• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memasuki ISSDP Tahap

ISSDP Tahap II tentu saja perlu disiap- kan dengan matang. Informasi yang komprehensif tentang ISSDP Tahap I dan rencana pelaksanaan ISSDP Tahap II perlu disampaikan kepada pemerintah provinsi.

Untuk mencapai maksud tersebut perlu dilakukan suatu lokakarya yang melibatkan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi sebagai pengelola pembangunan sanitasi tingkat nasional, Pokja Sanitasi Kota yang selama ini menjadi mitra ISSDP, dan tentunya pemerintah provin- si sendiri.

Pada Lokakarya ini, Tim Teknis Pembangunan Sanitasi dapat mem- berikan gambaran mengenai pelaksanaan ISSDP Tahap I secara komprehensif ter- masuk hasil-hasil yang telah dicapai, baik di tingkat pusat maupun kota. Kemudian dapat menyampaikan rencana besar ISSDP Tahap II terutama berkaitan de- ngan rencana perluasan program melalui replikasi.

Pokja Kota sebagai stakeholder dae- rah dapat menyampaikan pengalaman- nya dalam pengelolaan sanitasi selama

mengikuti ISSDP. Berbagai capaian dan tantangan selama dua tahun tentunya dapat menjadi salah satu referensi provinsi untuk terlibat dalam ISSDP yang akan datang.

Pada akhirnya, Lokakarya ini diha- rapkan dapat merangkum kembali peran provinsi dalam pengelolaan sanitasi perkotaan, merumuskan serta menyiap- kan langkah-langkah operasional ISSDP Tahap II yang mencakup pembentukan kelompok kerja, penggalangan sumber daya serta penyediaan pendanaan, dan menyiapkan kriteria untuk pemilihan kota-kota mitra ISSDP Tahap II. Peran Provinsi dalam Pemba- ngunan Sanitasi

Untuk pengembangan sanitasi di Indonesia, wewenang, peran dan fungsi masing-masing susunan pemerintahan perlu dikaji secara terperinci. Hingga saat ini, peran pemerintah provinsi belum optimal dalam penanganan program sa- nitasi. Pada sisi lain, kerangka kebijakan provinsi yang ada, belum menunjang pembangunan sanitasi.

Pemerintah provinsi dapat berperan sebagai penyelenggara pengembangan program sanitasi di daerah. Hal ini memungkinkan apabila berdasarkan kri- teria urusan penyelenggaraan pemerin- tah, dampak pengembangan program sanitasi di daerah memiliki dampak yang bersifat lintas kabupaten/kota dan/atau regional, atau jika pengembangan pro- gram sanitasi di daerah yang bersangkut- an akan lebih berdayaguna apabila di- tangani pemerintah provinsi.

Untuk memperjelas pernyataan di atas, peranan pemerintah provinsi adalah menyelenggarakan pelayanan dasar di bidang sanitasi yang belum dapat dilak- sanakan oleh kabupaten/kota. Dalam hal ini sanitasi dapat diartikan sebagai pelayanan dasar yang mengacu pada PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pada pasal 3 peraturan ini, disebutkan bahwa SPM disusun sebagai alat pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam penye- lenggaraan urusan wajib.

Peranan pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan pelayanan dasar sani- tasi dapat dijalankan dengan dua cara, yaitu menyelenggarakan sendiri pemba- ngunan sanitasi di daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan atau menugaskan pemerintah daerah kabupaten/kota ber- dasarkan azas tugas pembantuan.

Selain itu diperlukan juga peran aktif provinsi untuk melancarkan mekanisme pengembangan sanitasi di daerah atau sinergitas peran provinsi dan kabupa- ten/kota. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengintensifan komunikasi de- ngan kabupaten/kota mengenai pengem- bangan program sanitasi. Tujuannya adalah membuat suatu pemetaan kebu- tuhan pengembangan sanitasi di kabu- paten/kota yang dinaunginya. Peta kebu- tuhan pengembangan sanitasi dapat dikombinasikan dengan komitmen kabu- paten/kota bersangkutan, sehingga tar- get alokasi pengembangan sanitasi pro- vinsi dapat lebih optimal. „ Tim Sekre- tariat ISSDP

„

S E P U TA R I S S D P„

P

endopo Kecamatan Poncowarno, salah satu kecamatan di Kabupaten Kebumen, tampak semarak. Selama empat hari, 3-6 Maret 2008, digelar "Pelatihan Media Rakyat untuk Sosialisasi AMPL" yang difasilitasi Kelompok Kerja AMPL Kabupaten Kebumen bekerjasama dengan WASPOLA.

