• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN PRESTASI ANAK BANGSA

Dalam dokumen Unduhan – Direktorat Sumberdaya Manusia (Halaman 133-177)

5

MENGEMBANGKAN PRESTASI

ANAK BANGSA

M

ahasiswa atau peserta didik adalah amanah bangsa kepada Universitas Airlangga untuk didik menjadi insan yang berakhlak mulia dan terampil dalam mengelola bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian, maka menjadi tugas Universitas Airlangga untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik unggul, terampil di bidangnya, dan berakhlak mulia. Hal tersebut sejalan dengan filosofi Universitas Airlangga yang terukir dalam kalimat Excellence with Morality. Menyiapkan generasi yang memiliki kemampuan akademik unggul, terampil di bidangnya, dan berakhlak mulia tentu saja tidak cukup hanya dengan kegiatan belajar mengajar di kelas, karena kemampuan semacam itu pada kenyataannya hanya bisa didapatkan di kelas-kelas perkuliahan dan di masyarakat luas.

Universitas Airlangga berkewajiban untuk mengkombinasikan pembelajaran di kelas dan di masyarakat, sehingga mahasiswa bisa menerapkan berbagai teori yang didapatkan di kelas-kelas perkuliahan untuk diaplikasikan di masyarakat. Berbagai kegiatan yang dirancang

untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh mahasiswa juga diadakan. Salah satu sarana untuk mendorong berbagai kegiatan kemahasiswaan adalah organisasi mahasiswa dan unit-unit kegiatan mahasiswa. Melalui wadah tersebut kemampuan soft skill dan hard skill mahasiswa dibangkitkan dan diasah, sehingga ketika nanti lulus dari Universitas Airlangga mereka memiliki bekal yang cukup untuk terjun di masyarakat. Melalui organisasi mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa, mahasiswa juga belajar untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam kancah masyarakat luas.

membanGkitkan Soft Skill mahasiswa

Amanah yang diberikan kepada Universitas Airlangga adalah mendidik generasi muda agar menjadi insan yang berakhlak mulia dan terampil dalam bidang yang ditekuninya. Generasi muda yang berakhlak mulia dan terampil dalam bidang akademik yang ditekuninya tentu saja harus memiliki dua keterampilan sekaligus, yang dalam istilah psikologi adalah soft skill dan hard skill. Banyak ahli meyakini bahwa cara memperoleh keterampilan hard skill jauh lebih mudah karena keterampilan semacam itu adalah keterampilan yang bisa dipelajari secara langsung dari para ahli yang menguasai. Bahkan keterampilan tersebut bisa diperoleh dengan cara mempelajari landasan teorinya terlebih dahulu, setelah itu baru dipraktikkannya. Hal yang berbeda adalah cara memperoleh keterampilan soft skill, karena keterampilan tersebut tidak bisa dipelajari secara teoretik, bahkan teori-teori soft skill kadang berbeda jauh dengan kenyataan sehari-hari.

Soft skill adalah keterampilan personal yang dapat mempermudah individu dalam melaksanakan berbagai proses sosial, seperti beradaptasi dan menyelesaikan beragam persoalan yang ditemui, serta

memperlancar pelaksanaan berbagai tugas yang harus dilakukan.1 Banyak lulusan perguruan tinggi yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dengan sangat baik, namun ketika berhadapan dengan individu yang lain atau berhadapan dengan masyarakat luas menjadi gagap, sehingga keterampilan yang ia miliki seolah-olah tidak bermakna apa-apa. Kondisi yang demikian mengindikasikan bahwa yang bersangkutan memiliki ketimpangan antara penguasaan hard skill dan soft skill. Berangkat dari kondisi tersebut maka Universitas Airlangga merancang proses pendidikan yang berimbang, agar para lulusan universitas ini selain memiliki kecakapan dalam bidang akademik (hard skill) juga cakap ketika terjun di masyarakat (soft skill).

