Selain agunan kredit, Bank menerapkan kebijakan untuk memitigasi risiko kredit dengan melakukan penutupan asuransi bagi setiap debitur konsumer baik
asuransi kredit, asuransi jiwa, asuransi PHK maupun asuransi kerugian.
30 September 2012 31 Desember 2011
Garansi yang diterbitkan 152.206 279.932
Konsentrasi risiko aset keuangan dengan eksposur risiko kredit a. Sektor Geografis
30 September 2012
DKI Jakarta Luar Dki Jakarta Jumlah
Giro pada Bank Indonesia 1.526.410 0 1.526.410
Giro pada bank lain 126.079 25 126.104
Penempatan pada BI dan Bank lain 1.786.936 2.501 1.789.437
Surat berharga 1.568.934 0 1.568.934
Kredit 13.199.964 2.325.015 15.524.979
Aset lain lain 211.868 10.957 222.825
18.420.191 2.338.498 20.758.689
Garansi yang diterbitkan 123.739 28.467 152.206
31 Desember 2011
DKI Jakarta Luar Dki Jakarta Jumlah
Giro pada Bank Indonesia 1.318.787 0 1.318.787
Giro pada bank lain 276.873 25 276.898
Penempatan pada BI dan Bank lain
2.051.448 0 2.051.448
Surat berharga 1.695.402 0 1.695.402
Kredit 11.816.259 1.583.186 13.399.445
Aset lain lain 182.523 10.060 192.583
17.341.292 1.593.271 18.934.563
eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
Garansi yang diterbitkan 251.231 28.701 279.932
Eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
Tabel diatas menggambarkan eksposur maksimum atas risiko kredit bagi Bank pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011, tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya. Untuk aset keuangan, eksposur di atas ditentukan berdasarkan nilai tercatat bruto seperti yang diungkapkan pada laporan posisi keuangan. Seperti yang telah dijelaskan diatas pada tanggal 30 September 2012, 74,80 % (2011:70,77%) dari ekposur maksimum berasal dari pinjaman yang diberikan.
Manajemen yakin akan kemampuan Bank untuk mengendalikan dan memelihara minimal eksposur risiko kredit yang berasal dari pinjaman yang diberikan berdasarkan hal hal sebagai berikut:
- Bank telah memiliki pedoman tertulis dan prosedur manual mengenai kebijakan dan proses kredit yang mencakup seluruh aspek pemberian kredit yang dilakukan.Setiap pemberian kredit harus senantiasa mengacu pada kebijkan tersebut.
- Bank melakukan pemantauan secara rutin dan disiplin untuk mengetahui kondisi terkini dari debitur. - Seluruh kredit komersil diwajibkan memberikan agunan.
Tabel berikut menggambarkan rincian eksposur maksimum kredit Bank pada nilai tercatat (tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya), yang dikategorikan berdasarkan area geografis pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011. Untuk tabel ini, Bank telah mengalokasikan eksposur area berdasarkan wilayah geografis tempat Bank beroperasi.
eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
b. Sektor Industri
30 September 2012
Pemerintah Bank LKBB Jumlah
Giro Bank Indonesia 1.526.410 0 0 0 0 0 1.526.410
Giro pada bank lain 0 126.104 0 0 0 0 126.104
1.610.826 178.580 0 0 0 0 1.789.406 Surat berharga 1.523.931 0 0 0 0 45.003 1.568.934 Kredit 0 0 1.056.234 2.543.830 5.205.210 6.719.705 15.524.979 15.509 0 5.724 8.664 31.990 34.973 96.860 Tagihan akseptasi 0 0 0 124.747 1.218 0 125.965 Tagihan derivatif 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 4.676.676 304.684 1.061.958 2.677.241 5.238.418 6.799.681 20.758.658
Eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
Garansi yang diterbitkan 53.083 99 61 4.304 1.589 45.118 104.254
31 Desember 2011
Pemerintah Bank LKBB Jumlah
Giro Bank Indonesia 1.318.787 0 0 0 0 0 1.318.787
Giro pada bank lain 0 276.897 0 0 0 0 276.897
2.029.746 21.702 0 0 0 0 2.051.448 Surat berharga 1.650.402 0 0 0 0 45.000 1.695.402 Kredit 12.287 0 22 2.136.315 2.978.096 8.272.725 13.399.445 0 123 19.010 34.460 44.589 0 98.182 Tagihan akseptasi 0 0 85.716 485 6.232 92.433 Tagihan derivatif 0 1.968 0 0 0 0 1.968 Jumlah 5.011.222 300.690 19.032 2.256.491 3.023.170 8.323.957 18.934.562
Garansi yang diterbitkan 56.654 0 0 0 206.069 17.209 279.932
30 September 2012
Kredit: Tidak mengalami penurunan nilai Mengalami penurunan nilai Jumlah
Rupiah 12.564.633 378.699 12.943.332
Mata Uang Asing 2.501.246 80.401 2.581.647
Jumlah 15.065.879 459.100 15.524.979
(13.601) (253.249) (266.850)
15.052.278 205.851 15.258.129
Tabel berikut menggambarkan rincian eksposure maksimum kredit Bank pada nilai tercatat (tanpa memperhitungkan agunan atau pendukung kredit lainnya) yang dikategorikan berdasarkan sektor industri pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 :
Industri pengolahan Jasa dunia usaha Perusahaan lainnya
Penempatan pada BI dan bank lain
Pendapatan bunga yang masih harus diterima Industri pengolahan Jasa dunia usaha Perusahaan lainnya
Penempatan pada BI dan bank lain
Pendapatan bunga yang masih harus diterima
eksposur risiko kredit terhadap Rekening administratif :
Dikurangi:cadangan kerugian penurunan nilai
31 Desember 2011
Kredit Tidak mengalami penurunan nilai Mengalami penurunan nilai Jumlah
Rupiah 10.875.488 140.407 11.015.895
Mata Uang Asing 2.281.756 101.794 2.383.550
Jumlah 13.157.244 242.201 13.399.445
(225.689) (62.437) (288.126)
12.931.555 179.764 13.111.319
c. Risiko Pasar
d. Risiko Tingkat Suku Bunga
Tabel dibawah ini merangkum tingkat suku bunga rata rata per tahun untuk Rupiah dan mata uang asing :
30 September 2012 31 Desember 2011
Rupiah (%) Mata uang asing % Rupiah (%)
ASET
Giro pada bank lain 0,10 0,05 0,10 0,05
Penempatan pada BI dan Bank lain :
Penempatan pada Bank Indonesia 4,23 0,00 4,50 0,00
Penempatan pada bank lain 11,10 0,00 11,10 0,00
Pinjaman diberikan 12,00 0,00 12,00 0,00
Surat berharga
Sertifikat Bank Indonesia 4,58 0,00 5,13 0,00
Obligasi Pemerintah Indonesia 7,31 0,00 0,00 0,00
Obligasi Korporasi 10,68 0,00 10,68 0,00
Kredit 15,74 6,65 15,01 6,04
LIABILITAS
Simpanan dari nasabah:
Giro 2,50 0,58 0,41 0,53
Tabungan 1,57 0,00 1,57 0,00
Deposito berjangka 5,92 1,89 7,50 2,01
Simpanan dari bank lain:
Giro 1,00 0,00 1,00 0,00 Deposito berjangka 4,00 0,00 6,38 0,00 Deposito on call 4,10 0,00 5,33 0,00 Pinjaman diterima Subordinasi 3,25 0,00 3,25 0,00 Lainnya 6,00 0,00 6,00 0,00 Dikurangi:cadangan kerugian penurunan nilai
Risiko pasar adalah risiko pada pelaporan posisi keuangan dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga opsi.Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar. Risiko suku bunga adalah risiko akibat perubahan harga instrumen keuangan dari posisi trading book atau akibat perubahan nilai ekonomis dari posisi banking book, yang disebabkan oleh perubahan suku bunga. Risiko nilai tukar adalah risiko akibat perubahan nilai posisi trading book dan banking book yang disebabkan oleh perubahan niali tukar valuta asing.
