• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI

C. Mengungkap Makna Simbolis melalui

Tingkah laku manusia dalam kesehariannya selalu menghasilkan simbol. Aktivitas manusia dalam segala aspek kehidupannya, juga memunculkan penampakkan simbol.

Sebagai contoh, seseorang berolah raga di pagi hari, itu menyimbolkan seseuatu. Contoh lain, seorang wanita berdandan sebelum beraktivitas di luar rumah, itu juga menyimbolkan sesuatu. Misal lagi, pegawai atau karyawan kantor, ada yang bekerja dengan giat dan ada yang bekerja dengan malas, itupun juga menyimbolkan sesuatu.

Termasuk juga di dalamnya, perilaku manusia yang melibatkan unsur kebendaan atau unsur material, itupun juga menyimbolkan sesuatu. Seperti contohnya bangunan-bangunan bersejarah, seperti gedung, candi, gereja dan masjid, bangunan-bangunan tersebut merupakan hasil atau perwujudan tingkah laku orang yang hidup pada zamannya, dimana bangunan tersebut menunjukkan simbol tertentu yang mengandung makna dari sang pembuatnya.

Media-media simbolis tersebut, baik yang berupa perilaku maupun kebendaan, ketika ditelaah secara lebih dekat dan kompleks akan melahirkan kandungan makna yang sama ataupun beragam, serta akan memicu reinterpretasi baru yang kemudian akan memperkaya pemaknaannya. Gagasan dan pemikiran yang berada di dalam koridor interaksionisme

simbolik, adalah memuat cara-cara dan metode-metode ilmiah untuk mengungkap dan memahami makna yang terkandung di dalam simbol-simbol tersebut.29

Adapun selanjutnya, akan diuraikan beberapa cara atau metodologi yang berimplikasi dengan interaksionisme simbolik untuk mengungkap makna simbolis :

1. Perspektif Sosio-psikologis

Dalam proses memahami makna simbolis, perspektif sosio-psikologis menekankan pada pola dugaan. Artinya, individu dalam melakukan tindakan, baik secara personal ataupun yang melibatkan benda sebagai unsur material, seluruhnya dimunculkan oleh anggapan bahwa dirinya adalah sebuah hakikat.30

Individu yang menganggap dirinya adalah sebuah hakekat, maksudnya adalah bahwa dalam proses berpikir, berdialog dengan diri sendiri sebelum memutuskan bertindak, dia memposisikan dirinya sebagai kebenarannya. Itu sebabnya, respon terhadap simbol yang ditangkap oleh panca inderanya merupakan pemaknaan yang muncul dari

29 Umiarso & Elbadiansyah, Interak sionisme Simbolik dari Era Klasik hingga Modern, (Depok; PT Rajagrafindo Persada, 2019), hlm. 207

30 Siti Shahilatul Arsy, “Urgensi Muhasabah (Intropeksi Diri) di Era Kontemporer (Studi Ma’anil Hadis)”, Karya Ilmiah Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fak ultas Ushuluddin dan Pemik iran Islam UIN Sunan Kalidjaga Jogja (2014), hlm. 25

unsur batinnya. Batin yang dimaksud di sini tentunya adalah batin yang sadar telah menerima informasi dan pengetahuan dari pengalaman langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang terkait.31

2. Perspektif Interaksional

Perspektif interaksional ini memberikan penekanan pada proses interaksi sosial. Dengan adanya saling berinteraksi dan berkomunikasi, maka antara individu satu dengan individu lainnya, atau antara kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat yang lain, akan memiliki kesepakatan-kesepakatan bersama (secara akumulatif) terhadap makna dari simbol-simbol yang ada.32

3. Perspektif Berpikir ala Evolusionisme Darwin Perspektif ini menunjukkan bahwa kerangka berpikir manusia sama dengan kerangka teori evolusi Darwin. Teori evolusi Darwin menyebutkan bahwa makhluk hidup mengalami perubahan bentuk fisik setelah menjalani proses kehidupan yang sangat lama, bahkan bisa melewati beberapa

31 Ibid, hlm. 29

32 Nina Siti Salmaniah Siregar, “Kajian tentang Interaksionisme Simbolik”, Jurnal Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Medan Area 4 (2011), hlm. 105-106

generasi.33 Dalam konteks ini peneliti tidak membicarakan benar atau salahnya teori evolusi Darwin, akan tetapi hanya meminjam konsepnya saja.

