• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERENCANAAN PROGRAM MASJID MUHAMMAD CHENG HOO

A. Perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam

3. Menetapkan tujuan citra dan sikap publik pokok

58

memerlukan pengarahan ulang atas berbagai sumber daya hubungan

masyarakat. Saat departemen hubungan masyarakat

mengimplementasikan tindakan ini dan mengukur hasilnya, mereka

dapat kembali ke langkah-langkah awal dan kembali membaca dimana

posisi organisasi dalam benak publik tertentu dan perbaikan apa dalam

sikap publik yang diupayakan. Proses hubungan masyarakat bersiklus

secara kontinyu.

Berikut ini adalah bagan ringkasan proses perencanaan program

hubungan masyarakat52

Gambar 1.

Penelitian ini menggunakan teori perencanaan program public relations

menurut Kotler dan Andrearsen, karena subyek yang diteliti di sini

merupakan organisasi nirlaba, yakni masjid sebagai lembaga dakwah.

52 Philip Kotler dan Alan Adrearsen, Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba, 728.

1. Identifikasi Publik Organisasi Yang Relevan

2. Pengukuran citra dan sikap publik terhadap organisasi

3. Menetapkan tujuan citra dan sikap publik pokok

4. Membuat strategi humas yang efektif biaya

5. Membuat strategi humas yang efektif biaya

59

Sehingga lebih relevan dengan perencanaan program untuk organisasi

nirlaba. Teori ini akan digunakan penulis sebagai pisau analisa terhadap

realitas perencanaan program public relations yang dilakukan oleh

60 BAB III

PROFIL MASJID MUHAMMAD CHENG HOO SURABAYA

A. Sejarah Singkat Pembangunan Masjid Cheng Hoo

Atas gagasan dari HMY. Bambang Sujanto dan teman-teman PITI,

pembangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia dimulai dari tanggal

15 Oktober 2001, diawali dengan upacara peletakan batu pertama yang dihadiri

oleh sejumlah tokoh Tionghoa Surabaya; antara lain : Liem Ou Yen (Ketua

Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya), Bintoro Tanjung (Presiden

Komisaris PT Gudang Garam Tbk), Henry J. Gunawan (Direktur PT Surya Inti

Permata Tbk) dan Bingky Irawan (Ketua Makatin Jawa Timur), serta puluhan

pengusaha dan tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa yang lain yang tidak dapat

disebutkan namanya satu per satu.1

Sejumlah tokoh masyarakat Jawa Timur yang turut hadir diantaranya :

HRP. Moch. Noer dan Mayjend. Pol. (Purn). Drs. H. Sumarsono, SH., MBA.

Sedangkan dari jajaran pengurus PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia)

dan Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia (untuk selanjutnya

disingkat YHMCHI) sendiri hadir : HM. Trisno Adi Tantiono (Ketua DPP

PITI), (Alm). H. Moch. Gozali (Ketua Korwil PITI Jawa Timur), and HMY.

Bambang Sujanto (Ketua Umum Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo

Indonesia).2

1 Buku Sekilas Tentang Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya-Cetakan Ke 8, 3.

61

Selain itu moment berharga ini juga disaksikan oleh semua anggota PITI

Surabaya dan Jawa Timur serta tokoh-tokoh masyarakat di Surabaya.

Rancangan awal Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia ini diilhami dari

bentuk Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi.

Kemudian pengembangan disain arsitekturnya dilakukan oleh Ir. Aziz Johan

(Anggota PITI dari Bojonegoro) dan didukung oleh tim teknis : HS. Willy

Pangestu, Donny Asalim, SH., Ir. Tony Bagyo serta Ir. Rachmat Kurnia dari

jajaran pengurus PITI Jatim dan Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo

Indonesia.3

Untuk pertama pembangunan ini, diperlukan dana sebesar Rp 500.000.000

yang diperoleh dari jerih payah teman-teman dengan menerbitkan buku ”Saudara Baru/Jus Amma” dalam tiga bahasa. Dan sisanya adalah gotong royong dari sumbangan-sumbangan masyarakat hingga terselesaikannya

pembagunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Total keseluruhannya

pembangunan ini menelan biaya Rp 3.300.000.000 dengan luas tanah

seluruhnya yaitu 3.070 m2 dengan status kepemilikan tanah SHM No. 502 atas

nama H.M. Trisnoadi Tantiono dan H.M.Y. Bambang Sujanto yang keduanya

telah menerbitkan surat pernyataan bahwa kepemilikan tanah tersebut adalah

milik Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo.4

Seiring dengan dinyatakan selesainya tahap pertama pembangunan Masjid

ini pada tanggal 13 Oktober 2002, maka dilakukanlah peresmian pembangunan

3 Buku Sekilas Tentang Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya-Cetakan Ke 8, 3.

62

Masjid (soft opening). Dengan selesainya tahap pertama ini, Masjid

Muhammad Cheng Hoo Indonesia sudah dapat digunakan untuk beribadah dan

selanjutnya tinggal melakukan beberapa penyempurnaan bangunan Masjid.