Bank melakukan pengawasan tergadap dampak pergerakan tingkat suku bunga untuk mengurangi dampak negatif terhadap Bank, baik dampak terhadap laba maupun likuiditas, dari pergerakan tingkat suku bunga yang merugikan. Untuk mengukur risiko pasar karena pergerakan suku bunga, Bank melakukan analisa pada pergerakan marjin suku bunga dan juga melakukan analisa pada profil jatuh tempo seluruh aset dan liabilitas berdasarkan pada jadwal perubahan suku bunga (repricing schedule)
Risiko tingkat suku bunga timbul dari berbagai layanan perbankan bagi nasabah.
Sebagain besar deposito nasabah dan pinjaman yang ddiberikan dengan tingkat suku bunga mengambang, berkaitan langsung dengan tingkat suku bunga pasar atau tingkat suku bunga yang diumumkan, yang disesuaikan secara periodik guna mencerminkan pergerakan pasar
Mata uang asing %
30 September 2012
1 s/d 6 bulan 6 s/d 12 bulan 1 s/d 2 tahun 2 s/d 5 tahun Jumlah
Aset
Giro pada Bank Indonesia 1.526.410 0 0 0 0 0 1.526.410
Giro pada bank lain 0 126.104 0 0 0 0 126.104
0 1.760.858 2.501 0 3.600 22.478 1.789.437 Surat berharga 3 0 970.796 0 45.000 553.135 1.568.934 Kredit 0 668.300 329.717 5.321.892 3.375.846 5.829.224 15.524.979 96.860 0 0 0 0 0 96.860 Jumlah 1.623.273 2.555.262 1.303.014 5.321.892 3.424.446 6.404.837 20.632.724 Liabilitas
Simpanan dari nasabah 0 17.531.604 320.947 0 0 0 17.852.551
Simpanan dari bank lain 0 64.920 0 0 0 0 64.920
Pinjaman yang diterima 0 1.102 1.102 2.206 0 0 4.410
Bunga masih harus dibayar 46.114 0 0 0 0 0 46.114
Pinjaman subordinasi 0 0 101.955 101.955 305.866 305.866 815.642
Jumlah 46.114 17.597.626 424.004 104.161 305.866 305.866 18.783.637
Gap repricing suku bunga 1.577.159 (15.042.364) 879.010 5.217.731 3.118.580 6.098.971 1.849.087
31 Desember 2011
1 s/d 6 bulan 6 s/d 12 bulan 1 s/d 2 tahun 2 s/d 5 tahun Jumlah
Aset
Giro Bank Indonesia 1.318.787 0 0 0 0 0 1.318.787
Giro pada bank lain 0 276.898 0 0 0 0 276.898
0 2.029.747 0 0 0 21.701 2.051.448
Surat berharga 3 199.697 1.450.702 0 45.000 0 1.695.402
Kredit 0 3.255.953 3.158.731 712.608 4.005.063 2.267.090 13.399.445
98.182 0 0 0 0 0 98.182
Jumlah 1.416.972 5.762.295 4.609.433 712.608 4.050.063 2.288.791 18.840.162
Tabel dibawah ini menyajikan aset dan liabilitas keuangan berbunga pada nilai tercatat pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 yang dikategorikan menurut mana yang terlebih dahulu antara tanggal perubahan bunga secara kontraktual atau tanggal jatuh tempo :
Tidak dikenakan
bunga
lebih dari 5 tahun
Penempatan pada BI dan bank lain
Pendapatan bunga masih harus diterima Tidak dikenakan bunga lebih dari 5 tahun
Penempatan pada BI dan bank lain
Pendapatan bunga masih harus diterima
31 Desember 2011
1 s/d 6 bulan 6 s/d 12 bulan 1 s/d 2 tahun 2 s/d 5 tahun Jumlah
Liabilitas
Simpanan dari nasabah 0 16.002.681 293.957 0 0 0 16.296.638
