan dengan dialog-dialog kelompok ketika FGD untuk memahami permasalahan dengan hasil transek dan mapping.

Menurut Pak Firman “ pas wingi susur wilayah ancen ternyata enek

wit tumbang iku gara-gara udan, tanahe yo loggrok. Ketok e emang gak siji iku tok. Lek ngunu terus yo suwi-suwi ambles tanahe” (kemaren waktu

susur wilayah memang ada pohon yang tumbang itu gara-gara hujan, tanahnya runtuh. Kelihatannya tidak satu itu saja.kalau begitu terus lama-lama tanahnya ambles).

Kemudian ditanggapi oleh Pak Aziz “ iyo pak, mungkin gara-gara wit

e gak kuat terus udane ancen lek nak kene lak deres terus opo maneh pas iko lak tau sampek pipa-pipa nak sumberan iku ilang gara-gara kenek derese udan” (iya pak, mungkin gara-gara pohonnya tidak kuat terus

hujannya memang deras kalau disini terus apalagi waktu pas itu pernah sampai pipa-pipa hilang terbawa arus air hujan).

Kemudian peneliti memberi pertanyaan dan penjelasan kepada mereka bahwasanya jika hal seperti itu sudah terjadi, lalu bagaimana tindakan sebagai masyarakat lokal dengan melihat keadaan yang terjadi seperti itu di wilayah mereka. Memang dampak yang terlihat belum besar namun, dengan dampak yang sudah terjadi seperti itu seharusnya masyarakat harus mempunyai rasa kewaspadaan serta mlai melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi bahaya bencana yang besar.

Kemudian dalam hasil transek juga muncul permasalahan yakni menurunya pertanian di Dusun Talunongko. Hal tersebut didasari karena adanya hama sehingga masyarakat mengalami gagal panen. Lambat laun, masyarakat menjadi malas untuk bertani. Meskipun bertani mereka beralih untuk menanam rumput gajah untuk pakan ternak mereka. adapun yang menanam kopi, cengkih namun tidak menjadi sumber pokok pendapatan masyarakat, hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Kemudian perlunya memahami pengertian bencana itu sendiri, potensi-potensi bencana serta dampak yang akan terjadi. Karena masyarakat memang benar- benar memulai dari nol dalam memahami dan mengenal tentang kebencanaan. Terakhir perlunya memahami penanggulangan bencana dan tangguh bencana sebagai upaya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya memahami dan menanggulangi bencana longsor hingga menuju dalam masyarakat yang tangguh akan bencana.

Dokumen terkait