Adapun kaitannya dengan pemaknaan simbol adalah, bahwa memaknai dengan cara berpikir merupakan sebuah proses “perjalanan” panjang yang berlangsung sangat lama, bahkan sampai antar generasi.34 Dalam proses berpikir yang sangat lama itu, manusia selalu melakukan beberapa kali adaptasi guna menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, sehingga sering terjadi perubahan sifat dan karakteristik dalam pola berpikirnya.

4. Konsep Definisi Situasi

Konsep ini berawal dari munculnya teori tentang hubungan antara stimulus dan respon.

Tindakan manusia adalah respon dari stimulus yang diterima. Stimulus tersebut dapat berupa situasi, keadaan, benda, lingkungan, dan lain sebagainya.

Hanya saja, perbedaan yang ada pada konteks interaksionisme simbolik adalah, bahwa ketika

33 https://inet.detik.com/science/d-4935429/mengenal-charles-darwin-pencetus-teori-evolusi-yang-disalahpahami (diakses Kamis, 19 November 2020, pkl. 23.00 wib)

34 I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial dan Perilak u Sosial, (Jakarta; Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 125

menerima stimulus atau rangsangan, manusia melakukan proses interpretasi terlebih dahulu sebelum mengeluarkan respon. Saat stimulus datang, individu akan melakukan proses penafsiran terhadap situasi yang sedang terjadi ketika itu, kemudian barulah dia mengeluarkan respon berdasarkan pengertian yang diperoleh dari kombinasi antara stimulis dengan penafsiran situasi.35

5. Konsep Konstruksi Sosial

Konsep konstruksi sosial merupakan jalan terus bagi teori tindakan. Teori tindakan menjelaskan bahwa setiap individu maupun kelompok akan bertindak sesuai makna dari penafsirannya terhadap sebuah objek tertentu. Selanjutnya, masing-masing individu atau kelompok saling berinteraksi.

Interaksi dengan pola tindakan itu berlangsung terus-menerus sehingga melahirkan sebuah realitas, dan selanjutnya realitas tersebut membentuk pola sosial.36

35 Nina Siti Salmaniah Siregar, “Kajian tentang Interaksionisme Simbolik”, Jurnal Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Medan Area 4 (2011), hlm. 106

36 Sindung Haryanto, Spek trum Teori Sosial dari Klasik hingga Postmodern, (Jogjakarta; Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 262

59 BAB III

MAKNA HIASAN DINDING AYAT-AYAT AL-QUR’AN OLEH MASYARAKAT MUSLIM PEDURUNGAN SEMARANG

A. Kecamatan Pedurungan Semarang : Tingkat Religiusitas dan Maraknya Hiasan Dinding Ayat-Ayat Al-Qur’an

Hiasan dinding ayat-ayat al-Qur’an merupakan salah satu dari sekian banyak ornamen yang menjadi simbol religius Islami. Lebih dalam lagi, hiasan dinding dengan konten kaligrafinya itu, yang mengandung unsur-unsur estetika, serta termaktub ayat-ayat al-Qur’an yang kental dengan sastranya, semua hal itu semakin menciri-khaskan religiusitas.

Hiasan dinding ayat-ayat al-Qur’an adalah simbol religius, karena di dalamnya terdapat unsur estetika yang berkaitan dengan aspek kerohanian.37 Dengan adanya kaitan pada aspek religius, maka peneliti memilih lokasi penelitian dimana masyarakatnya juga kental dan marak dengan hal-hal religius.

