• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENEGUHKAN SEMANGAT EKONOMI UKHUWAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SEMESTA

Oleh: Fajar Saka

MENEGUHKAN SEMANGAT EKONOMI UKHUWAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SEMESTA

Oleh: Marwini, S.H.I., M.A., M.Si

Pendahuluan

Pembahasan masalah-masalah perekonomian dalam konstitusi Negara Republik Indonesia adalah berupa Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berada pada tema besar kesejahteraan umum atau kesejahteraan sosial. Dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan dibentuknya pemerintah negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Adapun Kesejahteraan social ditegaskan dalam Bab XIV Kesejahteraan Sosial yang meliputi Pasal 33 dan 34.

Demokrasi ekonomi Indonesia sesuai paham kolektivisme menempatkan kepentingan masyarakat pada posisi utama. Pada penjelasan Pasal 33 UUD 1945 disebutkan bahwa dalam demokrasi ekonomi yang diutamakan adalah kemakmuran masyarakat bukan kemakmuran prorangan tetapi kemakmuran untuk semua orang. Kemakmuran masyarakat dan kedudukan rakyat yang ditempatkan dalam posisi sentral-substansial ini menjadi ciri sosialistik Pasal 33 UUD 1945. Doktrin demokrasi ekonomi Pasal 33 UUD 1945 dipandang tidak terdapat dalam di literatur Barat. Doktrin ini khas Indonesia yang merepresentasikan pandangan sosial ekonomi Indonesia. Demokrasi ekonomi Indonesia yang menjadi spirit Pasal 33 UUD 1945 ini menjiwai sistem ekonomi Indonesia yang oleh Hatta disebut sebagai sistem ekonomi yang berwatak sosialisme-religius.

Kesejahteraan sosial merupakan cita-cita dan tujuan yang tak terpisahkan dari kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Cita-cita tersebut telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab XIV yang berjudul “Kesejahteraan Sosial”. Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 adalah merupakan penentu arah kebijakan ekonomi Negara Rupublik Indonesia. Rumusan dalam pasal 33 tersebut sebagai berikut:1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan kekeluargaan (ukhuwah), 2) cabang-cabang produksi yang penting bagi

Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial 87 negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara; 3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai noleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Kesejahteraan sosial ekonomi merupakan suatu kondisi dan tata kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera, yaitu yang memungkinkan setiap orang, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah yang dikenal sebagai dasar manusia dengan sebaik-baiknya. Secara singkat kesejahteraan sosial mengandung dua pengertian, pertama adalah segala aturan atau tatanan untuk memudahkan seseorang atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup jasmani, rohani, dan sosial, sedangkan yang kedua adalah kondisi atau keadaan yang dapat mempermudah seseorang, kelompok, atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya meliputi pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya. Jadi untuk menilai kesejahteraan sosial seseorang atau masyarakat dapat dilihat pada tatanan yang berlaku dalam masyarakat serta kondisi masyarakat tersebut.

Ekonomi Ukhuwah (kekeluargaan)

Jika perekonomian Indonesia arahnya pada kesejahteraan rakyat, sebaiknya diterapkan sistem ekonomi kekeluargaan (ukhuwah), yang saat ini Indonesia boleh dikatakan belum menerapkannya dengan baik.. Pasal 33 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 menegaskan, bahwa Perekonomian di susun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, Usaha bersama adalah suatu mutualism dan asas kekeluargan adalah brotherhood. Dalam konteks moralitas dan tuntunan agama mutualism adalah ber-jamaah dan brotherhood atau asas kekeluargaan adalah ber-ukhuwah. Oleh sebab itu, maka sesuai paham kolektivisme/komunitarianisme yang berdasar mutualism dan brotherhood ini, kepentingan masyarakat (societal-interest) ditempatkan yang utama.

Demikian juga, makna demokrasi ekonomi adalah pengutamaan kemakmuran masyarakat bukan mengutamakan kemakmuran orang-perorang, sehingga kemakmuran masyarakat

88 Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

ditempatkan dalam posisi “sentral-substansial”, dan tidak boleh direduksi menjadi posisi “marginalresidual”. Untuk mewujudkan dan menjaga spirit ekonomi kekeluargaan yang berwujud kesejahteraan sosial tersebut maka bangsa Indonesia harus meneguhkan Undang-undang Dasar 1945, sebagaimana yang termaktub dalam pasal 33 ayat (1).

Ekonomi ukhuwah (kekeluargaan) merupakan asas yang sesuai dengan konteks budaya Indonesia, yang mampu merasakan sesamanya sebagai saudara sesama manusia dalam mewujudkan kesejahteraan alam semesta (rahmatan lil alamin) dengan semangat kolektifitas dan solidaritas yang mendorong pada peningkatan pendapatan perkapita dan sekaligus pembagian pendapatan yang merata. Dengan demikian pemerintah melalui kebijakannya dan upaya bersama dapat menyatukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dan dapat menggerakkan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi pelaku usaha utama perekonomian nasional, serta mewujudkan mitra sejajar antara usaha besar dengan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam sistem produksi dan pasar terintegrasi. Sehingga dengan “menyatukannya” tersebut akan ada korelasi untuk menciptakan sistem kekeluargaan untuk menggapai cita-cita kesejahteraan dapat terwujud.

Kesejahteraan Semesta

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial yang berkeadilan sosial yang tertuang dalam UUD 1945, Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi: ”Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, maka kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran merupakan prioritas utama dalam pembangunan nasional, yang akan berdampak terhadap terwujudnya kesejahteraan sosial ekonomi sebagaimana yang telah di amantkan dalam undang-undang.

Yang dimaksud kesejahteraan semesta yang menjadi tujuan dalam sistem ekonomi ukhwah (system ekonomi kekeluargaan) adalah kesejahteraan hidup manusia yang mencakup kesejahteraan dalam

Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial 89 aspek material dan aspek moral-spiritual. yang selama ini pemerintah dalam memaknai sebagai indikator kesejahteraan adalah hanya pada aspek materiil saja tanpa mempertinbangkan aspek moral-spritual. Padahal aspek materiil saja belum menjamin kesejahteraan yang hakiki. Aspek moralitas dan spritual sering terabaikan, padahal moralitas dan spiritual yang menentukan kualitas kesejahteraan hidup bagsa Indonesia.

Karena itu, dalam konsep kesejahteraan semesta, keseimbangan antara aspek materiil dengan moral merupakan sebuah keniscayaan. Keseimbngan ini adalah jalan menuju kesejateraan dan kebahagiaan yang hakiki, dan dapat mengantarkan pada hakikat kemanusiaannya yang sesuai dngan sunnatullah.

Keaimpulan

Dengan ulasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa Undang-undang Dasar 1945 Negara Ripublik Indonesia pasal 33 mengandung spirit sistem ekonomi ukhwuwah (kekeluarkan) yang mendorong terhadap terwujudnya kesejahteraan sosial.

Dengan cita-cita yang di amanatkan pada undang-undang Dasar 1945 tersebut maka pemerintah dengan kebijakannya berkewajiban untuk mewujudnkannya dengan terus meneguhkan pasal 33 tanpa menguranginya.

Secara tersirat dalam Undang-undang Dasar Negara Rupulik Indonesia 1945, Kesejahteraan yang diharapkan adalah kesejahteraan fisik- materiil dan moral-spritual.

www.mpr.go.id

90 Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL INDONESIA