Simpanan dari bank lain 0 120.262 0 0 0 0 120.262
Pinjaman yang diterima 0 0 2.205 2.205 2.204 6.614
Bunga masih harus dibayar 49.104 0 0 0 0 0 49.104
Pinjaman subordinasi 0 0 101.955 101.955 305.866 305.866 815.642
Jumlah 49.104 16.122.943 398.117 104.160 308.070 305.866 17.288.260
Gap repricing suku bunga 1.367.868 (10.360.648) 4.211.316 608.448 3.741.993 1.982.925 1.551.902
e. Risiko Mata Uang
30 September 2012
Dolar Amerika Euro Dolar Singapura Lain lain Jumlah
Aset
Kas 14.080 490 3.284 778 1.026 19.658
Giro pada Bank Indonesia 248.820 0 0 0 0 248.820
Giro pada bank lain 109.390 691 2.852 1.263 1.140 115.336
Kredit 2.539.819 0 41.828 0 0 2.581.647
Aset lain lain 41.043 0 9 0 0 41.052
Jumlah 2.953.152 1.181 47.973 2.041 2.166 3.006.513
Liabilitas
Simpanan dari nasabah 2.363.509 0 42.774 0 0 2.406.283
Simpanan dari bank lain 0 0 0 0 0 0
590.980 0 108 0 1.476 592.564
Jumlah 2.954.489 0 42.882 0 1.476 2.998.847
laporan posisi keuangan bersih (1.337) 1.181 5.091 2.041 690 7.666
Rekening Administratif 0 0 0 0 1.233 1.233
31 Desember 2011
Dolar Amerika Euro Dolar Singapura Lain lain Jumlah
Aset
Kas 17.518 1.450 1.263 1.190 288 21.709
Giro pada Bank Indonesia 210.366 0 0 0 0 210.366
Giro pada bank lain 262.838 1.028 2.121 1.191 632 267.810
Kredit 2.381.804 0 1.745 0 0 2.383.549
Aset lain lain 423 0 0 0 0 423
Jumlah 2.872.949 2.478 5.129 2.381 920 2.883.857
Liabilitas
Simpanan dari nasabah 2.079.018 0 10.586 0 0 2.089.604
467.496 0 14 0 0 467.510
Jumlah 2.546.514 0 10.600 0 0 2.557.114
laporan posisi keuangan bersih
326.435 2.478 (5.471) 2.381 920 326.743 Rekening Administratif 22.477 2.478 5.471 2.381 920 33.732 Tidak dikenakan bunga lebih dari 5 tahun
Risiko ini umumnya terjadi dari transaksi dan produk valuta asing. Risiko kurs mata uang dimonitor dan dilaporkan setiap hari oleh Bank untuk memastikan bahwa dampak pergerakan nilai tukar mata uang asing yang merugikan dapat dikendalikan.
Tabel dibawah ini mengihtisarkan eksposur atau risiko nilai tukar mata uang asing pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011. Termasuk didalamnya adalah instrumen keuangan pada nilai tercatat, dikategorikan berdasarkan jenis mata uang:
Dolar Australia
Beban masih harus dibayar dan liabilitas lain
Dolar Australia
Beban masih harus dibayar dan liabilitas lain
f. Risiko Likuiditas
g. Risiko Operasional
h. Risiko Reputasi
i. Risiko Hukum
Risiko likuiditas merupakan risiko yang timbul akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Ruang lingkup risiko likuiditas meliputi portfolio on balance sheet dan off balance sheet. Pemantauan risiko likuiditas dilakukan melalui rapat Assets and Liabilities Commitee (ALCO) , pemantauan likuiditas harian dan pengukuran profil risiko secara regular dengan menggunakan indikator likuiditas.
