A. Kemampuan Membaca Al Qur’an
5. Memahami Nash Al-Qur’an dengan Asbabun Nuzul
Mengetahui sababun nuzul (peristiwa yang melatari turunnya
ayat) sangat membantu sekali dalam memahami Al-Qur’an dengan
18
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Definisi Belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang teijadi pada diri
seseorang melalui penguatan {reinforcement), sehingga teijadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai
hasil pengalaman {Learning is a change o f behaviour as a result o f experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach11
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif
dan akumulatif, mengarah kepada kesmpumaan, misalnya dari tidak
mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik
mencakup aspek pengetahuan {cognitive domain), aspek afektif {afektive domain) maupun aspek psikomotorik {psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan12.
Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk
mencapai tujuan, jadi belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur
yang ditempuh sehingga dapat dikatakan belajar sebagai suatu kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap
11 M Ngalim Purwanto, Belajar dan Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal. 12
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan13. Hal ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di sekolah,
lingkungan rumah atau keluarga. Belajar mempunyai pengertian yang
sangat kompleks, sehingga banyak ahli yang mengemukakan pengertian
belajar dengan ungkapan dan pandangan yang berbeda-beda.
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO,
yaitu14:
a. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan
dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
b. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan
mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi,
bekeijasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi
konflik
c. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh
toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.
d. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk 13 Oemar Hamalik, B elajar dan M engajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, him. 16
14 Nurhadi dan Senduk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Graha Ilmu, Jakarta, 2004, him. 62
20
mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar
pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi
lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan
ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekeijasama,
bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya
berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada
siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya,
berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan
emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan
kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan.
2. Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Darsono dkk, ciri-ciri pembelajaran dapat
dikemukakan sebagai berikut:15
a Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
b Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar.
c Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa.
d Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat
dan menarik.
e Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
f Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik
secara fisik maupun psikologis.
3. Belajar Mengajar
Belajar di bidang pendidikan berhubungan dengan kegiatan
mengajar. Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka
yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan ialah bahwa
mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan
kepada siswa.
Menurut Nasution mengajar adalah suatu usaha dari pihak
guru, yakni mengatur lingkungan sehingga terbentuklah suasana yang
sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Teaching is the guidance o f learning, artinya dalam mengajar yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar dan guru hanya membimbing dan
menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa16.
22
Menurut Rusyan ada tiga pandangan mengajar, yaitu17: 1)
mengajar adalah menyampaikan pengetahuan dari seseorang kepada
kelompok; 2) mengajar adalah membimbing peserta didik untuk
belajar; 3) mengajar adalah mengatur lingkungan agar teijadi proses
belajar mengajar yang baik. Sedangkan menurut Hasibuan dan
Moedjiono berpendapat bahwa mengajar adalah penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan teijadinya proses belajar. Lebih
lanjut dikatakan bahwa mengajar adalah melatih ketrampilan,
menyampaikan pengetahuan, membentuk sikap dan memindahkan
nilai-nilai18.
Mengajar adalah kegiatan terorganisasi yang bertujuan
membantu atau membimbing siswa untuk mendapatkan, mengubah
atau mengembangkan skill (keahlian), tingkah laku dan pengetahuan
dengan cara penyajian konsep secara bertahap sehingga teijadi proses
belajar. Mengajar menurut Sardinian dalam Hasibuan, adalah
menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Mengajar diartikan
sebagai aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga teijadi
proses belajar19.
Menurut Joni dalam Sumantri dan Permana bahwa mengajar
sebagai pencipta dan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan
17 Rusyan, Teknik Belajar Mengajar, Alfabeta, Bandung, 1994, him. 27
18 Hasibuan dan Moedjiono, Konsep dan Strategi Belajar M engajar,Studia Press, Jakarta, 2004, him. 47
teijadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari
komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan
intruksional yang ingin dicapai, guru dan peserta didik yang
memainkan peran senada dalam hubungan social tertentu, materi yang
diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana
belajar mengajar yang tersedia20.
Mengajar adalah suatu proses yaitu mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga dapat
menimbulkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas tetapi juga
meliputi guru, alat perpustakaan, laboratorium, metode mengajar dan
sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Guru
hanya berperan sebagai pemimpin belajar dan fasilitator belajar,
sedangkan yang berperan membelajarkan adalah siswa.
Proses belajar mengajar menurut Syah dalam Sumantri dan
Permana adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh) dan terpadu
antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai
pengajar yang sedang mengajar21. Rusyan, dkk berpendapat bahwa
proses belajar mengajar memiliki empat komponen yaitu tujuan,
bahan, metode dan alat serta penilaian. Keempat komponen tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling berhubungan dan saling
20 Sumantri dan Permana, M etode Belajar Mengajar, Graha Ilmu, Jakarta, 2004, him. 62 21 Ibid., him. 64
24
mempengaruhi satu sama lain (Gambar 1 f 2.