Kecamatan Pedurungan adalah satu dari enam belas Kecamatan yang ada di Kota Semarang. Kecamatan Pedurungan dinilai memiliki penduduk yang tingkat religiusnya tinggi.

Adapun indikasinya antara lain, bahwa terdapat pondok

37 Abdul Hadi W.M., Hermeneutik a Estetik a dan Religiusitas Esai -Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa, (Jakarta; Sadra International Institute, 2004), hlm. 34

pesantren yang jumlahnya paling banyak diantara kecamatan yang lain di Kota Semarang38 Kemudian, terkait dengan hiasan dinding ayat-ayat al-Qur’an, bahwa di Kecamatan Pedurungan Semarang sangat marak keberadaan hiasan dinding kaligrafi al-Qur’an tersebut. Sebagaimana yang telah peneliti jumpai di lapangan, pengrajin, penjual, pengusaha mikro, yang berkecimpung dalam bidang hiasan dinding ayat-ayat al-Qur’an, melihat prospek berjualan di Pedurungan sangat menjanjikan.

B. Surat dan Ayat dari Al-Qur’an yang dipilih sebagai Hiasan Dinding

Berdasarkan data lapangan dari sempel secara purposif yang diperoleh peneliti, maka dapat dilihat beberapa ayat dan surat dari al-Qur’an yang dipilih sebagai hiasan dinding kaligrafi. Tentu saja tidak seluruh ayat al-Qur’an menjadi pilihan sebagai hiasan dinding kaligrafi. Hal tersebut bukan berarti masyarakat muslim bermaksud membeda-bedakan satu ayat dengan ayat yang lain, akan tetapi ada faktor interpretasi bujektif di sana. Selain itu, mewujudkan ayat-ayat al-Qur’an sebagai karya seni rupa atau seni lukis kaligrafi merupakan sesuatu yang berbeda dengan prihal mengagungkan atau menta’dzimi al-Qur’an.

38 https://jateng.bps.go.id/statictable/2016/08/19/1274/jumlah-tempat-peribadatan-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah-2015.html (diakses pada Sabtu, 21 November 2020, pkl. 22.22 wib)

Berikut ini adalah beberapa surat dan ayat yang dipilih menjadi hiasan dinding kaligrafi berdasarkan penelitian lapangan di masyarakat muslim Pedurungan Semarang. Peneliti mengurutkan dari yang paling banyak dijumpai (mayoritas) sampai yang paling sedikit.

1. Ayat Kursiy

2. lafazh Al-Asmaul Al-Husna

3. Lafazh Allah dan Muhammad

4. Surat Yasin

5. Surat Al-Muawidzat

6. Surat Ibrahim ayat 7 dan ayat 40

7. Surat Al-Mujadalah ayat 11

C. Pemaknaan terhadap Surat dan Ayat yang dipilih sebagai Hiasan Dinding Ayat-Ayat Al-Qur’an oleh Masyarakat Muslim Pedurungan Semarang

1 Ayat kursiy (Surat Al-Baqarah ayat 255)

Ayat kursi atau surat Al-Baqarah ayat 255 paling banyak dijumpai oleh peneliti ketika proses penelitian berlangsung. Ayat kursiy cukup familier sekaligus favorit di kalangan masyarakat. Secara normatif, masyarakat meyakini bahwa ayat kursiy dapat menjadi rajjah perlindungan dari

para makhluk halus atau ruh-ruh jahat.39 Sugesti itu begitu erat di dalam keyakinan dan kepercayaan mereka.

