Anak bertumbuh dan berkembang bersama dengan situasi alam di sekitarya, bukan di suatu ruang hampa, oleh karena itu proses pendidikan seharusnya memanfaatkan lingkungan sekitar, karena alam semesta dan segala unsurnya merupakan sumber belajar yang tidak pernah ada habisnya untuk dipelajari. Tujuan melakukan penggalian sekitar adalah untuk melihat, mendengarkan, menyerap, serta mendokumentasikan kekayaan nilai-nilai kearifan lokal dalam bentuk tradisi, budaya, hasil karya, sumber daya manusia dan juga kekayaan sumber daya alam yang ada pada suatu wilayah.
Kegiatan penggalian kekayaan alam dan budaya sekitar dilakukan oleh seluruh pihak yang peduli pendidikan dan hasilnya dapat digunakan oleh sekolah (kepala sekolah dan guru), orang tua dan masyarakat dalam merancang dan melaksanakan Pendidikan Karakter Kontekstual.
Prinsip-Prinsip Dalam Menggali Kekayaan Alam dan Budaya Sekitar:
Berdialog dengan narasumber . Untuk mendapatkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan, maka disarankan untuk menggali informasi kepada narasumber yang berkompeten dibidangnya atau yang memiliki cukup informasi tentang hal yang ingin dipelajari. Membangun proses dialog dalam suasana persahabatan dengan narasumber, sehingga akan terbangun saling kepercayaan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari narasumber.
Menghindari gaya dan cara-cara menggali informasi dengan menempatkan diri sebagai peneliti dari luar. Demikian juga semaksimal mungkin menghindari kalimat-kalimat pertanyaan yang formal, melainkan menggunakan bahasa dan pilihan kata yang sederhana, bahkan yang mungkin kata-kata dan bahasa yang biasa digunakan oleh penduduk atau masyarakat setempat. Menempatkan
Page | 56
diri sebagai sahabat yang ingin belajar, mendengarkan dengan kerendahan hati, berdiskusi bukan mengurui untuk mendapatkan informasi lengkap dan otentik.
Bila perlu dapat menggunakan pendekatan tinggal bersama masyarakat. Sehingga dapat melakukan wawancara mendalam dengan bercakap-cakap (‘ngobrol’ santai), melakukan observasi lingkungan dan jelajah alam sekitar, melakukan diskusi kelompok, ataupun terlibat dalam kegiatan bersama masyarakat, ikut bermain dengan anak, memperkaya informasi dengan membaca dokumen dan mendiskusikannya dengan narasumber.
Studi etnografi. Untuk memperkaya dan memperdalam hasil penggalian informasi mengenai lingkunganalam sekitar yang dapat dipadukan dengan kajian etnografi yang dilakukan secara terpisah dengan melibatkan tokoh-tokoh budaya, akademisi, aktivis ataupun para pakar dibidangnya. Selain itu dapat juga memperkaya hasil penggalian informasi dari hasil kajian yang dilakukan oleh pihak lain sebelumnya di wilayah tersebut.
Langkah-langkah Menggali Kekayaan Lingkungan Sekitar:
▪ Memetakan potensi sumber daya yang ada di masyarakat yang dapat mendukung pengembangan dan pelaksanaan pendidikan Karakter Kontekstual (anak, keluarga, sekolah, masyarakat, tokoh masyarakat/agama/adat, pemerintah, dan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, dan lain-lain)
▪ Menemukan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal setempat yang meliputi alam hayati, alam fisik, praktik budaya, kehidupan sosial masyarakat, kehidupan beragama, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan Pendidikan Karakter Kontekstual.
