B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2. Menejemen Asuhan Kebidanaan
Asuhan kebidanan yaitu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
Menejemen dengan menggunakan teori varney mencangkup 7 (tujuh) langkah yaitu: Pengumpulan data dasar, interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnose atau masalah, mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya, menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi, menyusun rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman, mengevaluasi.
Ketujuh langkah Varney tersebut adalah sebagai berikut: Langkah I: Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Ini Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan kondisi pasien.
a. Data Obyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Varney, 2007: Hal 31)
b) Umur
Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Dan hal ini sangat mempengaruhi ibu-ibu, khususnya ibu muda karena ibu bisa saja tidak mau menyusui bayinya sehingga menyebabkan bendungan ASI (Mitayani, 2011: Hal 18)
c) Agama
Agama ditanyakan untuk mengetahui perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang berhubungan dengan agama, kebiasaan dan kepercayaan dapat menunjang namum tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat. (Mufdilah, 2011)
d) Pendidikan
mengetahuin sejauh mana tingkat itelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya teutama tentang teknik menyusui yang benar dan perawatan selama nifas (Anggraeni, 2010: Hal 135)
e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. Yang berkaitan dengan kebiasaan ibu dalam kehidupan sehari-hari, contohnya cara ibu dalam memberikan ASI pada bayinya. (Anggraeni, 2010: Hal 135)
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur seberapa pedulinya ibu dengan anaknya, contohnya pada ibu bekerja yang biasanya sangat kurang dalam memperhatikan anak sehingga anak tidak menyusu dengan adekuat dan hal ini menjadikan payudara terasa penuh karena kurang menyusui bayi dan menjadikan penyebab bendungan ASI (Mitayani, 2011: Hal 4) g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah hubungan dengan pasien apabila diperlukan dalam keadaan mendesak, dan mengetahui alamat yang lebih jelas dalam melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui hasil dari perawatan yang telah diberikan (Mufdilah, 2011: hal 4)
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa berat pada payudara, payudara terasa panas, badan terasa panas sampai suhu meningkat, payudara
bengkak, payudara terasa nyeri, dan ASI tidak keluar. (Suherni, 2009: Hal 119)
3) Riwayat Kesehatan
Penyakit yang mempengaruhi dalam masalah menyusui adalah sebagai berikut:
a. Ibu yang melahirkan dengan bedah sesar
Pada ibu yang mengalami bedah sesar dengan pembiusan umum, tidak mungkin dapat segera menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pengaruh obat bius. Hal ini sangat mempengaruhi dalam pemberian ASI yang mungkin bisa menyebabkan payudara penuh karena ASI tdak di susukan pada bayi langsung (Sulistyawati, 2009: Hal 46-47) b. Ibu yang menderita AIDS
Factor menyusui sebagai resiko penderita AIDS bagi bayi atau anak tentang ibu yang mendapat transfuse setelah persalinan karena sebagai berikut. Ternyata, bayinya terinfeksi oleh HIV. Berdasarkan laporan inilah, kemudian di duga ASI dapat menjadi media penularan HIV, bahkan bahwa HIV dapat di isolasi dari ASI (Varney, 2007: Hal 164)
c. Ibu yang menderita hepatitis B
Seorang ibu dengan HbsAg+ dapat menyusui bayinya setelah bayinya di beri imunisasi hepatitis B. Memang HbsAg+ di temukan juga dalam ASI, tetapi belum pernah di laporkan adanya penularan melalui ASI (Sulistyawati, 2009: Hal 47)
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologis anaknya sehingga akan mempengaruhi proses nifas dan menyusui, yaitu Ibu bisa saja tidak peduli dengan bayi dan tidak mau menyusui (Mitayani, 2011: Hal 18)
5) Riwayat Obstetrik a) Menstruasi
Data ini tidak secara langsung berhubungan dengan masa nifas, namun dari data yang diperoleh dari pasien, akan mendapatkan gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya, seperti menarghe, siklus, volume, keluhan saat menstruasi (Anggraeni, 2010: Hal 126)
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Anggraeni, 2010)
c) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan , jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi Panjang Badan, Berat Badan, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Oxorn, 2010)