Oleh seluruh anggota Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia dan

PITI disepakati tanggal tersebut sebagai hari ulang tahun Yayasan dan Masjid

Muhammad Cheng Hoo Indonesia.5

Pada tanggai 28 Mei 2003, bertepatan dengan hari ulang tahun Pembina

Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Istam Tionghoa Indonesia yang ke-42, Masjid

Muhammad Cheng Hoo Indonesia diresmikan oleh Menteri Agama RI, Bapak Prof.

Dr. Said Agil Husain Al-Munawar. MA. Selain itu acara peresmian ini dihadiri juga

oleh Atase Kebudayaan Kedutaan Besar RRC di Indonesia yaitu Mao Ji Cong, Vice

Consultant Kedutaan Besar USA di Indonesia yaitu Craig L. Hall, Gubernur Jawa Timur - H. Imam Utomo, anggota Muspida Jawa Timur, Ketua NU Jawa Timur - Dr.

H. Ali Maschan Moesa, M.Si., Ketua Muhammadiyah Jawa Timur kala itu - Prof. Dr.

H. Fasichul Lisan, Apt., juga oleh mantan Gubernur Jawa Timur yaitu H.R P Moch.

Noerdan HM. Basofi Sudirman yang bertindak sebagai Penasihat dan Pembina

Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia. Acara ini dimeriahkan pula oleh

semua tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat di Surabaya.6

Secara keseluruhan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia berukuran 21 x 11

meter, dengan bangunan utama berukuran 1 1 x 9 meter Pada sisi kiri dan kanan

bangunan utama tersebut terdapat bangunan pendukung yang tempatnya lebih rendah

5 Buku Sekilas Tentang Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya-Cetakan Ke 8, 4.

63

dari bangunan utama. Setiap bagian bangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo

Indonesia ini memiliki arti tersendiri, misalnya ukuran bangunan utama Panjang 11

meter pada bangunan utama Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia ini menandakan

bahwa Ka’bah saat pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim AS memiliki panjang dan

lebar 11 meter, sedangkan lebar 9 meter pada bangunan utama ini diambil dari

keberadaan Waiisongo dalam melaksanakan syi'ar Islam di tanah Jawa. Arsitekturnya

yang menyerupai model kelenteng itu adalah gagasan untuk menunjukkan identitasnya

sebagai musim Tionghoa (Islam Tiongkok) di Indonesia dan untuk mengenang leluhur

warga Tionghoa yang mayoritas beragama Budha. Selain itu pada bagian atas bangunan

utama yang berbentuk segi 8 (pat kwa), angka 8 dalam bahasa Tionghoa disebut Fat

yang berarti jaya dan keberuntungan.7

Nama Cheng Hoo diambil dari nama seorang Laksamana beragama Islam yang

taat dan beliau telah turut mensyi’arkan agama Islam ditanah Indonesia pada jaman itu.

