• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMATERA UTARA

3. Mengadakan Penyuluhan Hukum Kepada Masyarakat

Budaya hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan dari intensitas disseminasi dan penyuluhan yang dilakukan para penyelenggara negara kepada

116

masyarakat. Setiap penyelenggara negara berkewajiban memberikan penyuluhan hukum sebagai bagian dari proses edukasi dan pembudayaan hukum.117

Penyuluhan Hukum kepada masyarakat dilakukan oleh BIMMAS dengan dibantu oleh Kepolisian dari fungsi lain tergantung pada materi yang dibawakan. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat dikarenakan karena kurangnya pengetahuan akan hukum. Maka untuk itu perlu dilakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat. 118

Penyuluhan hukum pada masyarakat pada umumnya merupakan upaya preventif. Pada rumusan dasarnya tugas preventif itu berbunyi memelihara keamanan dan ketertiban hukum. Dalam pelaksanaannya terbagi dalam 2 kelompok besar penugasan. Yang pertama adalah bersifat bimbingan, penyuluhan dan pembinaan yang mengarah pembentukan masyarakat yang patuh dan taat hukum serta mampu menolak (semacam anti body) terhadap kejahatan, atau masyarakat mempunyai daya tangkal tinggi atas semua jenis kejahatan. Sedangkan yang kedua adalah Upaya Polri untuk mencegah bertemunya unsur “niat” dan “kesempatan” agar tidak terjadi kejahatan dengan melakukan kegiatan mengatur, menjaga, mengawal dan patorli.119

Tantangan kelompok fungsi Bimmas sangat tidak ringan karena Polri lalu harus aktif melakukan pengaturan masyarakat atau social engineering dalam arti mendorong dan membantu fungsi fungsi kenegaraan lain. Membuat masyarakat dan warganya untuk patuh dan taat pada hukum serta memiliki daya tangkal yang

117 http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=19115&cl=Berita 118 Ibid 119

ampuh terhadap kejahatan sebenarnya sangat sulit karena semua itu lalu bermakna membentuk sikap yang relatif membatasi kebebasan seseorang, yang pada dasarnya mereka itu ingin selalu bebas.120

Sesungguhnya terdapat korelasi yang kuat antara teknologi informasi dengan sistem hukum nasional, dalam hal efektifitas suatu sistem hukum di tengah-tengah masyarakat, khususnya dalam pembentukan perilaku sosial (social behaviour ). Hukum sebagai suatu aturan ( rule of law ) berbanding lurus dengan pemamahan hukum dan kesadaran hukum masyarakat terhadap hukum yang wujudnya berupa informasi yang tengah berlaku. Tidak akan ada ketentuan hukum yang berlaku efektif dalam masyarakat, jika informasi hukum tersebut tidak dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat. Oleh karena itu, pengkomunikasian informasi hukum harus dirancang dalam pola yang lebih interaktif sehingga dapat menangkap dengan baik umpan balik dari masyarakatnya sehingga menimbulkan kesadaran hukum. Hal tersebut tidak akan didapat hanya dengan sosialisasi ataupun penyuluhan hukum saja, melainkan juga harus dengan pengembangan sarana komunikasi ataupun infrastruktur informasi yang baik dan dapat diakses dengan mudah dan murah oleh masyarakat121.

120

Ibid, hal 155 121

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor faktor penyebabterjadinya kerusuhan pada saat unjuk rasa adalah : a. Faktor Potensial

Faktor potensial kerusuhan adalah psikologi masyarakat yang yang mempunyai kemampuan atau potensi sebagai pemicu terjadinya kerusuhan. Hal ini akan semakin jelas jika didorong oleh unsur unsur seperti kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami tekanan terburuk dan kondisi sosio kultur masyarakat.

b. Faktor Kesengajaan (Rekayasa)

Faktor rekayasa merupakan kesengajaan yang dibuat pihak tertentu karena adanya kepentingan tertentu yang ingin di capai untuk dengan cara meletupkan kerusuhan

c. Faktor Kurang Koordinasi antara demonstran dengan aparat kepolisian. Faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kerusuhan sebagai kurangnya koordinasi antara para pengunjuk rasa dengan aparat keamanan dalam hal ini Kepolisian tidak adanya pemberitahuan secara lebih terperinci kepada pihak Kepolisian tentang kegiatan unjuk rasa. Hal ini merupakan faktor teknis. Koordinasi yang dilakukan antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan bukan hanya dilakukan sebelum terjadinya kegiatan saja.

