• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca Cepat

Dalam dokumen Oleh AWAL RAMADHAN NIM : (Halaman 30-40)

a. Pengertian Membaca Cepat

Menurut Ngalimun dan Alfulaila (2013:65) membaca cepat adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara cepat disertai dengan pemahaman isi bacaan. Membaca cepat merupakan membaca dengan kecepatan tinggi, keseluruhan materi dibaca dalam waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%. Materi dalam hal ini adalah jumlah kata yang terkandung dalam suatu bacaan, sedangkan waktu tertentu artinya untuk memahami materi bacaan memerlukan waktu.

Menurut Nurhadi (dalam Lestari, 2013) membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaan.

Dari beberapa pengertian membaca cepat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaan.

b. Hakikat dan Fungsi Kecepatan Efektif Membaca

Harjasujana dan Mulyati (1997:52) mengemukakan bahwa dewasa ini, ada yang beranggapan bahwa dengan membaca lambat pemahaman seseorang terhadap apa yang dibaca akan semakin baik. Sebaliknya, dengan membaca cepat

pemahaman akan terhambat. Anggapan itu sama sekali tidak benar. Kegiatan memahami bacaan pada hakikatnya sama dengan kegiatan memahami pembicaraan. Dalam membaca cepat terkandung pemahaman yang cepat pula. Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal tolak pembahasan, bukannya kecepatan. Akan tetapi, bukan berarti membaca lambat akan meningkatkan pemahaman. Bahkan orang-orang yang biasa membaca lambat untuk mengerti suatu bacaan akan dapat mengambil manfaat yang besar dengan membaca cepat. Seorang pembaca yang baik akan mengatur kecepatan dan memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya. Kecepatan membaca sangat tergantung pada bahan dan tujuan membaca, serta sejauh mana keakraban dengan bahan bacaan. Kecepatan membaca harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan.

Hasil penelitian membuktikan bahwa orang yang memiliki kecepatan membaca yang tinggi cenderung memperlihatkan kemampuan memahami bacaan lebih baik daripada pembaca lambat. Pada saat-saat tertentu pembaca dituntut untuk bersifat fleksibel di dalam menghadapi dan menyiasati bacaannya. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lebih lama dalam memahami sesuatu, tetapi adakalanya pembaca butuh waktu yang lebih singkat. Dengan pandangan sekilas saja, pembaca sudah dapat menangkap isi sebuah bacaan (Harjasujana dan Mulyati, 1997: 53).

Fleksibilitas baca memang sangat erat kaitannya dengan tujuan/maksud pembaca informasi dan jenis bacaan yang dihadapinya. Yang dikategorikan ke dalam pembaca efektif dan efisien itu adalah pembaca yang fleksibel.

Menurut Tampubolon (dalam Harjasujan dan Mulyati, 1997: 54), pembaca yang demikian harus dapat mengatur kecepatan, menentukan metode, teknik, gaya membaca sesuai dengan bahan yang berkaitan dengan bacaan. Hal-hal yang berkenaan dengan kecepatan, metode, teknik, dan gaya membaca disebut strategi membaca, sedangkan tujuan, informasi, dan jenis bacaan disebut kondisi baca. Dengan demikian, fleksilibilitas membaca dapat diartikan sebagai kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca.

Yang dimaksud dengan kecepatan membaca adalah kemampuan seseorang dalam menggerakkan mata secara cepat dan tepat pada saat membaca sehingga diperoleh rata-rata kecepatan baca berupa jumlah kata permenit. Jadi, jika seseorang dapat membaca bacaan yang panjangnya lebih kurang 2000 perkataan dalam tempo lima menit, artinya rata-rata kecepatan adalah 400 kata per menit (Harjasujana dan Mulyati, 1997: 54-55).

Kemampuan membaca ini berkaitan dengan kemampuan kognitif (ingatan, pikiran, dan penalaran) seseorang dalam kegiatan membaca. Kemampuan-kemampuan kognitif yang dimaksud di sini adalah Kemampuan-kemampuan dalam menemukan dan memahami informasi yang tertuang dalam bacaan secara tepat dan kritis. Seseorang boleh dikatakan memiliki kemampuan baca yang baik jika dia mampu memahami isi bacaan tersebut minimal 70 persen.