Beliau adalah utusan Raja Dinasti Ming yang menjalani kunjungan ke Asia sebagai

Utusan/Duta Perdamaian. Sebagai seorang bahariawan dan laksamana, Muhammad

Cheng Hoo berhasil mengelilingi dunia selama 7 kali berturut-turut dan menjalin

hubungan perdagangan dengan negara-negara yang dikunjunginya termasuk

diantaranya adalah bersilaturahmi mengunjungi Kerajaan Majapahit untuk menjalin

hubungan perdagangan. Barang-barang yang dibawanya adalah sutra, keramik,

obat obatan dan teh. Oleh sejarah perjalanan ini dikenal sebagai

Perjalanan/Perdagangan Sutera.8

7 Buku Sekilas Tentang Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya-Cetakan Ke 8, 4.

64

Masjid Hoo Indonesia sendiri dikenal sebagai masjid pertama di Indonesia yang

mempergunakan nama muslim Tionghoa. Bangunan yang bernuansa etnik dan antik ini

cukup menonjol dibanding bentuk masjid-masjid pada umumnya di Indonesia. Dengan

arsitektur khas Tiongkok yang didominasi warna hijau, merah dan kurang menambah

khazanah kebudayaan di Indonesia. Ditambah lagi dengan adanya fasilitas yang

memadai yang dapat dipergunakan oleh jamaah Masjid Muhammad Cheng Hoo

Indonesia dan masyarakat pada umumnya seperti :9

1. TK (Taman Kanak-Kanak) Istana Balita

2. Lapangan olah raga basket, badminton dan pimpong

3. Kantor pengurus YHMCHI dan PITI

4. Kantin

5. Kelas kursus Bahasa Mandarin

B. Profil Narasumber

1. Bapak Hasan Basri, S. Sos. I

Bapak Hasan Basri merupakan muslim keturunan Tionghoa yang memiliki

nama asli Liem Fuk Shan. Saat ini menjabat sebagai ketua harian yang

menjadi pelaksana program-program Masjid Cheng Hoo Surabaya di

tataran lapangan. Selain itu, beliau juga senantiasa berada di lingkungan

Masjid Cheng Hoo Surabaya sebagai tenaga profesional yang banyak

berinteraksi dengan publik eksternal, terutama yang berkunjung ke Masjid

65

Cheng Hoo Surabaya. Misalnya, menyambut kunjungan dan menjelaskan

seputar profil, program, serta kegiatan di Masjid Cheng Hoo Surabaya. Hal

ini disebabkan karena beliau memiliki pengetahuan di bidang komunikasi

dakwah, yang sedikit banyak juga berkaitan dengan ilmu public relations.

2. Bapak Ahmad Hariyono Ong

Bapak Ahmad Hariyono Ong merupakan Ketua Takmir Masjid Cheng

Hoo Surabaya. Beliau merupakan muslim keturunan Tionghoa yang

memiliki nama asli Wan Jin Shui. Beliau juga berprofesi sebagai dosen di

Fakultas Ekonomi Syariah Universitas Airlangga Surabaya. Sehingga,

beliau merupakan salah satu pengurus YHMCHI yang berlatar belakang

akademisi. Bidang ilmu yang dikuasai adalah S1 Hukum Syariah dan S2

Ekonomi Syariah. Dalam keseharian, beliau sering berada di kantor DPD

PITI Jawa Timur yang juga terletak di area yang sama dengan Masjid

Cheng Hoo Surabaya. Hal ini disebabkan karena beliau juga menjabat di

kepengurusan PITI Jawa Timur di Bidang dakwah.

3. Bapak H. Abdul Nurawi

Bapak H. Abd Nurawi merupakan Ketua Yayasan Masjid Muhammad

Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) yang berprofesi sebagai pengusaha.

Berbagai ide seputar pengembangan dan program-program Masjid Cheng

Hoo Surabaya berasal dari beliau. Pria yang akrab dipanggil dengan Pak

Nurawi atau Pak Awi ini merupakan seorang muslim keturunan Tionghoa.

66

Bapak Soebiantoro merupakan sukarelawan atau tenaga pengabdian yang

banyak membantu pembuatan strategi dan program YHMCHI bersama

dengan Bapak Nurawi. Hal ini disebabkan karena beliau memiliki

pengetahuan di bidang manajemen dan berprofesi di bidang perbankan.

Sehingga, strategi dan program-program YHMCHI merupakan buah dari

BAB IV

PERENCANAAN PROGRAM MASJID MUHAMMAD CHENG HOO SURABAYA DALAM MEMBANGUN PUBLIC RELATIONS KE

BERBAGAI ELEMEN MASYARAKAT

A. Perencanaan program Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dalam membangun public relations ke berbagai elemen masyarakat.

1. Rencana Program Public Relations Masjid Muhammad Cheng Hoo

Surabaya

Narasumber 1 menjelaskan bahwa, “Memang banyak ide

program-program kita dari Pak Nurawi dan Pak Bi. Tapi disampaikan di rapat pengurus.

Di situ akan ada tambahan-tambahan ide dari pengurus lain. Kalau sudah

dirapatkan, nanti minta persetujuan oleh dewan pengurus, dewan pengawas dan

terakhir pembina”.1 Ide-ide mengenai program Muhammad Cheng Hoo

didiskusikan dalam rapat pengurus untuk kemudian dimintakan persetujuan ke

dewan pengurus, pengawas, dan pembina. Ide-ide tersebut, memang banyak

yang berasal dari Pak Nurawi sebagai ketua umum YHMCHI dan Pak Bi

sebagai konsultan manajemen di Muhammad Cheng Hoo. Namun, di dalam

rapat tidak menutup peluang bagi pengurus yang lain untuk menyumbang ide

atau memberi masukan pada ide-ide yang sudah dilontarkan. Pernyataan

tersebut menunjukkan bahwa para pengurus Masjid Cheng Hoo melakukan

1

68

perencanaan sebelum memulai program-programnya. Justru adanya program

merupakan hasil dari perencanaan tersebut.

