• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hal-hal yang Menghambat Sel Disclosure

Budiyatna dan Mutmainnah (2004:7.14) mengungkapkan sejumlah faktor yang menghambat individu untuk melakukan self disclosure, antara lain sebagai berikut:

a. Societal bias (bias masyarakat)

Yang menyebabkan untuk melakukan self disclosure adalah kita

memiliki societal bias yang telah terinternalisasi, kita telah dikondisikan untuk menolah self disclosure oleh masyarakat di mana kita tinggal. Societal bias ini tercermin pada evaluasi kita terhadap perilaku penyingkapan diri yang dilakukan pria dan wanita. Misalnya wanita yang mengingkapkan diri umumnya dinilai positif, sedangkan sebaliknya pria mendapat penilaian negatif.

b. Kekhawatiran akan hukuman

Banyak orang enggan melakukan self disclosure karena khawatir akan mendapatkan hubungan, umumnya dalam bentuk penolakan. Kita khawatir orang lain akan menertawakan atau berbisik-bisik tentang kita jika kita menyingkapkan diri bahkan kekha watiran ini bisa berbentuk kekuatan akan kehilangan pekerjaan atau teman.

c. Kekhawatiran akan self-knowledge (Pengetahuan tentang diri)

Alasan lain yang mungkin menghambat self disclosure adalah apa

yang disebut Egan dengan kekhawatiran akan self disknoeledge. Kita telah membangun gambaran yang indah dan rasional tentang diri kita, yang menekankan aspek positif dan meminimalkan aspek negatif. Self disclosure sering memaksa kita untuk melihat yang indah dan rasional tentang diri kita, yang menentukan aspek positif dan negatif yang sebelumnya tersembunyi. Self disclosure akan memberikan perspektif baru tentang diri kita sendiri. 6. Teori Self disclosure

Menurut Liliweri (1997:48) menjelaskan berbagai teori yang berkenaan dengan hubungan antar manusia adalah Teori Self disclosure yaitu teori ini sering disebut teori Johari Window. Para pakar beranggapan bahwa kepribadian menganggap bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara manusiawi. Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat dalam gambar berikut:

Saya tahu Saya tidak tahu

Orang lain tahu 1. Terbuka 2. Buta

Orang lain tidak tahu 3. Tersembunyi 4. Tidak dikenal

Berdasarkan gambar di atas dapat diasumsikan sebagai berikut:

a.Bingkai 1, menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain,

keterbukaan itu di sebabkan dua pihak (saya dan orang lain) sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan dan lain- lain. Johari menyebutnya “bidang terbuka”, suatu bingkai yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi.

b. Bingkai 2, adalah bidang buta, orang tua merupakan orang yang tidak

mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui banyak hal tentang dia.

13

c. Bingkai 3, Disebut bidang tersembunyi yang menunjukkan keadaan bahwa

pelbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain

d. Bingkai 4, disebut bidang tidak dikenal yang menunjukkan bahwa pelbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain.

Model jendela Johari dibangun berdasarkan delapan asumsi yang berhubungan dengan prilaku manusia. Asumsi-asumsi itu menjadi landasan berpikir para kaum humanistik, di mana asumsi-asumsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Asumsi 1, pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan secara

holistik, artinya kalau kita hendak menganalisis perilaku manusia maka analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggal-penggal.

b. Asumsi 2, Apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang hendaklah

dipahami melalui persepsi dan perasaan tertentu, meskipun pandangan itu subjektif.

c. Asumsi 3, Perilaku manusia lebih sering emosional bukan rasional.

Pendekatan humanistik terhadap perilaku sangat menekankan betapa pentingnya hubungan antara faktor emosi dengan perilaku

d. Asumsi 4, setiap individu atau sekelompok orang sering tidak menyadari

bahwa tindakan-tindakanna dapat menggambarkan perilaku individu atau kelompok tersebut. Oleh karena itu, para pakar aliran humanistik sering mengemukakan pendapat mereka bahwa sering individu atau kelompok perlu meningkatkan kesadaran sehingga mereka dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.

e. Asumsi 5, faktor- faktor yang bersifat kualitatif misalna derajat penerimaan antar pribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia.

f. Asumsi 6, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh proses

perubahan perilaku bukan oleh struktur perilaku. Berdasarkan asumsi ini maka teori-teori yang dikembangkan oleh kaum humanistik selalu mengutamakan tema-tema perubahan dan pertumbuhan perilaku manusia.