Kecepatan efektif membaca (KEM) sering pula disebut dengan kecepatan efektif (KE) saja. Baik KEM maupun KE mengandung pengertian yang sama, ialah perpaduan dari kemampuan motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca. Dengan kata lain, KEM

merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan. Kegiatan membaca melibatkan dua komponen utama, yakni kemampuan mata dalam melihat lambang-lambang grafis dan kemampuan pikiran dalam menangkap dan memaknai lambang-lambang grafis tersebut menjadi sebuah informasi yang utuh dan lengkap. Kemampuan fisik meliputi kemampuan mata yang selanjutnya disebut kemampuan visual, sedangkan kemampuan psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar disebut kemampuan kognisi.

Beberapa pakar pendidikan dan pengajaran membaca menyamakan istilah KEM ini dengan istilah speed reading yang jika dialihbahasakan speed reading dapat diartikan sebagai “kecepatan membaca”. Kecepatan membaca berkaitan dengan jumlah kata per menit, yakni rata-rata tempo baca untuk sejumlah kata tertentu dalam waktu tempuh baca tertentu. Selanjutnya, timbul pertanyaan, jika yang dimaksud dengan kecepatan membaca adalah rata-rata baca, bagaimana dengan masalah pemahaman isi bacaannya? Kecepatan membacanya akan berimplikasi terhadap tujuan membaca. Tingkat keterbatasan bahan bacaan, motivasi, teknik-teknik membaca, proses berpikir dan bernalar, dan sebagainya. Oleh karena itu, istilah “kecepatan membaca” lebih disebut “KEM” (Harjasujana dan Mulyati, 1977: 57).

KEM merupakan cermin dan kemampuan baca yang sesungguhnya. Dua komponem utama yang terlibat dalam proses/kegiatan membaca sudah tercakup di dalamnya. KEM ini merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan atau perpaduan antara kemampuan kognisi dalam proses membaca.

Tujuan membaca seseorang akan menentukan kecepatan bacanya. Hubungan kecepatan membaca dengan tujuan yang dikehendaki dari kegiatan membaca itu akan menimbulkan fleksibilitas kecepatan baca. Yang dimaksud fleksibilitas kecepatan baca adalah kelenturan pada tempo baca pada saat membaca sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan membacanya tersebut. Jika tujuan membacanya hanya sekadar ingin menikmati karya sastra secara santai, pembaca dapat memperlambat tempo kecepatan bacanya. Kalau pembaca menginginkan informasi menyeluruh tentang kejadian hari ini dengan segera, tentu ia akan meningkatkan kecepatan bacanya. Pembaca akan berusaha menemukan ide-ide utama atau gagasan-gagasan penting saja tanpa menghiraukan hal-hal kecil atau rincian-rincian khusus dalam bacaannya tersebut.

Tahap-tahap awal tingkat pencapaian KEM erat kaitannya dengan kesiapan membaca (reading readness). Burron Claybaugh (Harjasujana dan Mulyati, 1997:60) mengajukan enam hal yang dipandang penting dalam mempertimbangkan “reading readness” keenam hal tersebut adalah:

1) fasilitas bahasa lisan; 2) latar belakang pengalaman;

3) diskriminasi auditori dan diskriminasi visual; 4) intelegensi;

5) sikap dan minat; dan 6) kematangan emosi.