Gagasan untuk mulai membina soft skill mahasiswa Universitas Airlangga mulai mengemuka pada tahun ajaran baru 2007/2008. Ide tersebut berangkat dari tuntutan masyarakat dan tuntutan lembaga pemerintah yang membutuhkan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi. Mereka menuntut agar lulusan perguruan tinggi yang mereka butuhkan untuk bekerja di lembaga-lembaga yang mereka kelola harus menguasai dua hal, yaitu kecakapan bidang akademik serta kecakapan

soft skill. Artinya, penguasaan hard skill dan soft skill mutlak dikuasai oleh lulusan pergurusan tinggi, tidak terkecuali lulusan Universitas Airlangga.

Kondisi tersebut diakui oleh Direktur Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Psikologi Terapan (LP3T) Fakultas Psikologi Tahun 2007, Drs. Duta Nurdibyanandaru, MS. Menurutnya, kemampuan

soft skill seseorang tidak saja menunjang dalam rekruitmen tenaga kerja, tetapi juga menentukan evaluasi untuk promosi jabatan bagi seseorang. Menurutnya, penguasaan soft skill dapat terlihat melalui cara seseorang dalam membawakan diri, tatakrama, sikap tenggang rasa,

1 Nurul Hartini dkk, Melejitkan Soft Skills Mahasiswa, (Surabaya: Direktorat Pendidikan Universitas Airlangga, 2009), hlm. 2

0

cara menyelesaikan konflik, dan sebagainya. Dengan demikian, maka rekruitmen pegawai tidak hanya mempertimbangkan kepandaian akademis, namun juga afektif dan psikomotorik.2

Pemikiran Duta Nurdibyanandaru dibenarkan oleh Direktur Keuangan PT Pupuk Kaltim Bontang, Drs. Eko Sunarko. Eko Sunarko yang merupakan alumni Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga angkatan tahun 1976, mengemukakan bahwa kompetensi dan soft skill yang menunjang performa seseorang tergantung kepada jenis pekerjaan yang ada. Menurutnya, paling tidak terdapat tujuh hal yang dapat membantu seorang lulusan perguruan tinggi memperoleh kesuksesan karier, yaitu keahlian atau kompetensi, kemampuan berkomunikasi, loyalitas, bermoral, kemahiran membentuk jaringan, etos kerja yang tinggi, dan hobi yang dikuasai dengan baik. Tujuh hal tersebut merupakan ranah soft skill yang tidak hanya didapatkan di kelas-kelas perkuliahan, namun harus pula dicari di luar kelas perkuliahan dalam bentuk berbagai aktivitas yang melibatkan banyak orang.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Airlangga pada periode pertama kepemimpinan Prof. Dr. Fasich, Apt., yaitu Prof. Dr. Muhammad Zainuddin, Apt. sependapat bahwa soft skill mutlak diperlukan oleh semua mahasiswa Universitas Airlangga. Olah karena itu, kemampuan soft skill mahasiswa harus digali dan dibangkitkan. Caranya adalah dengan mendorong mereka untuk ikut berbagai kegiatan di kampus dan di luar kampus. Tugas mahasiswa bukan hanya belajar di kelas tetapi harus aktif mengimplementasikan ilmunya ke dalam berbagai aktivitas luar kelas. Salah satu media di kampus yang bisa membangkitkan, menggali, dan mengembangkan

soft skill adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

2 “Soft Skill Tunjang Karier Jabatan,” dalam Warta Unair Nomor 26 Tahun III, Juli-Agustus 2007, hlm. 4

Sejak tahun 2008 mulai dimatangkan konsep soft skill yang akan diterapkan kepada mahasiswa Universitas Airlangga. Pada tahun tersebut pula mulai disusun buku tentang soft skill oleh para Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan se-Universitas Airlangga. Buku yang diberi judul Melejitkan Soft Skills Mahasiswa diharapkan akan menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan di Universitas Airlangga dalam rangka mengimplementasikan pembelajaran untuk menggali dan mengembangkan soft skill mahasiswa.