Selain kepercayaan sebagai pelindung dari gangguan ruh-ruh jahat, ayat kursiy juga dimaknai sebagai juru selamet (sumber keselamatan). Penuturan yang aktual dari seorang narasumber, beliau memiliki toko buah di pinggir jalan raya Majapahit Semarang. Tahun 2011 ketika beliau pulang kampung, saat itu terjadi pencurian di tokonya, semua tempat berantakan dan barang-barang banyak yang dicuri. Namun tidak terjadi pada kamarnya yang digunakan untuk istirahat dan shalat. Tidak ada uang yang hilang di kamar itu. Beliau bercerita, kamar itu berisi kasur lipat, almari menympan baju dan uang, rak, meja kecil dan kaligrafi ayat kursiy di dinding. Dari pengalaman itu, beliau memiliki keyakinan bahwa ayat kursiy merupakan juru selamet atau sumber keselamatan.40

2 Lafadz-Lafadz Al-Asmaul Al-Husna

Hiasan dinding yang dijumpai terbanyak kedua adalah lafadz Al-Asmaul Al-Husna. Nma-nama Allah yang baik yang berjumlah 99 ini diyakini sebagai pembawa rezeki dan apabila membacanya dapat mengabulkan segala do’a-do’a.

Keyakinan ini dirasa tidak berlebihan, pasalnya dalam

39 Wawancara peneliti dengan Bapak Hari, warga RT.10, RW.01, Kalicari, Pedurungan, Semarang. Sabtu, 1 February 2020. Pkl. 11.00 WIB

40 Wawancara peneliti dengan Bapak Sahli, warga RT.10, RW.03, Gemah, Pedurungan, Semarang. Senin, 17 February 2020. Pkl. 19.00 WIB

Qur’an sendiri juga termaktub pengertian tersebut. Yaitu dalam surat Al-A’raf [7;180] yang artinya : “Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [Q.S. Al-A’raf ; 180]41

Masyarakat telah membaca ayat ini berulang-ulang dan telah memahami maksud dan kandungannya. Interpretasi yang mereka peroleh dalam alam konsep mereka.

Selanjutnya melahirkan sebuah wujud perilaku yang berupa peribadahan (prayer) dan diwujudkan pula dalam bentuk simbolik berupa hiasan dinding kaligrafi.

3 Lafadz Allah dan Muhammad

Pemaknaan terhadap hiasan dinding lafadz Allah dan Muhammad ini lebih mengarah kepada makna teologis dan makna identitas. Lafadz Allah dipasang di ruang tamu agar setiap pertama kali masuk rumah mengingat Allah dan setiap kali akan keluar rumah juga mengingat Allah.42 Adapun makna identitas adalah dengan adanya lafaz Allah

41 Wahbah Zuhaili, dkk, Buku Pintar Al-Qur’an Seven in One Teks Ayat, Tajwid Warna, Terjemah, Tafsir, Asbabun Nuzul, Indek s Mak na, Indek s Kata, (Jakarta; PT Niaga Swadaya, 2009), hlm. 122

42 Wawancara peneliti dengan Bapak H. Sular, warga RT.07, RW.08, Tlogosari Kulon, Pedurungan, Semarang. Senin, 17 February 2020. Pkl. 14.30 WIB

dan Muhammad untuk menunjukkan bahwa pemiliknya seorang muslim.

4 Surat Yasin

Warga yang menggunakan surat Yasin sebagai hiasan dinding di rumahnya, mereka berkeyakinan bahwa manfaat surat Yasin ini tidak jauh berbeda dengan manfaat ayat kursiy, yaitu sebagai perlindungan dari gangguan-gangguan jin, makhluk halus, kekuatan hitam dan gangguan bahaya.

Seperti halnya yang telah peneliti uraikan di BAB III, mengenai hiasan dinding surat Yasin yang diskralkan untuk melawan kekuatan hitam yang mengganggu usaha atau bisnis seseorang.

Selain itu, surat Yasin juga dimaknai sebagai “alat”

pelancar semua urusan dan pemberi jalan keluar dari kesulitan. Contohnya urusan seperti berdagang, mempunyai hajat, maupun akan bepergian jauh, maka surat Yasin tidak ketinggalan untuk dibaca. Pembacaan surat Yasin ini bahkan telah menjadi budaya rutinan masyarakat, baik dalam majlis kecil ataupun majlis besar.