Tetapi juga dilakukan koordinasi pada saat kegiatan berlangsung. Koordinasi dalam hal ini merupakan koordinasi dengan pihak negosiator dari kepolisian sebagai upaya pengamanan kegiatan unjuk rasa.

d. Faktor Ketidakpuasan masyarakat

Para pengunjuk rasa berharap apa yang disampaikan didengar serta diberikan solusi kepada permasalahan yang dibawa. Namun dalam beberapa kegiatan unjuk rasa, respon dari instansi atau orang yang dituju terhadap para pengunjuk rasa sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Atau bahkan tidak mendapat tanggapan dari instansi yang ditujut ersebut. Maka ketidakpuasan masyarakat atas kejadian tersebut dapat memicu terjadinya kerusuhan.

e. Faktor pengamanan yang kurang.

Dalam hal ini melaksanakan prosedur tetap (protap) Dalmas sesuai Peraturan Kepala Polri No.16 Tahun 2006 tentang pedoman pengendalian massa yang mengatur cara bertindak, jumlah kekuatan, peralatan yang digunakan, dan strategi pelaksanaannya. Kesempatan untuk melakukan tindakan rusuh dan anarkis dapat saja dilakukan oleh para demonstran karena melihat kekuatan serta peralatan yang dipakai oleh Polisi tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Polri No.16 Tahun 2006 tentang pedoman pengendalian massa.

2. Peranan Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam menanggulangi kerusuhan pada saat Unjuk rasa dilakukan pada saat :

a) Pada tahap persiapan sebelum kegiatan Unjuk rasa. Pada tahap ini Kepolisian melakukan rapat koordinasi, kesiapan pasukan Dalmas, melakukan pengecekan peralatan Dalmas, mempelajari karakteristik pengunjuk, mempelajari isu yang dibawakan, mempelajari objek unjuk rasa, Menyiapkan Rute pasukan Dalmas menuju objek dan rute penyelamatan (escape) bagi pejabat VVIP/VIP dan pejabat penting lainnya serta Rencana urutan dan langkah dan tindakan yang akan dilakukan oleh satuan Dalmas.

b) Pada saat terjadi unjuk rasa. Pada saat ini ada tahapan tahapan yang dilakukan tergantung pada perkembangan situasi dilapangan. Tahapan tersebut adalah : 1) Tahap situasi tertib (hijau). Pada tahap ini diturunkan pasukan Dalmas

awal

2) Tahap situasi tidak tertib (kuning). Pada tahap ini diturunkan pasukan Dalmas lanjutan

3) Tahap melanggar hukum (merah). Pada tahap ini diturunkan Detasemen atau Kompi Penanggulangan Huru Hara (PHH) Brigade Mobil (Brimob). c) Setelah kegiatan unjuk rasa selesai. Setelah unjuk rasa selesai maka dilakukan

3. Kendala yang dialami Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam menanggulangi kerusuhan saat unjuk rasa adalah:

a) Masalah HAM

b) Ketidaksadaran hukum masyarakat

c) Kurang koordinasi dengan instansi yang terkait

Sedangkan upaya yang dilakukan Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam mengatasi kendala tersebut adalah:

a) Meningkatkan profesionalisme Anggota Kepolisian b) Mengadakan koordinasi dengan Instansi terkait c) Mengadakan penyuluhan hukum kepada masyarakat

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan permasalahan dari skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Pengetahuan hukum masyarakat yang masih sangat sedikit dan kesadaran hukum yang masih kurang dalam hal ini berkaitan dengan masalah kegiatan penyampaian pendapat di muka umum atau unjuk rasa, perlu mendapat perhatian khusus dari Polri. Hal ini merupakan upaya preventif dalam terjadinya kerusuhan saat unjuk rasa. Karena dengan banyaknya pengetahuan hukum masyarakat disertai dengan kesadaran hukum yang tinggi maka semua faktor faktor terjadinya kerusuhan dapat teratasi.

2. Peningkatan profesionalisme dan kualitas pesonil Kepolisian melalui perekrutan yang jujur dan sesuai dengan prosedur, serta pembinaan menuju

polisi yang beretika kepolisian akan mempermudah pengamanan unjuk rasa karena telah menguasai bidangnya. Pelanggaran yang terjadi di lapangan seperti pelanggaran HAM dapat dihindari apabila personel kepolisian sudah memiliki etika.

3. Apabila polisi dapat memperbaiki dirinya dan menegakkan aturan hukum yang berkedaulatan rakyat, maka pada gilirannya polisi akan mampu memperbaiki kehidupan bangsa, dan bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya mengangkat kehidupan bangsa dari keterpurukan yang melanda bangsa ini.

Dokumen terkait