Gambar 1. Komponen Proses Belajar Mengajar
Makmum dalam Rusyan menyatakan bahwa proses belajar
mengajar dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru
dalam rangka mencapai tujuannya. Proses belajar mengajar adalah
suatu interaksi antara guru dengan siswa yang saling berhubungan dan
saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan tertentu22 23.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor internal (faktor yang berasal dari dalam
diri) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar). Menurut
Slameto faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor
psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat24. Faktor sekolah antara lain
22 Rusyan, opcit., him. 29 23 Ib id , him. 29
meliputi metode mengajar, alat atau media pembelajaran, kurikulum
dan lain-lain. Faktor keberhasilan pendidikan di sekolah salah satunya
menjadi tanggung jawab guru sebagai fasilitator. Hal lain yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar ialah beberapa sifat peserta didik dalam
belajar y aitu : cepat dalam belajar, lambat dalam belajar, anak kreatif,
anak drop out dan anak berprestasi kurang.
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru tersebut mengajarkan
pengetahuan terhadap anak-anak didiknya, turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. Faktor guru sangat
berperan dalam proses belajar mengajar. Guru yang dapat
mengembangkan metode mengajar dan media pembelajaran sangat
membantu siswa dalam menerima materi pelajaran sehingga prestasi
belajarpun meningkat. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat
ditingkatkan apabila guru mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu pembahan yang khas
yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa
26
waktu tertentu25. Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Slameto faktor-faktor
tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu26,
a. Faktor intern
1) Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,
selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah
ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.
2) Inteligensi dan bakat
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektifj mengetahui
atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Inteleginsi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingakat
25 Suharsimi Arikunto, D isiplin dalam Pem belajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, him. 26 Slameto, O p.cit, him. 84.
inteleginsi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang
mempunyai tingkat inteleginsi yang rendah. Bakat merupakan
kemampuan untuk belajar. Seperti juga inteleginsi, bakat juga
mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari
siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan
lebih baik.
3) Minat dan motivasi
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik
minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan
karena minat menambah kegiatan belajar.
Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Menurut Nasution motivasi dapat berasal dari dalam
diri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi
ekstrinsik)27. Motivasi bukan saja penting karena menjadi
faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan
hasil belajar. Oleh karena itu guru diharapkan mengetahui
kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus
28
diberikan agar proses pembelajaran beijalan lancar dan berhasil optimal.
Sardiman menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara
untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di
sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi,
ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian,
hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui28,
4) Kematangan dan kesiapan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah
kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kematangan
dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut,
b. Faktor ekstern
1). Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi
keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi
keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan
orang tua, suasana rumah, dan latar belakang budaya
(pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan
belajar siswa.
2) . Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada
tingkat keberhasilan belajar. Kondisi sekolah, metode
mengajar guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa akan
mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga hasil
belajarpun terpengaruh.
3) . Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu teijadi
karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman
bergaul, dan bentu kehidupan masyarakat.
C. Hasil Belajar
Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan
perilaku belajar biasanya dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan
kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang
biasanya disebut sebagai hasil belajar.
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi
tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil
30
proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”29 30*
1. Penilaian Hasil Belajar
Nana Syaodih dalam Sardinian menjelaskan bahwa, “Tes hasil
belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-
hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu”. Hasil
belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau tulisan. Adapun
waktu pengambilan nilai sebagai hasil belajar dibedakan menjadi enam:
1) tes akhir pertemuan; 2) tes akhir pokok bahasan; 3) tes mingguan; 4)
tes tengah catur wulan atau tengah semester; S) tes akhir catur wulan
atau akhir semester, 6) ujian akhir pendidikan (satu jenjang pendidikan).
Tes hasil belajar tersebut juga dibedakan berdasarkan materi yang diukur
sesuai dengan nama mata pelajaran, misalnya biologi.
Hasil belajar dapat diperoleh melalui suatu mekanisme tertentu
yang berupa penilaian hasil belajar. Dalam hal ini Nana Sudjana IA
menjelaskan bahwa : Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku-tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu
29 Ibid, him. 6. 30 Ibid, him. 7.
dalam penulisan hasil belajar, peran tujuan instruksional yang berisi
rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa
menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
Menurut Nana Sudjana “Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni
ranah kognitif afektif, dan psikomotoris”. Ketiga ranah inilah yang
digunakan dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum berbasis
kompetensi.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya adalah kognitif
tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris yakni (a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c)
kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan
keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.31
32
Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah penilaian berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep belajar tuntas
(Mastery Learning). Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris. Aspek kognitif dilakukan melalui ulangan
harian dan ujian. Aspek psikomotoris dilakukan melalui ujian praktikum
atau menggunakan penilaian unjuk keija pada pembelajaran berlangsung.
