• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menilai Goodness of Fit Suatu Model 1) KoefisienDeterminasi (R2)

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian

4) Menilai Goodness of Fit Suatu Model 1) KoefisienDeterminasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berati kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berati

175 variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozli, 2013:97).

2) Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2013:98). Dalam penelitian ini, pengujian model fit (kelayakan model) dilakukan dengan uji F. Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan model yang dihipotesiskan fit dengan data. Sebaliknya, apabila tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

3) Uji Signifikansi Persial (Uji Statistik t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen sacara individual dalam menerapkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Kriterianya adalah apabila hasil uji menunjukkan tingkat signifikansi < 0,05 maka dapat pengaruh yang signifikan anatara satu variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila tingkat signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 GAMBARAN UMUM ORGANISASI

Secara historis, pasar modal telah lahir sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindu Belanda untuk kepeentingan pemerintah colonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa factor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuuasaan dan pemerintahan kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Pada perang dunia ke-II yang terjadi sekitar tahun 1939 menyebabkan perkembangan pasar modal terhenti. Bursa Efek Indonesia resmi ditutup pada taggal 10 mei 1940. Tetapi kemudian pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa Efek di Jakarta (Batavia) sempat dibuka kembali, kemudian ditutup kembali ketika jepang masuk ke Indonesia. Pasar modal kembali digiatkan dengan kembali dibukanya Bursa Efek Jakarja (BEJ) pada tanggal 3 juni 1952. Pembukaan BEJ tersebut didorong

176 penerbitan obligasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950. Aktivitas pasar modal mulai berkembang sampai dengan tahun 1958. Kelesuan yang terjadi di pasar modal pada saat itu disebabkan banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia dan dilakukannya nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda yang ada di Indonesia. Hal ini terjadin sampai berakhirnya masa pemerintahan orde lama.

Masa pemerintahan orde Baru, pengaktifan kembali Pasar Modal Indonesia dimulai dengan pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan pembekuan pasar modal pada tanggal 10 Agustus 1977. Hal ini sesuai dengan keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Saham pertama yang diperdagangkan adalah saham PT. Semen Cibinong. Awalnya tujuan pengaktifan pasar modal lebih ditekankan pada asas pemerataan, sehingga kepemilikan saham tidak jatuh ketangan segolongan masyarakat tertentu saja. Untuk tujuan itu pemerintah berperan aktif dalam mengenai pasar modal di Indonesia. Pada tanggal 16 Mei 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai dioperasikan dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 13 Juli 1992 terjadi swastanisasiBEJ, tanggal inideperingati sebagai HUT BEJ.

Tahun 1995 lahirlah Undang-undang Pasar Modal, yaitu Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam konsindera undang-undang tersebut antara lain dikatakan bahwa agar pasar modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kokoh untuk lebih menjamin kepastian pihak-pihak hukum yang melakukan kegiatan di pasar modal, serta guna melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan. Kemudian juga dikatakan, bahwa sejalan dengan hasil-hasil yang dicapai pembangunan nasional serta dalam rangka antisipasi globalisasi ekonomi, undang-undang No.15 tahun 1952 tentang Penetapan Undang-undang Darurat tentang Bursa (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67) dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Jelas bahwa lahirnya undang-undang yang baru sangat diperlukan, yaitu dalam rangka memberikan landasan hukum yang kokoh dan dalam mengantisipasi perkembangan pasar modal yang semakin lama semakin kompleks. sehingga dapat memberikan kepastan dan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegitan pasar modal. Selain itu, berbagai regulasi dikeluarkan pemerintah sebelumadanya undang-undang pasar modal, seperti paket kebijakan Desember (PakDes) 1987, Paket Kebijakan Oktober (PakTo) 1988, dan Paket Kebijan Desember (PakDes) 1988 merupakan faktor pendukung bagi perkembagan pasar modal. Bursa Efek Jakarta melakukan marger dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir tahun 2007 dan pada awal 2008 berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

5.2 Hasil dan Pemahasan Penelitian 5.1.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul dengan membuat kesimpulan yang memberikan gambaran suatu data yang

177 terlihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif dari variabel penelitian ditunjukkan pada Tabel 5.1 sebagai berikut:

Tabel 5.1

Hasil Statistik Diskriptif Descriptive Statistics

Sumber : lampiran 7 Berdasarkan tabel diatas, maka datap dijelaskan sebagai berikut:

1. Profitabilitas (Y) sampel periode tahun 2012-2016 memiliki nilai mean (nilai rata-rata) 2,1876 dengan sdandar deviasi atau penyimpanan dari nilai rata-rata sebesar 7,97629. Banyak data yang dianalisis adalah 140 dengan titik minimum sebesar -11,15 dan titik maksimum sebesar 2,1876.

2. Tingkat Kecukupan Modal (X1) sampel periode tahun 2012-2016 memiliki nilai mean (nilai rata-rata) sebesar 30,3404 dengan sdandar deviasi atau penyimpanan dari nilai rata-rata sebesar 159,71742. Banyak data yang dianalisis adalah 140 dengan titik minimum sebesar 0,20 dan titik maksimum sebesar 1906,00.

3. Tingkat Penyaluran Kredit (X2) sampel periode tahun 2012-2016 memiliki nilai mean (nilai rata-rata) sebesar 83,0420 dengan sdandar deviasi atau penyimpanan dari nilai rata-rata 17,35546. Banyak data yang dianalisis adalah 140 dengan titik minimum sebesar 2,02 dan titik maksimum sebesar 166,91. 4. Resiko Kredit (X3) sampel periode tahun 2012-2016 memiliki nilia mean (nilai rata-rata) sebesar

3,4858 dengan sdandar deviasi atau penyimpanan dari nilai rata-rata 7,52169. Banyak data yang dianalisis adalah 140 dengan titik minimum sebesar 0,21 dan titik maksimum sebesar 86,88.

5.2.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah yang digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji stastistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingakat signifikansi. Apakah hasil uji K-S menunjukkan bahwa Assmp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka residual terdistribusi secara normal. Sebaliknya hasil uji tersebut menunjukkan bahwa Assmp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,005 maka residual tidak terdistribusi secara normal. Setelah dilakukan pengujian ternyata didalam data terdapat data transformasi. Transformasi data ini adalah untuk mengubah skala pengukuran data asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari analisi ragam. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Descriptive Statistics 140 -11.15 88.54 2.1876 7.97629 140 .20 1906.00 30.3404 159.71742 140 2.02 166.91 83.0420 17.35546 140 .21 86.88 3.4858 7.52169 140 ROA CAR LDR NPL Valid N (listwise)

178 Tabel 5.2

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sumber : lampiran 8

Berdasarkan hasil ui normalitas dengan menggunakan uji kolmogorov-Smirnov dengan angka

Unstandardized Residual pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) 0,154, dimana nilai signifikan > 0,05,

yang berarti data residual dalam penelitian ini terdistribusi normal. 2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpanan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Jika nilai signifikan variabel bebasnya terdapat nilai absolut residual > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejer. Hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa

One-Sample Kolmo gorov -Smirno v Test

140 .0000000 7.09003052 .254 .254 -.185 1.132 .154 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Posi ti ve Negative Most Extreme Di fferences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Resi dual

Test distribution i s Normal. a.

Calculated from data. b.

179 Sumber : lampiran 8

Berdasarkan hasil uji Glejser menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari semua variabel lebih besar dari 0,005 yaitu X2 0,817, X2 sebesar 0,225, X3 sebesar 0,737,interaksi X1X3 sebesar 0,832 dan X2X3 sebesar 0,968 maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dokumen terkait