BAB II PEMBAHASAN
E. Mendeteksi dan mengatasi kerusakan
Berikut ini merupakan tabel mengenai langkah mendeteksi kerusakan yang mungkin terjadi pada sistem pengapian dan alternatif perbaikannya.
Subrakitan yang diperksa
Rincian yang harus diperiksa Alat yang digunakan dalam pemeriksaan 1. Sekering a.Tahanan antar ujung.
b.Kondisi dalam sekering.
3. Busi a. Kondisi anoda dan katoda.
b. Celah busi.
c. Bunga api pada busi.
a. Pemeriksaan visual.
b. Feeler gauge.
c. Pemeriksaan visual.
4. Koil pengapian a. Tahanan kumparan primer.
6. Koil pulsa a. Tahanan kabel-kabel dengan massa.
b. Kondisi kabel penghubung.
a. Ohm meter.
b. Pemeriksaan visual.
7. Koil pengisian a. Tahanan kabel-kabel dengan massa.
b. Kondisi kabel penghubung.
a. Ohm meter.
b. Pemeriksaan visual.
a.
8. Baterai a. Pemeriksaan air b. Berat jenis elektrolit
a. Pemeriksaan visual b. Hidrometer
Gambar 13. Tabel langkah mendeteksi kerusakan (Sumber : Anonim)
Langkah pemeriksaan untuk mengetahui kondisi dari komponen pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 dalam keadaan baik dan layak untuk dipergunakan berdasarkan diagram diatas, maka harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut.
1. Pemeriksaan sekering a. Secara visual
Secara visual sekering dapat diperiksa melalui kawat penghubung yang ada didalam tabung sekering menggunakan multitester. Bila kawat penghubung putus berarti sekering rusak, maka sekering perlu diganti dengan yang baru.
b. Menggunakan multitester
Cara pengetesan yaitu dengan meletakkan posisi multitester pada ohm meter. Kemudian letakkan kabel tester pada kedua ujung sekering. Bila jarum
bergarak berarti sekering dalam keadaan baik dan bila diam berarti sekering putus.
2. Pemeriksaan kunci kontak a. Secara visual
Kunci kontak dapat diperiksa dengan cara melihat sambungan kabel/terminal pada kunci kontak. Bila sambungan putus berarti aliran arus dari sumber arus terputus
b. Menggunakan multitester
Cara dengan menggunakan multitester yaitu dengan meletakkan multitester pda posisi ohm meter. Setelah itu letakkan kabel tester pada kedua terminal kunci kontak. Bila jarum bergerak berarti kunci kontak dalam keadaan baik. Kunci kontak terputus bila jarum tidak bergerak dan kunci kontak harus diganti
3. Pemeriksaan Busi
a. Melalui percikan bunga api
Untuk memeriksa bunga api, tutup busi harus dilepas terlebih dahulu dengan menggunakan kunci busi. Berikutnya busi dimasukkan ke tutup busi dan ditempelkan pada kepala silinder. Untuk mengetahui percikan pada busi, staterlah motor dalam keadaan busi masih ditempelkan pada kepala silinder.
Bila api berwarna biru keputihanberarti masih baik dan bila berwarna merah atau tidak ada bunga api maka harus diganti.
b. Pemeriksaan secara visual
Busi menandakan dari kondisi operasi sepeda motor, oleh sebab itu penentuan busi yang tepat dapat dilihat dari keadaan busi tersebut. Berikut ini beberapa keadaan yang terdapat pada busi :
1) Busi normal
Bila bahan bakar yang digunakan tanpa timbal, maka isolator pada busi berwarna abu-abu atau keputih-putihan. Tetapi bila pada bahan bakar mengandung tibal,isolatornya berwarna coklat muda.
2) Busi berwarna kehitam hitaman
Warna kehitam-hitaman pada busi dapat disebabkan karena isolator elektroda busi terlapisi oleh karbon kering. Kemungkinan penyebabnya adalah nilai panas yang tidak tepat, campuran yang terlalu kaya dan elemen udara yang tersumbat. Hal ini menyebabkan api yang dihasilkan tidak sempurna.
Untuk itu elemen saringan udara dan setelan karburator harus diperiksa, bila tidak terjadi apa-apa busi harus diganti dengan yang satu tangga lebih panas.
3) Busi terbakar
Busi terbakar akan mempunyai tanda-tanda isolator berwarna putih pucat dan anoda serta katodanya menjadi cepat aus. Kemungkinan penyebabnya adalah pemakaian busi yang tidak tepat atau campuran bahan bakar yang terlalu miskin. Cara mengatasinya adalah denganmemeriksa karburator atau dengan mengganti busi yang satu tingkat lebih dingin.
c. Celah busi
Celah busi adalah jarak antara elektroda tengah dengan elektroda massa.