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi selanjutnya (Suherni, 2011: Hal 121) 7) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang membenci bayinya karena tidak mengharapkan bayinya lahir dan akan mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI yang adekuat dan hal ini dapat menyebabkan bendungan ASI karena ASI tidak disusukan (Mitayani, 2011: Hal 19) 8) Data Pengetahuan
Data ini dapat bidan peroleh dari beberapa pertanyaan yang bidan ajukan kepada pasien mengenai perawatan bayi dan teknik menyusui yang benar. Pengalaman atau riwayat kehamilannya dapat
pula bidan jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang perawatan bayi dan cara perawatan payudara serta teknik menyusui yang benar. Biasanya, dalam pengkajian ini pasien akan langsung mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan oleh pasien akan
bidan jadikan sebagai acuan dalam memberikan pendidikan kesehatan (Anggraeni, 2010)
9) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makanan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, pantangan makanan. Untuk mengukur sebarapa banyak nutrisi yang dikonsumsi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi (Mufdilah, 2011: Hal 169)
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil , meliputi frekuensi, warna, jumlah. (Mufdilah, 2011: Hal 170)
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan dan bisa memperlancar produksi ASI (Anggraeni, 2010)
d) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia dan daerah
payudara, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lokhea sehingga ibu harus lebih memperhatian personal hygiene. (Mufdilah, 2010: Hal 96)
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi dini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. (Mufdilah, 2011)
b. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Vital sign
a) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic, yang kembali secara sepontan ketekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. Untuk mengetahui pengaruh pada ibu saat menyusui (Varney, 2007; hal 961)
b. Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai lebih dari 38 drajat celcius adalah mengarah ketanda-tanda infeksi. Hal ini biasanya terjadi pada ibu yang mengalami bendungan Asi (Suherni, 2011: Hal 120)
c. Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan dan nyeri akut dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan adanya infeksi. (Varney, 2007; hal 961)
d. Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, asma (Varney, 2007; hal 961)
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaa fisik yang di lakukan adalah sebagai berikut:
a) Muka
Dilihat unutk melihat wajah ibu mengalami pucat dan lesu karena merasa tidak nyaman dengan keadaan ibu yang payudaranya bengkak, nyeri dan demam (Suherni, 2009: Hal120)
b) Mata
Untuk melihat adanya anemis karena berhubungan dengan pengenceran darah dalam tubuh (Mitayani, 2011: Hal: 18) c) Leher
Untuk mengkaji adanya infeksi, jika ada panas sebagai diagnosa banding dari suhu tubuh yang meningkat (Anggraeni, 2010: Hal 124)
d) Pemeriksaan Payudara
(1) Inspeksi : simetris, payudara terlihat merah, mengkilat, terliha benjoan.
(2) Palpasi : terdapat benjolan, ibu terasa nyeri ketika payudaranya ditekan (Prawirohardjo, 2007: Hal 120-121)
e) Keadaan abdomen Uterus
(a) Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada diatas ketinggian fundus saat masa nifas.
(b) Abnormal: lembek, diatas ketinggian fundus saat masa postpartum segera (Prawirohardjo, 2007 Hal 127-131) f) Keadaan genetalia
(1) Lokhea
Lokhea adalah sekret yang keluar dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium.
(a) Lokhea rubra berwarna merah karena mengandung darah. Ini adalah lokhea pertama yang mulai keluar
segera setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua atau tiga hari postpartum.
(b) Lokhea serosa
Lokhea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokhea rubra. Lokhea ini berhenti sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau putih.
(c) Lokhea alba
Lokhea alba mulai terjadi sekitar pada hari kesepuluh postpartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu (Varney, 2007: Hal 960)
(2) TFU : 2 jari bawah pusat (3) Keadaan perineum
Pada perineum tidak terdapat oedem, pada perineum terdapat luka jahitan, jahitan masih basah, tidak ada laerasi pada jalan lahir, perineum tidak memar (Varney, 2010: Hal 450)
(4) Keadaan anus:
Normal : anus tidak hemoroid.
Abnormal : hemoroid (Suherni, 2009: Hal 120) g) Keadaan Ekstremitas:
Tidak ada edema, tidak ada Varises, tidak ada nyeri pada betis (Varney, 2010: Hal 451)
Langkah II: Interpretasi Data
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikompulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik. a. Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas.