Butir 1), 3), dan 6) (fasilitas bahasa lisan; diskriminasi auditori dan diskriminasi visual; serta kematangan emosi) merupakan bekal bagi pembaca

pemula dalam belajar membaca, sementara butir 2), 4), dan 5) (latar belakang pengalaman; intelegensi; serta sikap dan minat) dipandang sebagai hal yang mempengaruhi kemampuan membaca pada tingkat lanjut. Ketiga bagian yang disebut terakhir dipandang sebagai hal yang mempengaruhi KEM pada tingkat lanjut. Hasil penelitian (Harjasujana dan Mulyati, 1997: 61) menunjukkan bukti bahwa intelegensi tidaklah terlalu berkonstribusi terhadap kemampuan membaca seseorang. Faktor ini hanya berurut sekitar 25%. Yang paling besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca adalah intensitas baca, yakni sebesar 65%. Faktor ini berkerkenaan dengan sikap dan minat yakni sikap, kebiasaan, minat, motivasi membaca, termasuk di dalamnya latar belakang pengalaman pembaca, selanjutnya sebesar 10% merupakan faktor lain-lain.

Senada dengan itu, Heilman dan Alexander (dalam Harjasujana dan Mulyati, 1997: 63) menyodorkan pandangan yang sama mengenai faktor-faktor

reading readness. Akan tetapi, Alexander tampaknya memberikan rincian yang

lebih detail mengenai hal ini karena language development dirincinya lagi pada kemampuan–kemampuan yang dimaksud meliputi pengembangan konsep kosakata, pemahaman makna kata, pemahaman konsep-konsep linguistik, keterampilan menganalisis kata, dan lain-lain.

Salah satu komponen pengukuran KEM adalah pengukuran pemahaman bacaan sebagai wujud dari pengukuran kognisi. Ommagio (dalam Harjasujana dan Mulyati, 1997:64) berpendapat bahwa pemahaman bacaan bergantung pada gabungan dari pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca. Dalam upaya mencapai pemahaman bacaan, tampaknya lebih menyoroti

kemampuan pembacanya. Jika pembaca memiliki dan menguasai ketiga komonen di atas, maka proses pemahaman bacaan tidak akan mendapat hambatan yang berarti.

Harjasujana tampaknya lebih menyoroti aspek pembacanya daripada aspek lain yang mempengaruhi KEM seseorang. Kebanyakan ahli tampaknya memandang faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemahaman bacaan berpusat pada kemampuan pembaca. Seperti juga pendapat Heilman, Blair, dan Rupley (dalam Harjasujana dan Mulyati, 1997:65) yang mengetengahkan empat hal yang dipandang berperanan penting di dalam proses pemahaman bacaan, antara lain:

1) latar belakang pengalaman; 2) tujuan dan sikap pembaca;

3) pengetahuan tentang berbagai tipe pengorganisasian tulisan; dan 4) berbagai strategi identifikasi tulisan.

Williams (dalam Harjasujana dan Mulyati, 1997:66) mengomentari perihal yang mempengaruhi pemahaman bacaan itu sebagai berikut. Ketidaktahuan akan bahasa dapat menghalangi pemahaman. Pengetahuan bahasa itu penting, tetapi cara menumbuhkan keinginan membaca jauh lebih penting. Selanjutnya, beliau mengaitkan hal tersebut dengan keterbacaan wacana (readability). Menurutnya, materi bacaan yang disuguhkan dengan bahasa yang sulit dipahami akan mengakibatkan pembaca frustasi. Keterbacaan menurutnya tidak hanya bergantung pada bahasa teks, melainkan juga bergantung pada pengetahuan pembaca tentang teks, serta ketekunan dan ketajaman membacanya. Faktor lain

yang mempengaruhi kecepatan efektif membaca adalah penguasaan teknik-teknik membaca yang tepat sesuai dengan tujuan, bahan, dan jenis membacanya.

Kepemilikan keterampilan membaca cepat juga sangat diperlukan bagi siswa. Dengan mampu membaca cepat berarti informasi dan pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak. Kegiatan membaca pun akan menjadi hal yang mengasyikkan. Siswa Sekolah Dasar seharusnya mampu membaca minimal 150 kata per menit.

c. Langkah- langkah Membaca Cepat

Menurut Dalman (2013:41) Adapun langkah – langkah dalam membaca cepat adalah sebagai berikut:

1) Biasakan untuk membaca pada kelompok kata. Hindari membaca kata demi kata.