Melalui buku tersebut dijelaskan bahwa pengembangan soft skill mahasiswa dilakukan melalui empat kuadran pendidikan, yaitu kuadran intrakurikuler, ekstrakurikuler, kokurikuler, dan nonkurikuler. Kuadran paling penting untuk pengembangan soft skill adalah intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pengembangan soft skill melalui kegiatan intrakurikuler adalah melekat pada kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dalam kegiatan ini komitmen dosen untuk mengembangkan metode pembelajaran yang mengajarkan proses akan memberikan bekal soft skill dan lebih memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat untuk meningkatkan daya kompetisi lulusan saat harus kembali ke masyarakat. Pengembangan soft skill melalui kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi mahasiswa yang tidak dapat diwadahi dalam kegiatan intrakurikuler. Untuk mewadahi kegiatan ekstrakurikuler, dikembangkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).3 Menurut Prof. Dr. Muhammad Zainuddin, Apt. UKM diarahkan untuk tidak sekedar kumpulan para penghobi, tetapi juga harus punya prestasi. UKM harus bisa menjadi perangsang perkembangan soft skill mahasiswa.4

Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Fasich, Apt. menghendaki agar pengembangan soft skill dilakukan secara sistematis dan diikuti

3 Hartini dkk, op. cit., hlm. 28

4 “Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Drs. Apt.: Kedepan, UKM Harus Berprestasi,” dalam Warta Unair Nomor 26 Tahun III Juli-Agustus 2007, hlm. 4

oleh semua mahasiswa. Olah karena itu, perlu dibuat sebuah sistem yang mengharuskan mahasiswa terlibat dalam pengembangan soft skill untuk dirinya. Berawal dari keinginan Rektor, maka Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga kemudian menciptakan sistem yang harus diikuti oleh semua mahasiswa dalam rangka pengembangan

soft skill, yang diberi nama Sistem Kredit Prestasi (SKP). Dengan SKP, semua mahasiswa harus mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa diberi nilai dengan besaran tertentu. Nilai tersebut menjadi satu kesatuan dengan nilai yang diperoleh melalui proses pembelajaran di kelas. Selama mengikuti perkuliahan sampai lulus, mahasiswa harus mengumpulkan nilai yang telah ditentukan besarannya. Bagi mahasiswa yang belum bisa mengumpulkan nilai SKP maka kelulusannya akan ditunda.5

PPkmb: menyambut mahasiswa baru

Penyambutan mahasiswa baru di Universitas Airlangga memiliki riwayat yang panjang, dan kemungkinan sudah dimulai sejak cikal bakal universitas ini tumbuh pada masa kolonial Belanda. Pada tahun 1960-an kegiatan menyambut mahasiswa baru diisi berbagai kegiatan yang mengarah pada perploncoan, dengan nama kegiatan yang berubah-ubah. Namun, inti kegiatannya tetap sama, yaitu semua mahasiswa baru diperlakukan sebagai junior yang harus mau melakukan apa saja yang dikehendaki oleh senior mereka. Tidak jarang perintah-perintah yang diberikan oleh mahasiswa senior kepada junior mereka merupakan perintah yang menekan, bahkan tidak jarang disertai dengan berbagai ancaman fisik yang merugikan mahasiswa baru.

5 Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga, Pedoman Pelaksanaan Sistem Kredit Prestasi, (Surabaya: Direktorat Kemahasiswaan UNAIR, 2013).

Tahun 1990-an, nama kegiatan penyambutan mahasiswa baru adalah OSPEK, singkatan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Maksud kegiatan tersebut adalah mengenalkan mahasiswa baru kepada program studi yang mereka masuki, mulai dari model belajar, dosen, fasilitas kampus dan lain-lain. Namun, OSPEK sering kali juga masih diwarnai dengan kegiatan yang memiliki warna kekerasan dimana mahasiswa senior memperlakukan mahasiswa junior yang kadang tidak sewajarnya dan bersifat perploncoan. Tidak jarang kegiatan semacam itu menimbulkan korban mahasiswa junior, ada yang sakit atau pingsan saat mengikuti kegiatan.