5 Surat-Surat Al-Muawidzat

Surat Muawudzat terdiri dari surat An-Naas, Al-Falaq dan Al-Ikhlash. Tiga surat Al-Muawidzat ini memiliki kandungan makna sebuah do’a dan perlindungan, baik dari jin, bahaya maupun dari sesama manusia. Penuturan dari narasumber, dengan surat-surat muawidzat yang ada di

rumahnya, beliau merasakan ketenangan, tidak ada waswas, rasa khawatir atau kecemasan.43

Bapak Hari menyebutkan sebuah hadits, bahwa setiap akan tidur Nabi Muhammad selalu membaca tiga surat al-Muawidzat tersebut. Peneliti mencoba mencari hadits tersebut, dan menemukannya dalam kitab Shahih Bukhari.

Hadits tersebut merupakan hadits fi’liyah Nabi yang diriwayatkan oleh A’isyah. Adapun lafadznya adalah sebagai berikut :

ناك مّلسو هيلع للها ىّلص للها لوسر ّنأ اهنع للها يضر ةشئاع نع أرقو هيدي في ثفن هعجضم ذخأ اذإ

هدسج امبه حسمو تاذّوعلماب

.

Artinya : dari A’isyah ra, sesungguhnya Rasulullah saw. ketika akan berbaring pada tempat tidurnya, maka Nabi meniup kedua tangannya dan membaca surat-surat al-Mauwidzat, kemudian Nabi mengusapkannya ke seluruh tubuhnya. (H.R. Bukhari)44

Hadits tersebut menginspirasi bagi beliau, kemudian melahirkan sebuah bentuk pengamalan keseharian.

Pengamalan tersebut beliau wujudkan dengan menghiasi

43 Wawancara peneliti dengan Bapak Hari, warga RT.10, RW.01, Kalicari, Pedurungan, Semarang. Sabtu, 1 February 2020. Pkl. 11.00 WIB

44 Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Jami’ Shahih Al-Bukhari, (Sudan; Darul Al-Kitab Al-Ilmiyah, 2006), juz 3 hlm.

1437

rumahnya dengan kaligrafi surat-surat al-Muauwidzat, yaitu surat An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas.

6 Surat Ibrahim ayat 7 dan ayat 40

Hiasan dinding yang berisikan surat Ibrahim ayat 7 dan ayat 40 ini ditemukan di salah satu yayasan pendidikan non-formal. Penjelasan dari salah seorang ustadz di sana, bahwa hiasan dinding itu termasuk dari rangkaian pembelajaran bagi murid. Sebab pendidikan tidak hanya dilakukan dalam kelas. Belajar tidak harus dengan guru, melainkan segala instrumen dapat digunakan sebagai media belajar, termasuk hiasan dinding kaligrafi.45

Surat Ibrahim [14:7] artinya ; “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Ayat mengajarkan kepada murid untuk selalu mengingat nikmat-nikmat Allah dan selalu mensyukurinya, baik itu nikmat yang sedikit atau nikmat yang banyak. Sebab jika bersyukur maka nikmat

45 Wawancara peneliti dengan Ust. Tirmidzi, di yayasan Sabilul Muttaqin, Kalicari, Pedurungan, Semarang. Sabtu, 1 February 2020. Pkl. 18.30 WIB

yang ada akan ditambah dan dilipatkan, sedangkan jika tidak bersyukur, maka nikmat tersebut akan dicabut.46

Adapun untuk surat Ibrahim [14: 40] artinya : “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang -orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”. Ayat dimaksudkan agar mendidik murid atau santri selalu mengingat shalat dan tertib mengerjakannya. Karena shalat merupakan tiang atau pondasi keimanan. Apabila shalatnya baik, itu berarti keimanannya juga baik. Sebaliknya, apabila shalatnya tidak tertib, berarti keimanannya kurang. Dan masalah shalat ini memang harus ditanamkan kepada anak sejak dini agar terbentuk karakter di usia dewasanya.47