Kebijakan likuiditas Bank didasarkan untuk memastikan bahwa setiap kebutuhan dana di saat ini, maupun dimasa datang baik untuk kondisi normal maupun kondisi stres dapat dipenuhi. Dalam melaksanakan pengendalian risiko likuiditas dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu: liquidity gap analysis, liquidity stress test analysis dan liquidity ratio analysis. Dimana untuk mengendalikan risiko likuiditas tersebut ditetapkan beberapa batasan dan parameter. Disamping itu dalam mengendalikan risiko likuiditas juga dilakukan pemantauan atas indikator internal dan eksternal. Untuk menghadapi kondisi stres juga ditetapkan contigency funding plan untuk penangan kondisi tersebut. Jumlah aset lancar yang memadai dipertahankan untuk menjamin kebutuhan likuiditas yang terkendali setiap waktu. Hal ini semua sejalan dengan peraturan baru BI tentang manajemen risiko likuiditas yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.11/16/DPNP/2009
Pengelolaan likuiditas Bank ditekankan pada penyesuaian arus dana masuk dan keluar. Kesenjangan arus dana diantisipasi dengan memelihara aset likuid tingkat pertama yang berupa pemeliharaan cadangan wajib serta efek efek jangka pendek yang sangat likuid. Aset likuid tingkat dua dipelihara melalui penempatan dana jangka pendek dibank lain serta efek efek dalam kelompok tersedia untuk dijual. Selain itu, Bank senantiasa memelihara kemampuannya untuk melakukan akses ke pasar uang, dengan memelihara hubungan dengan bank bank koresponden
Bank memonitor jangka waktu jatuh tempo komitmen kredit oleh karena komitmen dengan jangka waktu yang lebih lama pada umumnya memiliki risiko kredit yang lebih besar dibandingkan dengan komitmen yang memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pelaporan jatuh tempo aset dan liabilitas keuangan pada tanggal 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 telah diungkapkan di catatan sebelumnya (catatan 38).
Risiko operasional adalah risiko kerugian langsung ataupun tidak langsung yang terjadi karena tidak memadainya atau karena adanya kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya masalah eksternal yang dapat mempengaruhi operasional Bank.
Proses pengkajian risiko dilakukan untuk menilai kecukupan pengendalian internal serta proses identifikasi dan penelaahan risiko untuk setiap proses dan produk dimasing masing unit kerja untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan batasan batasan yang dibuat oleh manajemn Bank
Pengelolaan risiko operasional juga dilakukan dengan memperkuat aspek keamanan dan keandalan operasi tehnologi informasi sehingga kesalahan manusia, fraud, kesalahan proses dan potensi kegagalan sistem yang menyebabkan terganggunya kelangsungan bisns dapat ditekan dan diantisipasi lebih dini.
Bank mengerahkan upaya terbaik untuk mengelola risiko operasional dengan memastikan akan pentingnya pengelolaan risiko ini ditanamkan pada seluruh jajaran organisasi Bank. Bank berkomitmen penuh untuk meningkatkan kemampuan pengolahan risiko operasional melalui penggunaan berbagai proses pengendalian.
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stockholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Risiko ini melekat dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Bank. Kegagalan Bank dalam menjaga reputasinya dimata masyarakat dapat menimbulkan pandangan maupun persepsi negatif masyarakat terhadap Bank, maka dalam waktu singkat dapat terjadi penurunan atau hilangnya kepercayaan nasabah terhadap Bank yang pada akhirnya akan memberikan dampak negatif terhadap pendapatan dan volume aktivitas Bank.