Universitas A irlangga BHMN menginginkan kegiatan penyambutan mahasiswa baru yang kurang manusiawi dihilangkan. Kegiatan semacam itu dinilai tidak menghargai martabat manusia dan bisa membahayakan jiwa. Mengingat hal tersebut, maka sejak 2005 Universitas Airlangga mengubah OSPEK menjadi PKMB (Program Kebersamaan Mahasiswa Baru). Filosofi dari kegiatan tersebut adalah, mahasiswa baru Universitas Airlangga harus disambut sebagai anggota keluarga baru yang perlu diberi tahu berbagai hal tentang rumah baru mereka yaitu Universitas Airlangga. Mereka dibimbing sebagai seorang “adik baru” bukannya disikapi sebagai musuh. Dengan konsep baru tersebut, perlahan-lahan kasus-kasus negatif selama penyambutan mahasiswa baru bisa dikurangi. Tahun 2008, PKMB diubah menjadi PPKMB (Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru). Isi kegiatannya tidak berbeda jauh dengan PKMB, namun pelibatan pihak universitas dan fakultas jauh lebih banyak dibandingkan kegiatan sebelumnya yang lebih banyak melibatkan mahasiswa.

Pelibatan pihak universitas dan fakultas, dalam hal ini diwakili oleh Dosen yang diberi tugas, dimaksudkan untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan, sebagaimana ketika kegiatan penerimaan mahasiswa baru murni ditangani oleh mahasiswa. Dr. Seger Handoyo,

M.Si. dari Fakultas Psikologi sebagai salah satu pengkonsep PPKMB mengemukakan bahwa PPKMB merupakan modifikasi dari PKMB. Konsep PKMB yang diadopsi oleh PPKMB sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Penyesuaian diri seorang mahasiswa baru terhadap lingkungan kampus yang baru biasanya tergantung pada pribadi mahasiswa baru tersebut, dan organisasi atau universitas yang bersangkutan. PPKMB diadakan sebagai media untuk mengenalkan mahasiswa baru terhadap kampus baru mereka. Seger Handoyo mengutip perkataan mantan Menteri Pendidikan Daud Yusuf, bahwa masa sekolah adalah masa penanaman pengetahuan dan budaya. Pada masa itu seorang siswa hanya berperan sebagai penerima yang pasif. Sedangkan perguruan tinggi merupakan tempat pencarian ilmu

Pengukuhan Mahasiswa Baru Uniersitas Airlangga (Sumber: Pusat Informasi dan Humas UNAIR)

dan kebenaran, dimana mahasiswa diharuskan berperan aktif untuk mencari kebenaran dalam konteks ilmu pengetahuan.6

PPKMB dilaksanakan selama empat belas hari, dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan tingkat universitas dan tingkat fakultas. Dalam kegiatan tersebut mahasiswa tidak dikelompokkan per fakultas tetapi dibagi berdasarkan kelompok besar yang isinya mahasiswa dari berbagai fakultas. Dengan model semacam itu diharapkan mahasiswa akan saling kenal antara mahasiswa satu fakultas dengan mahasiswa fakultas lain. Mereka diajari agar tidak menjadi kelompok elitis berdasarkan fakultas. Selama satu minggu mahasiswa baru dibaurkan secara lintas fakultas dan pembinaannya dibagi ke dalam 14 fakultas. Dengan demikian, pada sebuah fakultas akan ada mahasiswa dari 14 fakultas yang berbaur. Setelah pembinaan secara bersama tersebut, barulah mereka dikembalikan ke fakultas masing-masing untuk mengikuti pembinaan selama satu minggu dengan materi pembinaan fakultas masing-masing.