Ny…., Umur … tahun, P…A… dengan Bendungan ASI Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny…. b. Ibu mengatakan berusia…
c. Ibu mengatakan melahirkan anak yang ke… d. Ibu mengatakan merasa payudaranya bengkak
e. Ibu mengatakan bayi tidak mau menyusu (Prihardjo, 2007) 2) Data Obyektif
Meliputi vital sign, keadaan payudara, keadaan abdomen, keadaan genetalia (Suherni, 2009: Hal 121)
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Data yang didapat dari anamnesa pasien 2) Data Obyektif
Langkah III: Diagnosa Potensial 1. Mastitis
2. Abses payudara (Suherni, 2011: Hal 121)
Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera dan kolaborasi.
1. Mastitis
Antisipasi yang di lakukan pada ibu yang menderita mastitis adalah sebagai berikut:
a. BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
b. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum perawatan payudara.
c. Kompres hangat pada area yang terkena
d. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu. e. Peningkatan asupan cairan
f. Menganjurkan ibu untuk Istirahat yang cukup
g. Membantu ibu menentukan priotitas untuk mengurangi stres dan keletihan dalam kehidupannya (Varney, 2007: Hal 1007)
2. Abses payudara
Antisipasi yang di lakukan pada ibu yang menderita mastitis adalah sebagai berikut:
a. Sering menyusui dan mengosongkan payudara b. Pemakaian bra yang dapat menyokong payudara c. Mencuci tangan dan perawatan payudara
d. Kompres hangat dan pijit e. Tingkatkan asupan cairan
f. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup g. Kurangi kelelahan dan stress
h. Beri antibiotic (Varney, 2010: Hal 271) Langkah V: Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial, ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah:
a. Kebersihan diri
Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah payudara b. Perawatan payudara
1) Jaga kebersihan payudara
2) Beri ASI eksklusif sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan lain. (Mufdilah, 2011: Hal172)
c. Konseling menyusui yang benar
1) Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
a) Mengeluarkn sedikit ASI dari puting susu, kemudian di oleskan pada puting susu dan areola
b) Memposisikan ibu dalam posisi yang rileks dan nyaman
c) Menjelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayi yang benar
Empat hal pokok yaitu:
(1) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus
(2) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya ke arah puting
(3) Ibu harus memegang bayinya berdekatan pada ibu
(4) Untuk BBL ibu harus menopang badan bayi bagian belakang, di samping kepala dan bahu
d) Memegang payudara dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari yang lain menopang bagian bawah payudara, serta gunakan ibu jari untuk membentuk puting susu demkian rupa sehingga mudah memasukannya ke mulut bayi.
e) Memberikan rangsangan pada ibu agar membuka mulut dengan cara menyentuh bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi mulut bayi.
f) Menunggu sampai bibir bayi terbuka cukup lebar g) Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar
Menggerakan segera bayi kepayudara dan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang di gerakan ke mulut bayi.
h) Mengarahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu sehingga dagu bayi menyentuh payudara ibu.
i) Memperhatikan bayi selama menyusui (Suherni, 2009: hal 48) Langkah VI: Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
1. Kebersihan diri
2. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah payudara 3. Perawatan payudara
a. Menjaga kebersihan payudara
b. Memberi ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan (Anggraini, 2010: Hal 140-144)
4. Konseling menyusui yang benar
a. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
1) Mengeluarkn sedikit ASI dari puting susu, kemudian di oleskan pada puting susu dan areola
2) Memposisikan ibu dalam posisi yang rileks dan nyaman
3) Menjelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayi yang benar
Empat hal pokok yaitu:
(a) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus
(b) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya ke arah puting
(c) Ibu harus memegang bayinya berdekatan pada ibu
(d) Untuk BBL ibu harus menopang badan bayi bagian belakang, di samping kepala dan bahu
4) Memegang payudara dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari yang lain menopang bagian bawah payudara, serta gunakan ibu jari untuk membentuk puting susu demkian rupa sehingga mudah memasukannya ke mulut bayi.
5) Memberikan rangsangan pada ibu agar membuka mulut dengan cara menyentuh bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi mulut bayi.
6) Menunggu sampai bibir bayi terbuka cukup lebar 7) Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar
Menggerakan segera bayi kepayudara dan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang di gerakan ke mulut bayi.
8) Mengarahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu sehingga dagu bayi menyentuh payudara ibu.
9) Memperhatikan bayi selama menyusui ( Suherni, 2009: hal 48) Langkah VII: Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. Langkah ini untuk mengukur apakah ibu sudah mengerti tentang perawatan payudara dan cara menyusui yang benar agar tidak terjadi bendungan ASI (Varney, 2007: Hal 197)