Divisi product & development service Bank setiap hari melalukan monitoring pemberitaan media untuk memantau publikasi negatif atau keluhan nasabah yang muncul di media. Sedangkan monitoring atas keluhan nasabah yang disampaikan langsung ke Bank dilakukan untuk kemudian ditindaklanjuti penyelesaiannya. Untuk pemberitaan negatif dan keluhan nasabah yang muncul dimedia selanjutnya dibuatkan klarifikasi dan tanggapan sesuai dengan langkah yang ditempuh bank. Upaya mitigasi risiko reputasi juga dilakukan saat Bank meluncurkan produk/layanan/program baru dengan menganalisa risiko reputasi yang mungkin timbul dan bagaimana mengantisipasi risiko tersebut. Demikian pula, untuk informasi yang material atau yang penting untuk diketahui oleh nasabah, Divisi product dan Development service bank juga menyiapkan panduan untuk para frontliner dan spokespersons agar mereka bisa menjelaskan informasi tersebut secara benar dan proporsional kepada nasabah.
Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis tersebut antara lain disebabkan adanya ketiadaan peraturan perundang undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan dokumen yang tidak sempurna.
Sebagai sebuah perusahaan yang berdiri dalam yuridis hukum Indonesia, bank harus selalu tunduk terhadap segala peraturan hukum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku regulator industri perbankan di Indonesia. Selain itu, Bank juga harus mengikuti segala bentuk peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia baik yang terakit secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha Bank. Kegagalan Bank dalam mengikuti peraturan hukum yang berlaku dapat mengakibatkan pada timbulnya tuntutan hukum yang akan ditujukan kepada Bank. Apabila tuntutan tuntutan hukum yang diajukan kepada Bank memiliki nilai yang material, maka hal tersebut dapat memberikan dampak secara langsung terhadap kinerja keuangan Bank
Untuk memitigasi risiko hukum yang mungkin timbul akibat tuntutan hukum atau kelemahan aspek yuridis, Bank memiliki biro hukum yang berfungsi antara lain membuat kebijakan hukum yang terkait dengan produk atau fasilitas perbankan yang ditawarkan oleh Bank kepada masyarakat. dimana kebijakan hukum dan standar hukum dimaksud dibuat dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta memperhatikan kepentingan aspek yuridis dari Bank serta menangani setiap permasalahn hukum yang terkait dengan litigasi agar risiko hukum yang mungkin timbul dapat diminimalisir seminimal mungkin.
j. Risiko Kepatuhan
Mitigasi risiko kepatuhan juga dilakukan oleh Divisi Kepatuhan melalui langkah langkah antar lain : 1) 2) 3) 4) 5) k. Risiko Stratejik
Adapun metode untuk memitigasi risiko stratejik yang telah dilakukan oleh Bank selama ini adalah sebagai berikut : 1)
2)
3) Memantau dan mengevaluasi implementasi strategi bisnis secara berkala untuk memastikan agar target yang ditentukan dapat tercapai; 4)
5) Menetapkan target target keuangan (termasuk rasio keuangan) dan memantau pencapaiannya secara periodik.
a)
b) Kebijakan kebijakan yang telah diterapkan Bank untuk mengatasi risiko risiko yang timbul, antara lain sebagai berikut:
1) Penerapan dan penyempurnaan Manajemen Risiko secara bertahap dan berkesinambungan diharapkan mampu memantau dan mengendalikan eksposur risiko Bank
2) Monitoring secara ketat perkembangan kredit dan usaha untuk memperbaiki kualitas kredit termasuk recovery kredit bermasalah serta potensial masalah.
Risiko kepatuhan merupakan risiko akibat Bank tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam menjalankan kegiatan uasaha pada industri perbankan, bank diwajibkan untuk selalu tunduk terhadap peraturan perbankan yang diterbitkan baik oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia. Selain itu, Bank juga wajib tunduk kepada beberapa ketentuan lainnya seperti : peraturan yang mengatur Penjaminan Simpanan, Perseroan Terbatas, Perpajakan dan peraturan dibidang pasar modal (BAPEPAM-LK dan Bursa efek)
Pada umumnya risiko kepatuhan melekat pada sebuah perseroan terbatas yang terkait erat pada peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku, yang mengatur kewajiban Bank sebagai sebuah lembaga perbankan, seperti : risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban Pembayaran Modal Minimum; Kualitas Aktiva Produktif; Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN): Batas maksimum pemberikan kredit (BMPK); penerapan tata kelola yang baik (GCG); risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) serta risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana Bisnis Bank (RBB) dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu. Ketidakmampuan Bank untuk mengikuti dan mematuhi seluruh peraturan perundangan yang terkait dengan kegiatan usaha Bank dapat berdampak buruk terhadap kelangsungan usaha Bank.