Bila celah tersebut terlalu dekat kesalahan pengapian bisa terjadi dan bila terlalu lebar bunga api tidak akan terjadi pada busi tersebut. Karena itu celah busi harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 celah businya adalah 0,8 – 0,9 mm. Pengukuran celah busi dapat dilakukan dengan feeler gauge.
Gambar 14. Mengukur cealah busi (Sumber :Daryanto, 2004)
d. Membersihkan busi
Untuk menghilangkan karbon pada busi dapat dilakukan denga dua cara yaitu dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat. Kalu menggunakan alat, langkah pertama yang kita lakukan adalah meluruskan elektroda (ground). Bersihkanlah isolator hingga putih dengan cara memutar busi pada alat pembersih busi. Biasanya 10-20 detik waktu pembersihan sudah cukup. Bila dibersihkan terlalu lama elektroda akan menjadi aus.
Gambar 15. Membersihkan busi dengan alat (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)
Pembersihan busi tanpamenggunakan alat dapat dilakukan dengan menggunakan sikat kawat halus. Karbon dihilangkan dari dalam busi dan pembersihan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak elektrida busi. Bila elektroda telah aus, kikirlah agar datar kembali. Dan yangterahir setelah celah busi sesuai dengan spesifikasi.
Gambar 16. Membersihkan busi dengan sikat (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)
4. Pemeriksaan koil pengapian
Kondisi koil pengapian dapat dengan mudah dicek bila menggunaka multitester. Pengecekan kumparan primer dilakukan dengan cara menempelkan salah satu kabel tester ke terminal positif ignition coil dan menempelkan kabel yang satunya ke bodi ignition coil. Bila jarum menyimpang berarti kumparan primer dalam keadaan baik. Tahanan yang harus terukur (Standart) adalah 0,4 – 0,6 ohm.
Gambar 17. Memeriksa kumparan primer dengan multi tester (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)
Pengecekan kumparan skunder adalah dengan menempelkan kabel tester pada terminal positif ignition coil dan kabel yang satunya kita tempelkan pada kabel tegangan tegangan tinggi. Tahanan yang harus terukur (Standart) adalah 7 – 9 kOhm
Inti
Kabel tegangan tinggi Kabel tegangan tinggi Inti
Kabel primer
Gambar 18. Memeriksa kumparan skunder dengan multitester (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) 5. Pemeriksaan sambungan kabel CDI
Pemeriksaan sambungan kabel CDI dapat dilakukan dengan dengan cara pengecekan kelonggarannya. Bila sambungan longgar, harus diperbaiki agar dapat rapat kembali.
6. Pemeriksaan unit CDI
Pemeriksaan unit CDI dapat dilakukan dengan melepas sambungan kabel CDI terlebih dahulu. Kemudian tahanan antar terminal diukur menggunakan ohmmeter. Bila tahanannya tak terhingga atau kurang dari spesifikasi, unit CDI
harus diganti.
7. Pemeriksaan tahanan pick up coil
Pemeriksaan pick up coil dilakukan dengan cara mancabut sambungan kabel terlebih dahulu. Kemudian tahanan antar ujung kabel diukur dengan ohmmeter. Bila tahananya takterhingga atau kurang dari spesifikasi yaitu antara 500 – 600 ohm pada 20 0C.
Gambar 19. Pengukuran tahanan pic up coil (Sumber : Anonim, 1994 : C 60) .magnit
8. Pemeriksaan tahanan Kumparan pengisian
Pemeriksaan tahanan pengisian dilakuakan dengan cara mencabut sambungan kabel magnet. Ujung dari kabel-kabel dan massa diukur tahanannya dengan menggunakan ohmmeter. Jika ukuran tahanan tidak tepat, kumparan pengisian harus diganti. Tahanan standartnya adalah 0,2 – 2 Ohm pada 20 0C.
Gambar 20. Pengukuran tahanan kumparan pengisian (Sumber : Anonim : C 64)
9. Pemeriksaan Baterai
Pemeriksaan pada baterai dilakukan dengan memeriksa air dalam baterai tersebut. Bila air kurang dari batas yang telah ditentuka harus segera di isi kembali.
Gambar 21. Batas air dalam baterai (Sumber : Anonim : C 64)
Selain air, hal yang sangat penting adalah pengisian dalam baterai tersebut. Keadaan pengisian dapat diketahui dengan mudah dengan cara
Kumparan pengisian Ohm meter
Batas maksimum Batas minimum
mengukur berat jenis elektrolit menggunakan hidrometer. Untuk mengukur berat jenis, masukkan hidrometer kedalam sel dan hisaplah elektrolit secara perlahan-lahan. Bacalah pengamatan setinggi mata. Pembacaan harus diantara 1,23 – 1,26 pada suhu 20 0C. Bila pembacaan berada dibawah ambang batas maka aki dalam kedaan kosong dan harus di isi kembali. Pengisian pada baterai dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 22. Pengukuran berat jenis dan pengisian aki (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) F. Pembahasan
Sistem pengapian pada Honda GL Pro 1997 mempunyai komponen utama yaitu kumparan pengisian, pick up coil, Unit CDI, ignition coil, dan busi.