7 Surat Al-Mujadalah ayat 11

Penggalan surat Al-Mujadalah [58 : 11] yang artinya

“...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Penggalan ayat ini ditemukan di yayasan pendidikan yang sama seperti pada nomor 6. Makna yang terkandung dalam ayat ini adalah sebagai pemberi semangat

46 Wawancara peneliti dengan Ust. Tirmidzi, di yayasan Sabilul Muttaqin, Kalicari, Pedurungan, Semarang. Sabtu, 1 February 2020. Pkl. 18.30 WIB

47 Wawancara peneliti dengan Ust. Tirmidzi, di yayasan Sabilul Muttaqin, Kalicari, Pedurungan, Semarang. Sabtu, 1 February 2020. Pkl. 18.30 WIB

kepada para santri atau murid untuk belajar dan menimba ilmu.

D. Faktor-Faktor yang Mendorong Masyarakat Muslim Pedurungan Semarang Memasang Hiasan Dinding Ayat-Ayat Al-Qur’an

Sudut pandang masyarakat muslim Pedurungan Semarang sangat berfariatif dalam hal hiasan dinding ayat-ayat al-Qur’an. Tujuan mereka, maksud dan pemaknaan mereka terhadap hiasan dinding tersebut tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan data dari wawancara yang peneliti muat dalam lampiran transkip wawancara, ada beberapa jawaban yang dominan.

Peneliti akan menguraikan beberapa penuturan dari nara sumber yang dinilai mampu mewakili penuturan dari informan lain terkait faktor yang mendorong mereka memasang hiasan dinding ayat-ayat al-Qur’an. Beberapa sempel jawaban yang dipilih berikut ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami data. Adapun beberapa penuturan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor dominan pertama

Hiasan dinding kaligrafi ayat-ayat al-Qur’an yang dipasang di rumah-rumah atau di tempat lain, sseperti kantor, tempat usaha dan lain sebagainya, ternyata ada yang memiliki maksud agar hiasan dinding tersebut membawa manfaat untuk

kehidupan pemiliknya, terutama dalam hal kelancaran bisnis dan usaha. Selain itu, ayat-ayat al-Qur’an yang tertempel di dinding itu diyakini dapat memberikan “energi” positif dari Tuhan untuk mengusir “energi” jahat yang ditakutkan akan menghambat kelancaran usaha atau bisnisnya.

Hal tersebut di atas salah satunya dijumpai peneliti pada pengalaman seorang pengusaha daging ayam di Muktiharjo Kidul Pedurungan bernama bapak Sujono. Beliau memiliki hiasan dinding surat Yasin yang berukuran cukup besar kira-kira 100x50 cm yang beliau pasang di tempat pengolahan daging ayamnya. Hiasan dinding tersebut terbingkai dengan warna kuning keemasan berbahan kayu. Kemudian, tulisan surat Yasinnya berwarnakan keemasan pula yang juga terbuat dari bahan kuningan.

Usaha beliau ini adalah warisan dari mertuanya.

Pada beberapa tahun terakhir, beliau mengalami beberapa kali kerugian yang dikarenakan ayam-ayam beliau banyak yang mati. Jumlah ayam-ayam yang mati menurut beliau sangat tidak wajar. Beliau menyampaikan; “jika ayam-ayam saya mati karena penyakit, maka tidak mungkin teratur seperti akhir-akhir ini.”

Kegelisahan beliau ini disampaikannya kepada saudara-saudara dan tetangganya. Salah satu saudara jauhnya di luar kota ada yang mengatakan bahwa ada orang lain (kompetitor) yang iri dengan beliau, “ono wong pasar sing iri nyang awakmu”.