Berikut ini merupakan pernyataan para narasumber mengenai perencanaan

program untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat luas :

Narasumber 1

“Ada Rumah Sehat Cheng Hoo. Ini sudah direncanakan sejak dulu. Kita mengambil infaq dari pasien dengan harga lebih murah daripada yang di luar. Tapi alhamdulillah..banyak yang cocok. Kita punya dana ZIS setiap tahunnya yang kita keluarkan setiap 2 bulan sekali untuk program sosial kayak pengobatan gratis, beasiswa untuk anak-anak tidak mampu atau dhuafa, yatim yang miskin. Untuk masyarakat sekitar, beberapa kali kita adakan operasi pasar. Di situ ada beras murah, minyak murah, sembako murah. Biasanya setahun sekali. Untuk warga sekitar sini yang

membutuhkan. Yang rumahnya blusuk-blusuk. Kita bagi kupon”.2

Narasumber 2

Harapannya masyarakat memberi respon kepada kegiatan-kegiatannya Masjid Cheng Hoo positif. Masjid Cheng Hoo banyak kegiatannya, bermanfaat bagi umat. Ada bakti sosial, donor, darah, pengobatan gratis, periksa gigi gratis, ada santunan anak yatim. Jadi masjid ini tidak hanya untuk ibadah ritual saja. Tapi program-programnya bisa bermanfaat bagi

orang lain. Kan ada hadist Nabi “Sebaik-baik manusia adalah yang paling

bermanfaat bagi orang lain”.3

Narasumber 3

“...Ini salah satunya ada Rumah sehat di sini orientasinya mencari tambahan dan menolong sesama manusia. Tidak hanya orientasi keuntungan tapi pasien yang tidak mampu, kita kasih gratis. Karena bagaimanapun juga hidup di lingkungan masjid, harus bisa saling membantu. Apalagi jika di depan mata kita melihat seseorang yang tidak

mampu, jangan sampaimalah kita bebanibiaya”.4

Sedangkan narasumber 4 mempertegas, “Saya ingin mengaplikasikan di

program-program Masjid Cheng Hoo, bahwa Islam itu rahmatan lil alamin”.5

2 Hasan Basri, Wawacara, Surabaya, 4 April 2017.

3 Ahmad Hariyono Ong, Wawacara, Surabaya, 15 Mei 2017.

4 Abdul Nurawi, Wawacara, Surabaya, 10 Mei 2017.

69

Pernyataan para narasumber di atas menunjukkan bahwa Masjid Cheng

Hoo memiliki program kepedulian pada masyarakat sekitar yang memerlukan

bantuan, baik kebutuhan pokok maupun kesehatan. Kegiatan tersebut

merupakan bentuk kepedulian sosial Masjid Cheng Hoo bagi warga sekitar.

Dengan banyaknya kegiatan besar yang diselenggarakan oleh Masjid Cheng

Hoo, sudah sewajarnya bagi Masjid Cheng Hoo untuk tidak luput

memperhatikan kesejahteraan warga sekitar yang membutuhkan. Karena

bagaimanapun juga, masjid sebagai representasi umat Islam memiliki

tanggungjawab untuk memberikan rahmat bagi warga sekitarnya. Salah satu

wujud konkritnya adalah dengan membantu memenuhi kebutuhan pokok

mereka. Sehingga, warga sekitar juga turut merasakan manfaat keberadaan

Masjid Cheng Hoo di tengah-tengah mereka.

Berdasarkan pengamatan penulis, Rumah Sehat Masjid Cheng Hoo mulai

beroperasi pukul 09.00-16.00 setiap hari sesuai perjanjian. Konsultasi bisa

diawali dengan perjanjian melalui nomor telepon yang disediakan di Rumah

Sehat Masjid Cheng Hoo. Sedangkan kegiatan sosial di Masjid Cheng Hoo,

seperti bakti sosial, pemberian beasiswa, dan periksa kesehatan gratis pada

umumnya di agendakan setiap 2 bulan sekali dan bertempat di alamat Masjid

Cheng Hoo Surabaya. Lain halnya untuk penjualan sembako murah yang

biasanya diadakan setahun sekali bertempat di alamat Masjid Cheng Hoo

Surabaya.