Menyusun rencana kepatuhan dalam rangka mewujudkan terlaksannya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank serta mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi maupun yang diperkirakan akan dihadapi kedepan dalam menentukan efektifitas standar kepatuhan;
Melakukan analisa kepatuhan untuk memberikan saran, masukan serta rekomendasi untuk Bank termasuk riview terhadap produk dan aktivitas baru yang akan diterbitkan untuk memastikan bahwa kebijakan internal yang dikeluarkan oleh manajemen serta produk/aktivitas baru tersebut telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini, pelaksanaanya Direktur Kepatuhan dibantu oleh Satuan Kerja Kepatuhan.
Melakukan pemantauan (monitoring) dan memastikan epatuhan terhadap perjanjian dan komitmen yang dibuat dengan Bank Indonesia maupun otoritas berwenang, serta bertanggung jawab untuk mengirimkan semua laporan kemajuan dan tindakan perbaikan kepada Bank Indonesia maupun otoritas pengawas lainnya yang berwenang, sekaligus bertindak sebagai contact person untuk permasalahn kepatuhan Bank bagi pihak internal maupun eksternal
Melakukan sosialisai dan pelatihan dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan awareness karyawan terhadap peraturan perundangan yang berlaku, dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan baik secara langsung maupun melalui media e learning dan;
Menerapkan prinsip Know Your Customer (KYC) dan pencegahan tindak pidana pencucian uang (anti-money laundring) yang diatur dalam PBI no.11/28/PBI/2009 tentang penerapan program anti pencucian uang (APU) dan pencegahan pendanaan terorisme (PPT) bagi Bank Umum yang merupakan revisi terhadap PBI No.3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi sebuah institusi keuangan terdepan di Indonesia, Bank membutuhkan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Ketidakmampuan Bank dalam melakukan penyusunan strategi yang tepat dapat menimbulkan kegagalan bisnis Bank di masa yang akan datang.
Risiko ini juga mencakup kemampuan Bank dalam mengembangkan daya saing dan menciptakan keunggulan kompetitif bank ditengah kompetisi perbankan yang semakin ketat. Ketidakmampuan Bank dalam menghadapi tantangan bisnis yang terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu akan mengakibatkan kegagalan bagi Bank untuk mencapai visi yang selama ini telah ditetapkan. Dalam jangka panjang, apabila risiko ini terus dihadapi oleh Bank, maka hal ini akan berdampak terhadap kelangsungan bisnis Bank.
Menetapkan rencana strategis bisnis bank dengan melakukan analisa pasar dan mempertimbangkan kapabilitas serta keunggulan kompetitif yang dimiliki Bank;
Menyusun langkah langkah dan inisiatif penting untuk mengimplementasikan rencana trategis yang ditetapkan, misalnya; menciptakan produk produk yang inovatif dan program yang atraktif sebagai nilai tambah bagi nasabah;
Secara berkelanjutan memantau perkembangan produk dan aktivitas bank pesaing (peers) untuk memelihara keberlangsungan keunggulan Bank dipasar
Untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia No. 7/25/PBI/2005 tanggal 3 Agustus 2005 dan perubahannya No.11/19/PBI/2009 tanggal 4 Juni 2009, tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, Bank telah merencanakan untuk mengikuti ujian sertifikasi tersebut secara bertahap.
Sampai dengan 30 Juni 2012 jumlah Komisaris dan Direksi Bank yang telah mengikuti ujian Sertifkasi Manajemen Risiko adalah sebanyak 9 orang dengan rincian Komisaris sebanyak 4 orang dan Direktur sebanyak 5 orang, yang diselenggarakan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR)
5)
6) Melakukan "stress testing" terhadap risiko perbankan secara periodik untuk mengukur kemampuan kelangsungan hidup Bank jika terjadi kondisi yang merugikan Bank.