Materi PPKMB tingkat universitas berisi antara lain seluk-beluk perguruan tinggi, sejarah dan organisasi Universitas Airlangga, visi dan misi Universitas Airlangga, akademik dan kemahasiswaan, fasilitas universitas, jatidiri, road map prestasi diri, penalaran, organisasi kemahasiswaan, etika akademik, pendayagunaan belajar di perguruan tinggi, pengetahuan antinarkoba, Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa, dan lain-lain. Sedangkan materi PPKMB di fakultas lebih menjurus pada hal-hal teknis perkuliahan, seperti bagaimana cara mengisi KRS, penjelasan spesifikasi mata kuliah, dosen, dan lain-lain. Prof. Dr. Ismudiono, drh., M.S. yang pada waktu itu menjabat sebagai Direktur Kemahasiswaan, sekaligus sebagai Ketua Program PPKMB 2008, mengemukakan bahwa sasaran utama kegiatan PPKMB adalah menanamkan jatidiri mahasiswa sebagai warga

6 “PPKMB, Mahasiswa Baru Perlu Sosialisasi Lanjutan,” dalam Warta Unair Nomor 37 Tahun IV, Agustus 2008, hlm. 1

Universitas Airlangga. Hal tersebut akan dapat dicapai jika mereka memahami visi dan misi, seluk-beluk organisasi Universitas Airlangga BHMN, aturan akademik universitas, dan lain sebagainya. Sasaran berikutnya adalah memupuk kebersamaan dan persatuan antar-mahasiswa sehingga dalam jangka panjang diharapkan terbentuk jalinan erat antar-mahasiswa untuk menumbuhkan sikap militan, yaitu ketangguhan dalam berjuang dan berusaha. Sikap tangguh, kebersamaan, dan kekompakan tersebut diharapkan akan terpateri seumur hidup ketika kelak mereka menjadi alumni Universitas Airlangga.7

PPKMB sebagai model baru penyambutan mahasiswa baru diharapkan bisa memutus rantai “kekerasan” yang kadang terjadi dalam pelaksanaan penyambutan mahasiswa baru model lama. Memutus rantai “kekerasan” antarangkatan dalam penyambutan mahasiswa baru harus dilakukan supaya efek negatif dalam kegiatan tersebut tidak menurun ke mahasiswa berikutnya. Upaya yang dilakukan oleh Universitas Airlangga yang mengemas kegiatan penyambutan mahasiswa dengan lebih akademis merupakan hal positif untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan kekritisan mahasiswa.

unit keGiatan mahasiswa: ajanG PenemPa bakat mahasiswa

Jauh sebelum lahirnya gagasan tentang pengembangan soft skill

oleh Universitas Airlangga, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) telah berkembang di universitas ini jauh-jauh hari. UKM merupakan lembaga di tingkat mahasiswa yang sengaja dibuat sebagai media untuk mengembangkan bakat dan minat mahasiswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Secara tidak langsung keterlibatan mahasiswa dalam

7 “PPKMB 2008: Langkah Awal Membangun Miloitansi Unair,” dalam Warta Unair Nomor 37 Tahun IV, Agustus 2008, hlm. 3

Pemilu Raya Mahasiswa Uniersitas Airlangga: Memilih Pengurus BEM dan BLM (Sumber: Pusat Informasi dan Humas UNAIR)

berbagai kegiatan yang dilakukan oleh UKM merupakan bagian dari pengembangan soft skill.

Secara umum kegiatan ekstrakurikuler dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa), meliputi Badan Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa (BEM-KM), Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM Fakultas), dan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM Fakultas). Berbagai organisasi mahasiswa tersebut menjadi ajang bagi mahasiswa untuk berorganisasi selama menjadi mahasiswa Universitas Airlangga. Melalui organisasi-organisasi tersebut mahasiswa berlatih kepemimpinan dan berlatih mengelola berbagai permasalahan yang dihadapi dalam berorganisasi.