Narasumber 1

“Kita silaturahmi ke donatur-donatur. Kita jaga agar silaturahmi tidak

putus dan agar jangan sampai hanya ketika butuh saja kita datang. Silaturahmi ini akan kita galakkan mungkin 1 tahun bisa tiga kali. Karena

70

donatur kita sibuk. Dulu sempat digalakkan, tapi tidak jalan. Karena donatur sibuk, kita juga ada kegiatan sendiri. Kita mengusahakan semua pengurus agar berkunjung ke donatur. Kita usahakan bukan mewajibkan. Karena para pengurus itu mereka di sini tidak hanya ibadah, tapi mereka

juga punya kewajiban sendiri di perusahaan masing-masing”.6

“Setiap tahun kita ada kegiatan milad masjid tanggal 13 Oktober. Kita

undang warga sekitar, yang non muslim juga. Alhamdulillah...mereka datang. Bahkan tidak hanya warga sekitar. Dari teman-teman tokoh pastur, pendeta, datang juga ke acara milad. Ini satu-satunya masjid, yang mana non muslim diundang pengajian. Acara miladnya ada rangkaian kegiatan.

Ada hiburan juga, tapi tetap sesuai syariah. Ada tausiyah juga.

Alhamdulillah...kyai-kyai yang kita undang itu selalu mengerti, penyampaiannya mereka tidak pernah menyinggung agama lain. Yang kita undang selalu senang, ikut acara sampai selesai. Jam 22.00, jam 21.30 baru pulang”.7

Narasumber 2

“Biasanya kita silaturahim ke mereka yang menyumbang. Itu membuat mereka ingin terus menyumbang Masjid Cheng Hoo. Kita kirim majalah setiap 2 bulan. Isi dari majalah itu ada kegiatan kita seperti ini-ini. Dengan pemberian majalah itu kita menjadi dekat. Silaturahim dalam bentuk lain,

setiap ada event kita undang mereka. Misalnya milad Masjid Cheng Hoo

yang ke-15 itu, kita undang mereka. Mereka senang, waduh saya diundang Masjid Cheng Hoo. Meski sibuk, mereka mengupayakan datang. Kalau pun tidak bisa datang karena ada acara ke luar negeri, paling tidak memberitakan. Itu pun juga masih menyumbang. Partisipasinya itu luar biasa”.8

Berdasarkan pernyataan narasumber di atas menunjukkan bahwa Masjid

Cheng Hoo membuat perencanaan program silaturahmi yang rutin

diagendakan setiap tahun. Silaturahmi bisa berupa kunjungan yang dianjurkan

kepada para pengurus untuk menjalin hubungan baik dengan donatur. Namun,

silaturahmi juga bisa dengan cara mengundang berbagai elemen dan tokoh

masyarakat lintas agama pada acara miladnya, termasuk para donatur yang

banyak dari kalangan pengusaha.

6 Hasan Basri, Wawacara, Surabaya, 4 April 2017.

7 Hasan Basri, Wawacara, Surabaya, 4 April 2017.

71

Teknis pelaksanaan kunjungan ke donatur bersifat fleksibel pada

masing-masing pengurus dan kesibukan donatur. Prinsipnya, paling tidak ada tiga kali

dalam satu tahun pengurus mengunjungi donatur. Sedangkan pelaksanaan

milad menyesuaikan dengan peringatan hari berdirinya Masjid Cheng Hoo,

yang ditetapkan setiap tanggal 13 Oktober.

Narasumber 2

“Misalnya buka puasa di Masjid Cheng Hoo. Itu ada aja yang membantu. Biasanya pengurus Masjid Cheng Hoo membuat proposal. Kita sampaikan ke mereka, Masjid Cheng Hoo hari ini sudah mulai melaksanakan buka puasa. Donatur itu juga ada yang ikut hadir, meski bukan orang Muslim. Biasanya membantu untuk buka, uang, makanan, mengirimkan berapa bungkus. Karena setahun sekali, Masjid Cheng Hoo itu mengadakan takjil dan buka bersama. Menyediakan nasi sekitar 500-600 kotak atau bungkus setiap hari. Kadang-kadang sudah disiapkan 600, masih datang 300 bungkus. Lebih. Akhirnya kita transfer ke masjid-masjid terdekat. Pertama di tetangga sini yang dekat-dekat dulu. Kemudian baru yang agak jauh yang membutuhkan. Di rumah sakit. Di sana kan banyak orang yang butuh itu. Di (rumah sakit) Adi Husada Sampai ke Dr. Soetomo,