Pemasangan komponen-komponen ini harus dilakukan secara urut dan benar.
Baterai pada sepeda motor Honda GL Pro dipakai sebagai sumber arus pada sistem pengapian dan lampu-lampu. Bila mesin sudah hidup tugas baterai diambil alih oleh kumparan pengisian.
Fungsi dari sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah untuk menghasilkan loncatan bunga api pada busi yang digunakan sebagai awal pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Syarat untuk sempurnanya sistem pengapian CDI adalah harus ada tegangan listrik yang tinggi. Arus tegangan
Pipa gelas
Hidrometer
tinggi ini harus mampu menghasilkan loncatan bunga api pada busi pada waktu dan posisi yang tepat dengan langkah torak atau pada saat akhir langkah kompresi, kemudian untuk yang terakhir adalah komponen dari sistem pengapian harus kuat dan tahan lama.
Sistem pengapian CDI mempunyai kebaikan dan kekurangan diantaranya sebagai berikut :
1. Kebaikan
a. Mesin mudah dihidupkan dalam keadaan dingin.
b. Busi lebih awet karena elektroda tidak cepat aus.
c. Kemungkinan terjadi hambatan api pada busi lebih kecil.
d. Busi tidak mudah kotor.
e. Puncak tegangan tinggi tercapai dalam waktu yang singkat dan pelepasannya lebih pendek.
f. Tidak diperlukan penyetelan pengapian karena tidak ada titik kontak g. Tidak ada kepekaan terhadap pengaruh cuaca.
h. Mesin tetap jalan teratur dalam kecepatan tinggi.
2. Kekurangan
a. Harganya yang mahal.
b. Ketahanan panasnya mencapai suhu 45 0C, lebih dari itu bagian transistornya akan meleleh.
c. Masa kerjanya hanya berkisar antara 50.000 sampai 60.000 km.
Bila terjadi kerusakan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997, maka pengecekan dilakukan dari komponen yang paling ahir yaitu Busi.
Hal ini dilakukan karena busi merupakan komponen yang mudah rusak.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 dapat diperoleh simpulan bahwa :
1. Sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah berfungsi untuk mengatur bunga api listrik pada busi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar.
2. Sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 terdiri atas baterai kunci kontak, koil pulsa (Pick up coil), unit CDI, koil pengapian, dan busi. Dengan prinsip ditimbulkannya loncatan bunga api pada busi karena adanya tegangan tinggi tiba-tiba yang dialirkan oleh koil pengapian menuju busi. Koil pengapian mendapatkan arus dari pengosongan muatan pada kapasitor yang terdapat didalam unit CDI.
3. Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah tidak adanya bunga api listrik pada busi atau bunga api yang dihasilkan busi tidak baik (kemerah-merahan dan menyebar).
4. Cara mendeteksi kerusakan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah dengan pengetesan loncatan bunga api yang dihasilkan oleh busi.
Bila api yang dihasilkan oleh busi tidak baik atau bahkan tidak ada berarti sistem pengapiannya mengalami kerusakan. Sedangkan cara mengatasi kerusakannya adalah dengan melakukan perbaikan atau penggantian
komponen yang mengalami kerusakan yaitu busi, koil pengapian, unit CDI, pick up coil, dan kumparan pengisian setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan kondisi komponen tersebut.
B. Saran
Dari uraian bab sebelumnya penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk menghasilkan daya mesin yang baik dan waktu pengapian yang tepat, maka konstruksi sistem pengapian CDI Honda GL Pro 1997 harus selalu diperiksa setiap 3000 km agar kondisinya tetap baik.
2. Perawatan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 harus dilakukan dengan selalu menjaga kebersihannya.
3. Bila terjadi kerusakan pada sistem pengapian CDI Honda GL Pro 1997, penggantian komponen harus sesuai dengan komponen aslinya agar tidak terjadi kerusakan pada komponen yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Buku Pedoman Repparasi Honda, Jakarta : PT. Astra Internasional.
Anonim, 1999, New Step I Training Manual, Jakarta : (tidak diterbitkan) Daryanto, 2004, Teknik Sepeda Motor, Bandung :Yrama Widya.
Northop RS, 1987, Teknik Sepeda Motor, Bandung : Pustaka Setia
Suganda Hadi, Kageyama Katsumi, 2004, Pedoman Perawatan Sepeda Motor, Jakarta : PT. Pradnya Paramita.