▪ Menemukan pengetahuan, pandangan hidup dan tradisi masyarakat yang berhubungan dengan pola pengasuhan dan pendidikan karakter yang dapat dikembangkan untuk pola pengasuhan dan pendidikan karakter untuk masa
Page | 56
kini. Informasi yang dikumpulkan antara lain seperti yang digambarkan di bawah ini:
Page | 56
Mengolah hasil kajian lingkungan sekitar dengan teknik sederhana sebagai berikut: ▪ Menganalisis semua catatan informasi yang didapatkan dengan membuat
rangkuman hasil kajian
▪ Menemukan pola-pola persepsi masyarakat, misalnya tentang pendapat masyarakat terhadap kedudukan anak
▪ Menemukan informasi-informasi yang saling mendukung (terhubung) ▪ Menemukan informasi yang saling bertentangan (kontradiksi)
▪ Melakukan triangulasi untuk menguji validitas informasi, caranya: dengan membandingkan informasi dengan topik yang sama kepada informan berbeda, atau membandingkan informasi dengan topik yang sama melalui teknik pengumpulan informasi yang berbeda, misalnya antara hasil wawancara dengan hasil diskusi kelompok, dan lain-lain. ▪ Membuat kesimpulan-kesimpulan seperti: deskripsi nilai-nilai budaya
yang menjadi ciri khas masyarakat setempat, pandangah hidup –
pengetahuan & tradisi berbuat masyarakat, kehidupan masyarakat sehari-hari yang dapat menjadi sarana membangun karakter anak, praktik kehidupan beragama yang dapat meningkatkan keimanan dan membangun sikap toleransi, kekayaan alam fisik dan alam hayati yang dapat menjadi sarana belajar bagi anak-anak, dan lain sebagainya. ▪ Membuat laporan
Catatan:
Untuk memahami lebih dalam tentang kajian kualitatif dapat dibaca referensi-referensi terkait, baik melalui buku-buku maupun
Page | 56
Menggunakan Hasil Kajian
Hasil kajian ini digunakan untuk membantu para guru, orangtua dan masyarakat dalam merancang dan melaksanakan Pendidikan Karakter Kontekstual.
▪ Informasi tentang pandangan hidup masyarakat, pengetahuan dan tradisi baik berbuat yang dimiliki masyarakat akan menolong dalam menentukan nilai-nilai karakter khas yang akan dikembangkan
▪ Informasi tentang kekayaan alam hayati dan alam fisik, kegiatan-kegiatan kebudayaan, kegiatan sehari-hari di dalam masyarakat, kehidupan beragama dapat membantu guru, orangtua dan masyarakat dalam merancang aktifitas pembelajaran kontekstual
▪ Informasi tentang karakteristik anak, tipe belajar dan potensi unik anak-anak digunakan untuk menuntun dalam pemilihan metode, jenis kegiatan dan media belajar yang tepat.
▪ Informasi tentang manajemen sekolah, potensi para guru, proses belajar mengajar yang ada dapat menjadi acuan dalam menentukan titik tumpu pendampingan sekolah untuk mencapai perkembangan atau perubahan yang diinginkan
▪ Informasi tentang harapan dan komitmen mitra kunci dan mitra kerjasama lainnya dalam pengembangan dan pelaksanaan Pendidikan Karakter Kontekstual
Gambar di samping adalah contoh hasil penggalian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal di wilayah Kabupaten Jayawijaya6 Provinsi Papua, yang hasilnya kemudian dikompilasi dan dibukukan. Dengan telah tersedianya informasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam bentuk buku seperti ini, maka dalam menerapkan Pendidikan
Karakter Kontekstual guru menjadi lebih mudah dan dapat langsung menggunakannya (tanpa
6Pendidikan Karakter Kontekstual di Kabupaten jayawijaya dikenal dengan istilah Pendidikan Pakima Hani Hano (Bersekutu itu indah) yang dinisiasi sejak tahun 2012 dengan ujicoba di 12 Sekolah Dasar. Model pendidikan yang mengintegrasikan perlindungan anak dan perdamaian.
Page | 56
harus melakukan proses pencarian dan pendokumentasian) untuk merancang kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam mata pelajaran. Dalam penyajiannya, buku cerita ini dilengkapi dengan buku panduan untuk guru
memfasilitasi menggunakan buku cerita tersebut. Saat ini terdapat 4 (empat) serial Buku “Dari Timur ke Timur, Cerita Rakyat Lembah Balim” yang dapat digunakan guru dan juga sebagai
sumber bacaan bagi siswa SD.
Contoh lainnya adalah penggunaan Hasil Kajian alam dan budaya Sekitar untuk membuat aneka Kegiatan Pembelajaran aktif – kreatif – kontekstual.