Karangmenjangan sana lho. Sangat membutuhkan sana itu. Akhirnya

semakin memasyarakat Masjid Cheng Hoo”.9

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Masjid Cheng Hoo juga memiliki

program pengadaan takjil dan bukan puasa bersama untuk para jamaah dan

masjid-masjid terdekat sekitar Masjid Cheng Hoo. Ternyata, kegiatan ini juga

melibatkan para donatur yang berasal dari kalangan non Muslim. Mereka

bahkan juga ikut hadir pada acara buka puasa. Kegiatan ini dilaksanakan setiap

hari selama satu bulan Ramadhan. Maka, tidak heran jika pada setiap bulan

Ramadhan di Masjid Cheng Hoo ramai sekali kegiataan buka puasa

bersamanya. Akan dijumpai beberapa orang Tionghoa yang tidak beragama

Islam namun ikut memeriahkan acara tersebut. Hal ini karena program buka

72

puasa bersama sudah direncanakan setiap tahun oleh pengurus Masjid Cheng

Hoo.

Narasumber 2

“Kalau kita ada event, misalnya halal bihalal, milad, mereka kita undang.

Senang mereka kita undang. Mereka mau datang. Tambah mendukung dan memberi sumbangan. Tidak hanya orang muslim aja, yang non muslim juga kita undang. Nanti ini Juli kita adakan pengajian akbar sekalian halal bihalal. Kita undang para donatur dan tokoh masyarakat. Masyarakat sekitar juga. Makanya di Masjid Cheng Hoo ini sering ada kegiatan. Kita

memang ada program-program”.10

Narasumber 2 menyampaikan adanya rencana program halal-bihalal di

Masjid Cheng Hoo. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi

sebagaimana program-program Masjid Cheng Hoo lainnya. Sasaran kegiatan

ini adalah para donatur, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar. Uniknya,

program halal bihalal ini juga mengundang orang non muslim. Baik dari

kalangan donatur maupun masyarakat sekitar area Masjid Cheng Hoo

Surabaya.

Sehingga, berdasarkan penuturan beberapa narasumber di atas, ada

beberapa program rutin yang direncanakan oleh pengurus Masjid Cheng Hoo

untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat, yakni :

1) Program bakti sosial dan sembako murah.

2) Program silaturahmi donatur dan tokoh masyarakat dalam bentuk

kunjungan ke rumah maupun undangan milad atau halal bihalal.

3) Program takjil dan buka puasa bersama.

73

2. Pertimbangan Perencanaan Program Public Relations Masjid Muhammad

Cheng Hoo Surabaya

Berikut ini adalah penuturan narasumber tentang gambaran ide-ide

tersebut :

Narasumber 1

“Jadi awalnya, kita ingin agar muallaf tionghoa bisa ada wadah. Warga

Tionghoa yang non muslim ini prioritas diberikan pembinaan agar mereka mendapatkan hidayah. Memang visi misi ini berangkat dari sebuah masjid di Beijing, namanya Masjid Niu Jian. karena itu, Masjid Cheng Hoo ini berarsitektur Tionghoa kalau dilihat dari atapnya sama dengan yang di Beijing itu. Yang menjadi motivasi pendiri itu. Namun ternyata berbeda di lapangan banyak yang bukan orang Tionghoa yang ingin belajar Islam, ya

sudah tidak masalah. Wong kita berada di Indonesia bukan di Tiongkok

sana. Sehingga bukan Tionghoa saja. Jika sudah berbicara Masjid Cheng Hoo, siapa saja bisa masuk disana. Kenapa ? Karena Masjid Cheng Hoo itu lahan untuk ibadah. Coba mbak lihat itu kenapa Masjid Cheng Hoo tidak ada pintunya ? Karena Masjid Cheng Hoo bukan dimiliki satu orang atau warga Tionghoa saja, tapi miliknya umat Islam, dan di masjid bukan

untuk ngomong khilafiyah”.11

Narasumber 2

Harapannya masyarakat memberi respon kepada kegiatan-kegiatannya Masjid Cheng Hoo positif. Masjid Cheng Hoo banyak kegiatannya, bermanfaat bagi umat. Ada bakti sosial, donor, darah, pengobatan gratis,

Dokumen terkait