Kedua, Kegiatan Penalaran dan Keilmuan. Kegiatan penalaran dan keilmuan bertujuan menanamkan sikap ilmiah kepada mahasiswa. Kegiatan ini berkonsentrasi melatih mahasiswa untuk mendalami bidang penelitian dan penulisan ilmiah. Puncak berbagai kegiatan penalaran dan keilmuan adalah pada ajang kegiatan tahunan Pekan

Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Selain dalam ajang PIMNAS, kegiatan bertaraf nasional yang sering diikuti oleh mahasiswa Universitas Airlangga dalam bidang penalaran dan keilmuan antara lain Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM), Pengembangan Kreativitas Mahasiswa (PKM), Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa (PPKM), dan Debat Bahasa Asing.

Ketiga, Pengembangan Bakat, Minat, dan Kemampuan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam manajemen praktis, berorganisasi, menumbuhkan apresiasi terhadap olah raga dan seni, kepramukaan, belanegara, cinta alam, jurnalistik, dan lain-lain. Kegiatan pengembangan Bakat, Minat, dan Kemampuan oleh Universitas Airlangga ditampung dalam UKM yang jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 jumlah UKM di Universitas Airlangga sebanyak 30 unit kegiatan, dan pada 2015 bertambah menjadi 34 unit kegiatan.

Prestasi mahasiswa Universitas Airlangga dalam bidang minat dan bakat, yang tergabung dalam UKM cukup membanggakan. Pada Juni 2009, tim Bola Basket Universitas Airlangga yang tergabung dalam UKM Bola Basket berhasil memborong juara pada LA Light Campus League. Kemenangan tersebut tidak lepas dari pembinaan pelatih UKM Bola Basket, Aries Herman. Pada tahun sebelumnya, UKM Bola Basket juga keluar sebagai Juara II dalam Kejuaraan Nasional Basket Mahasiswa di Bogor. Tim bola basket Universitas Airlangga merupakan tim yang cukup tangguh dalam setiap kejuaraan basket tingkat mahasiswa. 8

Pada Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional (POMNas) XI-2009 di Palembang, tiga mahasiswa Universitas Airlangga berhasil meraih medali emas. Mereka adalah Aria Damarjana, mahasiswa Hubungan

8 “LA Light Campus League 2009: Tim Basket Unair Borong Juara,” dalam Warta Unair Nomor 46 Tahun V, Juni 2009, hlm. 9

Internasional FISIP Universitas Airlangga berhasil meraih medali emas untuk cabang renang nomor 50M gaya punggung. Ia juga berhasil meraih medali perak untuk nomor estafet 4x100 gaya ganti dan estafet 4x100 gaya bebas, serta meraih medali perunggu untuk nomor 100 meter gaya punggung. Farisah Asfarina, mahasiswa Departemen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga meraih medali emas untuk cabang panahan nomor Compound 90 meter putri. Ia juga berhasil menambah medali perunggu untuk nomor Perpani (Tradisional). Aditya Tegar Pesona, mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, menyumbangkan satu medali emas di cabang tenis untuk nomor ganda putra, berpasangan dengan Agung Bagus D (Universitas Negeri Malang).9 Keberhasilan mahasiswa Universitas Airlangga dalam ajang POMNas XI tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan pembinaan UKM di perguruan tinggi ini.

Prestasi sangat membanggakan diraih oleh Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA/UKM Paduan Suara), yang pada yang pada 30 Oktober 2010 berhasil meraih tiga kategori juara dalam 24th Prague Cantat International Competition, yang merupakan kompetisi paduan suara tingkat internasional. Kompetisi tersebut diikuti oleh 21 tim dari 12 negara, dan Universitas Airlangga meraih tiga kategori juara yang diikuti, yaitu di kategori Folklore meraih Gold Champion