g. Asumsi 7, kita dapat memahami prinsip-prinsip yang mengatur perilaku melalui pengujian terhadap pengalaman yang dialami individu. Cara ini relatif lebih baik daripada kita memahami perilaku melalui abstraksi secara deduksi. Asumsi ini mengingatkan kita, bahwa empiris fenomenologis terhadap perilaku melalui pengamatan empiris dari pelbagai pengalaman masih kuat daripada suatu sekadar mengabstraksi perilaku manusia semata-mata

h. Asumsi 8, perilaku manusia dapat dipahami seluruh kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini berkaitan erat dengan asumsi pertama yang menganjurkan suatu pendekatan yang holistik terhadap perilaku manusia.

Bingkai-bingkai dari jendela Johari tersebut dapat digeser sehingga ruang-ruang 1,2,3 dan 4 dapat dibesarkan dan dikecilkan untuk menggambarkan tingkat keterbukaan individu dan penerimaan orang lain terhadap individu.

Facebook

Dalam situs facebook.com dinyatakan bahwa Facebook adalah sarana sosial yang menghubungkan orang-orang dengan teman dan rekan mereka lainnya yang bekerja, belajar, dan hidup di sekitar mereka.

Sedangkan dalam Wikipedia dijelaskan bahwa Facebook adalah sebuah situs web jejaring sosial populer yang diluncurkan pada 4 Februari 2004.

Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard

kelahiran 14 Mei 1984 dan mantan murid Ardsley High School. Pada awal masa kuliahnya situs web jejaring sosial ini, keanggotaannya masih dibatasi untuk mahasiswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Universitas Boston, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat-e suatu universitas (seperti: .edu, .ac, .uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga

15

bergabung dengan situs jejaring sosial ini. Selanjutnya dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan alamat surat apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah geografis.

Situs social networking atau jejaring sosial ini begitu popoler buat pengguna internet, hampir setiap orang yang dapat mengakses internet mempunyai account di facebook. Berbagai fasilitas yang diberikan facebook seperti berkomunikasi melalui chat, atau berbagi informasi dengan mengupdate status, bersilaturahim dengan kawan dan kerabat, juag bisa menemukan teman baru. Mengirim dan menerima email juga bisa dilakukan, selain berbagi / sharing foto, video, informasi kegiatan, mengundang teman untuk acara atau kegiatan lainnya, bahkan bisa dijadikan sarana promosi. Selain menawarkan berbagai macam fasilitas, keamanan data pengguna facebook juga mempunyai level yang baik, dimana hanya teman yang masuk dalam daftar list yang bisa mengakses data kita.

Pengertian Remaja

Hurlock (1996:206) menjelaskan istilah remaja atau adolesence berasal dari bahasa latin adolencrere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam pengertian yang lebih luas mencakup kematangan mental sosial dan fisik.

Mappiare (tanpa tahun:25) mengemukakan sebelas masa rentang kehidupan dan masa remaja dibagi dalam dua kategori yang termasuk rentang ketujuh dan delapan, yaitu masa remaja awal; usia 13 tahun sampai 16 tahun dan masa remja akhir; usia 17 tahun sampai 21 tahun.

Pendapat yang mengenai pembagian masa remaja dikemukakan oleh Gilmer (dalam Sulaiman, 1995:3). Gilmer membagi masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu masa pra remaja (pre adolescence) berkisar antara usia 10 sampai 13 tahun, masa remaja awal berkisar antara usia 13 sampai 17 tahun, dan masa remaja akhir berkisar antara usia 18 sampai 21 tahun. Hal ini berlaku bagi

remaja laki- laki yang biasa mencapai kematangan lebih lambat daripada remaja wanita. Sedangkan untuk remaja wanita yang biasa matang lebih cepat, pembagiannya adalah pra remaja (pre adolescence) datang pada usia 10 sampai 11 tahun, remaja awal antara usia 12 sampai 16 tahun, dan remaja akhir antara usia 17 sampai 21 tahun.

Karakteristik Anak Usia Remaja

Menurut Desmita (2010:37) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering disebut dengan masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

b. Dapat menerima dan belajar pesan sosial sebagai pria atau wanita dewasa

yang dijunjung tinggi oleh masayarakat

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dewasa linnya

e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan

kemampuannya

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan

memiliki anak

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan sebagai warga negara

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam

bertingkah laku.

j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.

Dokumen terkait