7)
8)
9) Pemantauan secara periodik yang lebih ketat terhadap kinerja dengan budget yang telah ditetapkan dalam business plan. 10)
11) Pelatihan Internal Manajemen Risiko dalam rangka persiapan "Sertifikasi Manajemen Risiko" dengan instruktur internal dan eksternal 12)
46 ADOPSI PERTAMA KALI PSAK 50 (REVISI 2006) DAN PSAK 55 (REVISI 2006)
Penyesuaian transisi dibawah ini berasal dari penilaian ulang atas kerugian penurunan nilai aset keuangan dan penyesuaian nilai wajar sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006)
Pengaruh penyesuaian transisi PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) untuk laporan posisi keuangan awal Bank per 1 Januari 2010 adalah sebagai berikut :
Laporan posisi keuangan Sebelum disesuaikan Setelah disesuaikan
Aset:
Giro pada bank lain-bersih 314.412 3.137 317.549
559.877 3.030 562.908
Surat surat berharga 1.636.035 1.363.035
Tagihan derivatif-bersih 4 4
Tagihan akseptasi 83.971 678 84.649
136 1 137
Ekuitas :
Saldo laba 63.599 6.848 70.447
Pelaksanaan uji coba contigency funding plan secara berkala untuk menentukan jumlah dana yang dapat diperoleh dari regular counterparty atau dari pasar dengan skenario tanpa jaminan dan tanpa fasilitas overnight
Persiapan pengembangan tool/aplikasi manajemen Risiko, seperti; aplikasi Manajemen Risiko Pasar, Loss Event, Potential Loss, manajemen Risiko likuiditas dan profil risiko yang diharapkan dapat menggambarkan potensi kerugian yang mungkin dialami Bank sehingga dapat mencegah dan atau meminimalkan terjadinya peristiwa yang dapat merugian Bank.
Peningkatan sistem pengendalian intern khususnya aspek front end control maupun back end control pada Satuan Kerja Operasional (Risk Taking Unit) dan Unit Kerja Kontrol diharapakn dapat menghindari potensi risiko yang tidak dikehendaki.
Sosialisasi dan pelatihan mengenai Manajemen Risiko secara bertahap dan berkesinambungan keseluruh Satuan Kerja Operasional (Risk Taking Unit) yang diharapkan mampu memberikan output bagi tercapainya efektivitas penerapan Manajemen Risiko.
Peningkatan pengetahuan, kemampuan dan wawasan tentang manajemen risiko pejabat Bank yang banyak terkait dengan pengelolaan risiko khususnya SKMR dengan melakukan in house dan ex house training yang diselenggarakan oleh pihak luar.
Hasil penilaian profil risiko Bank yang disampaikan kepada Bank Indonesia menunjukkan bahwa risiko keseluruhan bisnis Bank yang pada tanggal 30 September 2012 (disampaikan ke Bank Indonesia pada tanggal 23 April 2012) adalah "Low to Moderate Risk" dengan eksposure risiko inheren "Low to Moderate Risk" dan kualitas penerapan manajemen risiko "Satisfactory"dan 31 Desember 2011 (disampaikan ke Bank Indonesia tanggal 24 Januari 2012) adalah "Low to Moderate Risk" dengan eksposure risiko inheren"Low to Moderate Risk" dan kualitas penerapan manajemen risiko "Satisfactory"
Sebagaimana tercantum dalam Catatan 2 ad, laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berkakhir pada tanggal 31 Desember 2010 adalah laporan keuangan tahunan pertama yang disajikan sesuai dengan PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006).
Dalam mengadopsi standar standar barus diatas, Bank telah mengidentifikasi penyesuaian transisi sesuai dengan Buletin Teknis No 4 tentang ketentuan transisi untuk penerapan pertama