Pelatihan ini juga dalam rangka mempersiapkan 16 keca- matan yang pada tahun ini akan mendapat bantuan AMPL di desanya. Sesuai tema AMPL berbasis masyarakat maka pelatih- an dilaksanakan di lingkungan terdekat dari masyarakat itu sendiri, karena dalam prosesnya akan banyak praktik di ling- kungan warga setempat.

Pelibatan masyarakat langsung mendapatkan dukungan po- sitif dari Bupati Kebumen Rustriningsih. "Potensi masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan AMPL dan pelatihan ini harus dilanjutkan" katanya.

Pelatihan ini menjadi langkah strategis untuk melibatkan masyarakat, termasuk kaum perempuan untuk berpartisipasi sejak awal perencanaan pembangunan AMPL termasuk sosiali- sasi dan membangun kesepakatan-kesepakatan yang dilaksana- kan antarwarga sendiri.

Dalam pelatihan ini masyarakat menggali bersama penting- nya partisipasi semua pihak dalam keberlanjutan AMPL dan kuncinya adalah strategi komunikasi yang tepat sasaran sehing- ga membuat semua orang semangat untuk terlibat. Peserta di- ajak merancang media komunikasi dari hasil pemetaan isu, mendata potensi media yang bisa dilibatkan, kemudian menye- leksi media yang akan digunakan. Dipilihlah media dagelan (la- wakan) yang dipentaskan di kecamatan, siaran iklan layanan AMPL di radio In FM, cerita bergambar atau cergam, poster dan iklan layanan televisi.

Kemudian dibuatlah naskah dan latihan sebelum diproduk- si. Dengan didampingi tim WASPOLA dan tim media dari Stu- dio Audio Visual PUSKAT Yogyakarta dibuatlah produksi pro- gram pendek. Disamping itu, pementasan dagelan kesenian rak- yat dan menayangkan hasil produksi media yang mereka buat di depan masyarakat.

Peserta mempraktikkan metode media kelompok untuk membangun diskusi yang dinamis, sehingga menjadi daya tarik untuk perbincangan warga. Dari hasil pelatihan, enam kecamat- an merencanakan sosialisasi serentak yang akan dilakukan di masing-masing kecamatan dan menggunakan media-media AMPL yang telah mereka buat sendiri.

Sementara radio In FM dan Mas FM serta Ratih TV akan menayangkan hasil produksi kepada publik. Hal ini dilakukan dalam rangka persiapan penerimaan bantuan AMPL yang akan turun pada tahun ini. Disampaikan pentingnya forum Pokja AMPL ini dibentuk di tingkat kecamatan sehingga proses inte-

grasi kegiatan dan pemberdayaan sampai di tingkat pemerin- tahan yang terkecil di masyarakat.

Membangun Masyarakat yang Peduli AMPL

Pada 19-21 Februari 2008, di Pangkal Pinang juga diseleng- garakan pelatihan kelanjutan dari Workshop Strategi Komu- nikasi AMPL yang menghasilkan Strategi Advokasi Penyelamat- an Lingkungan untuk Air Minum.

Acara ini dibuka Setda Provinsi Bangka Belitung Imam Mar- di Nugroho yang menyatakan komunikasi adalah kunci penting dalam pembangunan AMPL. "Keterampilan ini yang justru se- ring tidak diperhatikan dalam pembangunan AMPL yang ber- orientasi pada fisik dan lupa menekankan pada perubahan peri- laku," ujarnya. Imam berharap dari pelatihan ini akan diha- silkan strategi yang tepat sasaran sehingga banyak pihak terlibat dalam menyelamatkan lingkungan Bangka Belitung untuk kese- jahteraan masyarakat.

Permasalahan air minum dan penyehatan lingkungan di Bangka Belitung, berkaitan dengan penambangan timah yang kian marak tanpa memperhatikan konservasi lingkungan sehingga mengakibatkan penurunan mutu kualitas air maupun mulai mengurangi kuantitasnya. Masyarakat sekitar sudah mulai merasakan akibatnya dan terganggu kesehatannya. Maka

„

S E P U TA R WA S P O L A

„

Dari Media Rakyat Hingga Pemasaran Sosial

Dokumen terkait