Kemudian saudara beliau memberikan saran agar setiap hari beliau membaca surat Yasin dan meletakan al-Qur’an di tempat pengolahan dagingnya, agar kekuatan jahat yang “dikirimkan”

oleh kompetitornya dapat terusir. Dengan saran dari saudaranya itu, beliau setiap hari rutin membaca surat Yasin bersama istrinya di tempat pengolahan dagingnya dan beliau juga menempelkan hiasan dinding surat Yasin di sana.

Penuturan beliau, perubahanpun beliau rasakan.

Semenjak saat itu yam-ayamnya tidak lagi banyak yang mati. Usahanya berkembang kembali dan mendapatkan pelanggan yang bertembah. Bahkan beliau sendiri mengakui bahwa beliau menjadi tidak rutin lagi membaca surat Yasin bersama istrinya, namun beliau tetap tenang karena sudah ada surat Yasin yang menempel di tempat usahanya itu.48

48 Wawancara peneliti dengan Bapak Sujono, warga RT.12, RW.03, Muktiharjo Kidul, Pedurungan, Semarang. Selasa 18 February 2020. Pkl. 11.30 WIB

Pemaparan cerita tersebut di atas, memiliki garis besar bahwa ada pengaruh sudut pandang dan pemaknaan dalam proses interaksi sosial. Dimana narasumber ketika itu mengarahkan pola pemaknaannya pada ucapan yang disampaikan oleh orang lain.

Konteks tersebut ada kesesuaian dengan teori yang diasumsikan oleh Harbert Blumer, yaitu bahwa makna terhadap benda-benda itu muncul melalui proses interaksi antar individu.49 Benda yang dimaksud disini bukanlah lafazh al-Qur’an surat Yasin, melainkan surat Yasin yang telah diwujudkan sebagai benda (hiasan dinding).

Penuturan lain muncul dari keluarga bapak Hari yang tinggal di wilayah Kalicari Pedurungan Semarang. Beliau dan keluarganya baru pindah ke Semarang sejak lima tahun terakhir, sekitar tahun 2014. Beliau mengatakan, bahwa rumahnya ini dulunya adalah tempat usaha kecil milik warga di bidang penjahitan baju dan celana. Karena usahanya berhenti, sehingga tempat ini menjadi kosong hampir satu tahun. Kemudian beliau membelinya

49 George Ritzer & Barry Smart, Handbook Teori Sosial, terj. Imam Muttaqien, Derta Sri Widowatie & Waluyati, (Jakarta; Nusa Media, 2015), hlm.

428

dan merenofasinya, dan menjadi tempat tinggalnya saat ini.

Rumahnya ini memiliki dua kamar tidur. Bapak Hari memasang hiasan kaligrafi ayat kursiy di atas pintu masing-masing kamar. Kemudian beliau menggantungkan hiasan dinding yang terbuat dari kain, yang bertuliskan tiga surat perlindungan atau mu’awidzat, yaitu surat An-Naas, Falaq dan Al-Ikhlash di ruang tengahnya.

Ketika peneliti menanyakan mengapa memasang ayat-ayat perlindungan itu, apakah bapak pernah mengalami sesuatu yang supra natural, beliaupun menjawab tidak. Beliau memberikan jawaban, karena beliau menempati tempat tinggal yang baru dan lingkungan yang baru, maka beliau meyakini ayat-ayat tersebut dapat melindungi dirinya dan keluarganya.

Beliau sendiri mengatakan, bahwa pengetahuan yang beliau miliki tentang ayat-ayat perlindungan itu diperolehnya ketika mengikuti majlis taklim di masjid dekat rumahnya.50

Praktik yang pak Hari amalkan ini murni living qur’an. Pemahaman dalam dirinya atas

50 Wawancara peneliti dengan Bapak Hari, warga RT.10, RW.01,

50 Wawancara peneliti dengan Bapak Hari, warga RT.10, RW.01,

Dokumen terkait