(Juara I), di kategori Big Mixed Choire meraih Gold Band (Juara II), dan satu penghargaan khusus pada kategori koreografi. Indonesia diwakili oleh tiga tim paduan suara, yaitu Paduan Suara Universitas Airlangga, Paduan Suara Universitas Padjadjaran, dan Paduan Suara Universitas Bina Nusantara. Pada kategori Folklore atau lagu rakyat, PSUA

9 “Prestasi Mahasiswa Unair di POMNas XI-2009: Tiga Atlet, Tiga Emas,” dalamWarta Unair Nomor 50 Tahun V, Oktober 2009, hlm. 10

0

membawakan lagu Macepet-cepetan (Bali), Ugo-ugo (Banyuwangi), Athoi Porosh (Dayak), dan Gai Bintang (Madura).10

Menurut Pembina PSUA, Drs. Marcelino Rudyanto, Ph.D., M.Si., Apt., untuk bisa mengikuti kompetisi tingkat dunia tersebut jalan yang ditempuh tidaklah mudah. Persiapan awal dilakukan dengan menyeleksi penyanyi yang akan dikirim, dari 200 anggota PSUA pada akhirnya hanya diambil 37 penyanyi. Mereka merupakan hasil seleksi yang amat ketat, sehingga merupakan penyanyi terbaik dari anggota PSUA. Setelah terpilih mereka harus menjalani latihan selama enam bulan berturut-turut, di tengah-tengah kesibukan kuliah. Tim PSUA nyaris gagal berangkat karena persoalan dana. Namun, akhirnya bisa berangkat dengan cara masing-masing anggota

10 “PSUA Raih Tiga Juara di Cekoslowakia: Bukan Jago Kandang Diakui Internasional,” dalam Warta Unair Nomor 62 Tahun VI, November 2010, hlm. 4

Paduan Suara Uniersitas Airlangga pada 8th International Warsaw Choir Festival “Varsovia Cantat” yang berlangsung di Warsawa, - Oktober 0

kontingen harus merogoh kocek pribadi untuk menambah dana. Masing-masing anggota kontingen harus iuran sekitar 4 juta rupiah per orang untuk menambah dana yang dibutuhkan. Selain persoalan dana, kendala yang kedua adalah sulitnya memperoleh visa. Pada akhirnya semua persoalan bisa diatasi, dan tim PSUA bisa terbang ke Cekoslowakia dalam dua gelombang. Gelombang pertama berangkat tanggal 27 Oktober 2010, gelombang kedua berangkat tanggal 29 Oktober 2010. Gelombang kedua berangkat pada waktu yang amat mepet dengan pelaksanaan kejuaraan, namun pada akhirnya mereka bisa mengatasi persoalan yang dihadapi dan berhasil menyabet juara internasional.11 Melalui PSUA, Universitas Airlangga menggema di kancah internasional.

UKM lain yang turut mengibarkan Universitas Airlangga di kancah dunia adalah UKM Wanala (Mahasiswa Pencinta Alam). Prestasi internasional Wanala mulai diukir tahun 1994 dengan menaklukan Puncak Jaya Wijaya (Cartenz-4884 mdpl) di Papua. Dilanjutkan dengan menaklukan Puncak Uhuru Kilimanjaro (5895 mdpl), bertepatan dengan Dies Natalis Universitas Airlangga ke-55 dan Hari Pahlawan 10 November 2009. Tahun 2011 Wanala kembali menorehkan prestasi internasional dengan menaklukan Puncak Mount Elbrus di Rusia, yang merupakan puncak tertinggi di Eropa. Ekspedisi Elbrus mendapat dukungan penuh dari PT Semen Gresik yang menjadi sponsor utama. PT Semen Gresik tertarik mendukung ekspedisi Wanala Universitas Airlangga karena efek dari pendakian tersebut memiliki nilai kebanggaan tinggi terhadap keharuman bangsa dan negara. Dengan dukungan PT Semen Gresik maka nama

Dalam dokumen Unduhan – Direktorat Sumberdaya Manusia (Halaman 133-177)

Dokumen terkait