Setelah masuk Islam, Suwi mengganti namanya menjadi Maryam Tusi Wihdan. Ia banyak menulis artikel di beberapa harian Jepang, diantaranya harian Min Kai, Asahi, dan Minchi. Dia memiliki kelompok kajian, dialog dan debat pemikiran dan memiliki sumbangan kebudayaan yang nyata. Suwi sangat terkenal di Jepang, dia pernah belajar filsafat pada fakultas sastra di Universitas Kai, Jepang. Setelah tamat dia bekerja sebagai direktur sebuah perusahaan yang bernaung di bawah komunitas spiritual yang bernama “Sukyo Mahari”
Dia telah menulis lebih dari 10 buku tentang filsafat dan agama. Di antaranya “Kisah Pesawat Satul”, “Persepsi”, “Telur semesta”, dan “Serba Singkat tentang Buddhisme”. Studinya menuntunnya untuk selalu merenungkan alam semesta. Di saat yang bersamaan dia sampai pada kesimpulan bahwa filsafat sebenarnya tidak berguna bagi masyarakat dari
segi implementasi. Dia berusaha mengaitkan antara filsafat dengan realitas kehidupan manusia. Dia juga mendirikan ikatan kebudayaan yang mendedikasikan kegiatan ilmiahnya untuk masyarakat. Dia juga banyak menulis buku-buku tentang dunia roh dan banyak diundang untuk menyampaikan kuliah mengenai hal ini.
Berikut penjelasan Suwi mengenai perhatiannya terhadap agama. Ketika aku masih berumur 15 tahun, aku mulai bertanya tentang hakikat jiwa manusia dan arti kehidupan dan kematian. Ketika aku berumur 38 tahun, aku merasakan panggilan nuraniku dan terus berlanjut sehingga perasaanku semakin kuat mendorong untuk mengetahui tentang Tuhan.
Aku kemudian tenggelam dalam perenungan ini, sementara kebanyakan orang Jepang percaya bahwa ilmu adalah segalanya. Oleh sebab itu aku ingin menyampaikan keterangan tentang keberadaan Tuhan dengan teknik tematik.
Aku kemudian mempelajari fisika, namun aku mendapatkan kenyataan bahwa ilmu yang telah mencapai pencapaian luar biasa pada tataran alam materi yang dapat diindera ini ternyata tak berdaya dalam menerangkan alam gaib.
Aku kemudian mempelajari psikologi, aku mendalami studi mengenai persepsi dan perasaan manusia. Ternyata di dalam ilmu ini, yang menjadi kawasan terdekat dengan pengetahuan akan Pencipta alam semesta dan keberadaan-Nya tetap kutemukan keterbatasan. Meskipun aku tetap yakin akan bahwa Tuhan pasti ada, karena aku merasa Dia secara tidak langsung telah mengajariku bahwa Dialah Sang Pencipta, namun aku tidak dapat menegaskan kebenaran atas apa yang kurasakan, karena aku tinggal di dalam masyarakat penyembah berhala yang tidak mengetahui hal-hal seperti itu.
Penulis Jepang ini juga menambahkan bahwa perhatiannya terhadap masalah inilah yang membuat dirinya menulis sebuah buku filsafat berjudul “Eksistensi Mr. X” yang terbit 15 tahun lalu.
Berikut komentarnya mengenai buku tersebut.
Di dalam buku itu aku berusaha menerangkan dengan cara yang sederhana bahwa alam semesta pasti memiliki Pencipta, aku juga menyandarkan keteranganku dengan fakta ilmiah yang dapat dikaji dan dikaitkan satu sama lain untuk membantu memahami masalah ini. Aku terus melakukan kajian terhadap segala yang ada. Aku berkata kepada diriku, jika seandainya ada sebuah super komputer yang mengatur hubungan antara benda-benda di alam semesta, dan hubungan antara bumi dengan planet-planet lain, serta hubungan planet-planet dengan alam semesta, pastilah akan ditemukan keserasian yang luar biasa dalam alam semesta, maka harus ada “Sesuatu” Yang Menciptakan super
Aku lalu mendalami teologi dan mempelajari perbandingan agama dimana aku dapat menemukan pembahasan tentang Tuhan dalam setiap agama. Bahkan ungkapan “Tuhan” juga dikenal dalam bahasa Jepang yang menunjukkan suatu Dzat yang berkaitan dengan “Langit”. Aku menemukan adanya persepsi yang saling berhubungan tentang wujud Tuhan dalam agama-agama kuno dan dalam kebanyakan peradaban. Aku akhirnya memutuskan untuk datang ke Mesir guna mengkaji peninggalan Mesir kuno di Luxor dan Aswan.
Setelah aku sampai di Kairo, sejak hari pertama aku menginjakkan kaki di sana aku tertarik dengan suara adzan yang dikumandangkan pada waktu-waktu tertentu. Dan kulihat orang-orang segera melakukan shalat setelah adzan. Aku sering berdiri di depan shaf untuk melihat orang-orang itu melakukan shalat. Seketika aku yakin bahwa orang-orang inilah yang benar-benar percaya kepada Tuhan yang selama ini kucari-cari. Aku mulai banyak membaca dan mempelajari Islam sampai aku merasa bahwa diriku membutuhkan lebih banyak lagi bacaan tentang agama ini. Aku memperpanjang kunjunganku di Luxor dan Aswan untuk mempelajari buku-buku Islam dengan menggunakan jasa dua orang penerjemah. Setiap kali aku membaca atau mendengar tentang agama ini, keyakinanku semakin bertambah bahwa aku telah menemukan agama yang selama ini kucari-cari. Aku tidak lagi memerlukan kajian terhadap agama Mesir kuno dan lainnya. Aku kini berkonsentrasi membaca buku-buku tentang Islam dan menulis sebuah buku tentang Islam setelah aku menerima anugerah dari Allah. Buku yang kutulis kelak akan kuberi judul “Jalan menuju Islam” yang berisi kisah berjalanku dari kesesatan menuju cahaya hidayah. Aku harus tinggal di Kairo untuk mengumpulkan bahan bukuku ini, karena aku telah berjanji kepada diriku untuk menyampaikan pengalaman ini kepada khalayak sesampainya aku di Jepang nanti.
Sesuatu yang terpenting yang kuketahui bahwasannya salah satu syarat keislaman seseorang adalah keharusan untuk mempercayai seluruh Nabi-nabi terdahulu. Di sini aku mengerti bahwa Islam adalah risalah yang diserukan oleh para Nabi semenjak Adam as sampai Muhammad Saw. Hal ini adalah hal terpenting yang kudapat dari Islam disamping keluhuran kandungannya dan kebenaran seruannya terhadap kemanusiaan.
Setelah memeluk Islam, aku merasakan ketenteraman jiwa, kebahagiaan, dan ketenangan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Saat ini, aku sangat memperhatikan hal ini. Aku akan memperkaya pengetahuanku tentang Islam dan akan kubawa risalah ini ketika aku pulang ke Jepang. Semoga Allah memberi hidayah kepada orang-orang Jepang.