2) Jangan mengulang-ulang kalimat yang telah dibaca.

3) Jangan selalu berhenti lama diawal baris atau kalimat. Berehentilah agak lama diakhir-akhir bab atau subbab, atau bila ada judul baru.

4) Cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat.

5) Abaikan kata tugas yang sifatnya berulang-ulang. Misalnya, kata-kata sepertih: yang, di, dari, pada, se, dan sebagainya.

6) Jika dalam penulisan bacaan bentuk kolom kecil ( sepertih surat kabar), arah gerak mata bukan kesamping secara horisontal, tetapi kebawah vertikal.

d. Mengukur Kecepatan Efektif Membaca

Kecepatan efektif membaca ini merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan kemampuan memahami isi bacaan. Kecepatan rata-rata baca merupakan cermin dari tolak ukur kemampuan visual, yakni kemampuan gerak motoris mata dalam melihat lambang-lambang grafis. Pemahaman isi bacaan merupakan cermin dari kemampuan kognisi, yakni kemampuan berpikir dan bernalar dalam mencerna masukan grafis yang diterima lewat indera mata.

Untuk menentukan KEM seseorang, diperlukan data mengenai rata-rata kecepatan bacanya dan persentase pemahaman isi bacaan. Data mengenai rata-rata kecepatan baca dapat diketahui apabila jumlah kata yang dibaca dan waktu tempuh bacanya diketahui. Cara menghitung rata-rata kecepatan baca adalah membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca. Sebagai contoh, jika seorang dapat membaca sebanyak 2.500 kata dalam waktu 5 menit, artinya kecepatan rata-rata baca pembaca tersebut adalah 500 kpm (2.500:5 = 500).

Selanjutnya, untuk memperoleh data tentang persentase pemahaman isi bacaan yang objektif (bukan perkiraan), diperlukan suatu alat untuk mengukurnya. Alat tersebut berupa tes. Penentuan persentase pemahaman seseorang terhadap bahan bacaan yang dibacanya dilakukan dengan membagi skor bobot tes pemahaman isi bacaan yang dapat dijawab benar dengan bobot/skor ideal kemudian diperkalikan dengan 100%. Misalnya, jika seorang dapat menjawab benar dengan tes pemahaman isi bacaan sebanyak 32 dari skor ideal 50, maka persentase pemahaman isi bacaan pembaca yang bersangkutan adalah 64 % (32/50 x 100% = 64%).

Setelah diketahui rata-rata kecepatan baca dan persentase pemahaman isi bacaan, dapat dilakukan perhitungan terhadap KEM-nya, yaitu perpaduan antara kemampuan visual dan kemampuan kognisi, kecepatan baca diperoleh data 500 kpm dan dari hasil perhitungan persentase pemahaman isi bacaan diperoleh data 64%. Jadi, perhitungan KEM-nya adalah 500 x 64% = 320 kpm. Angka terakhir ini (320 kpm) merupakan kecepatan efektif membaca yang sudah menyertakan pengukuran dua unsur penyokong kegiatan baca, yakni kemampuan gerak mata dalam melihat lambang-lambang cetak dan kemampuan kecepatan rata-rata baca yang belum menyertakan unsur pemahaman isi bacaan (Harjasujana dan Mulyati, 1997: 68-69)

e. Standarisasi Kecepatan Efektif Membaca

Menurut Harjasujana (dalam Prasetyo, 2012:82), secara umum kategorisasi pembaca pada jenjang Sekolah Dasar yang dilihat dari sudut kepemilikan KEM-nya dapat ditolokukuri dengan patokan berikut:

Tabel 2.1 Standarisasi Kecepatan Efektif Membaca

Kategori KEM Angka KEM

Kecepatan Rendah Di bawah 80 kpm Kecepatan sedang (memadai) 80 - 140 kpm Kecepatan Tinggi (efektif) Di atas 140 kpm

Dalam dokumen Oleh AWAL RAMADHAN NIM : (Halaman 30-40)

Dokumen terkait