Aspek afektif dilakukan melalui pengamatan pada lembar pengamatan
dan kuesioner.
Kualitas hasil belajar dari seorang siswa dapat diketahui setelah
siswa menerima suatu materi pelajaran dari pokok bahasan tertentu.
Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh seorang
siswa setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu, hal ini bisa
ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Jadi
dengan kata lain hasil belajar seorang siswa merupakan bagian dari
prestasi belajarnya.
Suhamo dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran II (1995:
78-80), menyatakan bahwa sasaran evaluasi hasil belajar pada
hakekatnya adalah sama dengan tujuan pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui
seberapa jauh tujuan belajar dapat dicapai. Oleh karena itu maka sasaran
evaluasi adalah meliputi semua tujuan pembelajaran yang oleh Bloom
(1956) dibagi menjadi (1) Ranah kognitif, (2) Ranah Afektif, dan (3)
Bloom (1956) membagi ranah kognitif ini menjadi dua bagian
yaitu: (1) Kemampuan mengingat informasi, dan (2) kemampuan
intelektual. Kemampuan mengingat informasi merupakan kategori
tujuan belajar yang paling rendah yaitu pengetahuan (knowledge), sedangkan kemampuan intelektual, secara hirarkis sebagai berikut: (a)
kemampuan; (b) menerapkan; (c) menganganalisis; (d) mensintesis; dan
(e) kemampuan mengevaluasi. Secara rinci sasaran evaluasi ranah
kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kemampuan pengetahuan (knowledge - C l), untuk mengukur hasil belajar ini guru dapat memulai pertanyaan dengan kata-kata:
operasional, definisikan, tuliskan, sebutkan, dsb.
b. Kemampuan pemahaman (coprehension = C2), untuk mengevaluasi sasaran ini guru dapat menggunakan kata-kata: bedakan, simpulkan,
berilah contoh, rangkumlah, dsb.
c. Kemampuan menerapkan (application = C3), sasaran ini dapat dievaluasi dengan menggunakan kata-kata: gunakan teori, konsep,
rumus, dan prinsip-prinsip.
d. Kemampuan menganalisa (analizing = C4), kata-kata yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ini antara lain: uraikan,
membedakan, memisahkan, menjabarkan, dan menurunkan.
e. Kemampuan mensintesis (synthesis = C5), tingkah laku yang menggambarkan kemampuan mensintesis ini antara lain:
34
mengkatagorikan, mengkombinasikan, mengkomposisikan, merakit,
mengkonstruksi, menyunting, dan merevisi,
f. Kemampuan mengevaluasi {evaluation - C6), kata - kata atau istilah yang menggambarkan kemampuan ini adalah menghargai,
mengkritik, memutuskan, dan menilai hasil karya.
Sasaran evaluasi hasil belajar yang lain adalah ranah afektif
yang berupa nilai dan sikap siswa setelah mengikuti suatu pelajaran.
Berbeda dengan hasil belajar ranah kognitif, maka evaluasi hasil belajar
afektif dapat diukur dengan tes sikap, dimana dalam hal ini tidak ada
jawaban benar maupun salah. Sebagaimana kemampuan kognitif maka
ranah afektif juga terbagi dari beberapa tingkatan yaitu:
a. Penerimaan {receiving), kata-kata yang mengandung aspek ini antara lain: memilih, mendeskripsikan, mengikuti, menunjuk,
merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap
dengan kata-kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan,
memilih.
b. Merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap dengan kata - kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan,
memilih.
c. Menilai (valuting), kata-kata yang mengandung aspek ini antara lain: melengkapi, menggambarkan, membedakan, memilih, dan
d. Organisasi (organization), tingkatan ranah ini dapat diungkap dengan kata-kata antara lain: mengatur, merubah, melengkapi,
menyimpulkan, menerangkan.
e. Karakterisasi (characterization), kata-kata yang releven dengan aspek ini antara lain: menerapkan, mengusulkan, mempengaruhi,
mendemonstrasikan, dan menggunakan.
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif akan berdampak
positif pada perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor
ialah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik
kualita maupun kuantitasnya karena sifatnya yang terbuka. Bloom
dalam Suhamo (2000: 21) menyatakan bahwa ranah psikomotik
meliputi empat tingkatan yaitu: (1) Gerak tubuh (body movement) merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan pada
kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh; (2) Koordinasi gerak (finally coordinatif movement) merupakan ketepatan yang dikoordinasikan yang biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan; (3)
Komunikasi non verbal (non verbal comunication) merupakan kemampuan komunikasi tanpa kata, kemampuan menggunakan bahasa
isyarat; (4) Perilaku berbicara (spech behavior) merupakan kemampuan berbicara yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan.
33 Nana Sudjana, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta, Sinar Baru Algesindo, 2006, hal. 14
36