spesifik. Tanaman ini menyenangi jenis tanah berpasir atau lempung berpasir. Tanah
liat dan drainase yang kurang baik menyebabkan kerontokan bunga dan buah. Tanaman
Annona menyukai iklim lembab dengan suhu panas. Ketinggian tempat yang baik
sampai 1000 m di atas permukaan laut. Kelembaban udara kurang dari 70 %
menyebabkan kerontokan bunga dan pengeringan kepala putik. Buah sirsak kaya akan
vitamin B dan C.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2008 sampai Mei 2009. Tahapan penelitian ini meliputi analisis proksimat daun alpukat (Persea americana), daun kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) dan daun sirsak (Annona muricata) yang dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB, serta pembiakan A. atlas yang dilanjutkan dengan perlakuan jenis pakan dan kepadatan yang dilaksanakan di Laboratorium Biologi PPSHB IPB.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kokon sehat Attacus atlas L. yang dikoleksi dari kebun sirsak di daerah Purwakarta, daun segar tumbuhan sirsak (Annona muricata) sebagai kontrol, dan pakan alternatif lain yaitu alpukat (Persea americana) serta kayu manis (Cinnamomum zeylanicum). Bahan lain: tissue, label, spidol, kapas, serta bahan-bahan kimia: alkohol 70 %, formalin 4 %, dan kaporit (5 gram/liter), sedangkan untuk perebusan kulit kokon digunakan NaOH, teepol dan sabun netral.
Alat-alat yang digunakan antara lain: kandang ukuran 40 x 40 x 40 cm³, dan ukuran 60 x 60 x 60 cm³, cawan petri diameter 15 cm dan tinggi 2 cm, toples gelas berdiameter 14.5 cm dengan tinggi 23 cm, thermohygrometer, timbangan digital AND HX-100 berskala 0.0001, pisau, mistar, mikroskop binokuler, dan kamera digital Fujifilm Fine Pix S5700. Klos dengan keliling (2 r) sebesar 5 cm, pemanas listrik, panci, dan pinset.
Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan rancangan faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah kepadatan dengan taraf rendah, sedang, tinggi dan faktor kedua adalah jenis pakan dengan daun sirsak, alpukat, dan kayu manis. Kepadatan instar I – II yaitu 5 ekor larva untuk taraf rendah, 7 ekor larva untuk taraf sedang, dan 9 ekor larva untuk taraf tinggi. Kepadatan instar III – IV yaitu 2 ekor larva untuk taraf
20
rendah, 4 ekor larva untuk taraf sedang dan 6 ekor larva untuk taraf tinggi. Kepadatan instar V – VI yaitu 1 ekor untuk taraf rendah, 2 ekor untuk taraf sedang dan 3 ekor untuk taraf tinggi. Perlakuan pada instar I - II diulang sebanyak 5 kali, sedangkan perlakuan instar III – VI diulang sebanyak 3 kali. Jumlah semua perlakuan untuk instar I – II adalah 45 perlakuan, sedangkan perlakuan instar III – VI berjumlah 27 perlakuan.
Metode
Tahap persiapan
Sterilisasi alat dan ruang pemeliharaan. Sebelum dilakukan percobaan, seluruh alat dicuci dan disterilkan dengan menggunakan alkohol 70 %. Ruang pemeliharaan disemprot dengan formalin 4 %, lantai ruang dibersihkan dengan desinfektan, sedangkan meja-meja percobaan disterilkan dengan menggunakan alkohol 70%.
Persiapan induk. Pupa Attacus atlas L. yang dikumpulkan dari alam dibawa ke laboratorium, diseleksi pupa yang sehat dan kondisinya baik ditempatkan pada kandang berukuran 60 x 60 x 60 cm³ (Gambar 7a). Dari pupa tersebut diharapkan muncul imago jantan dan betina. Sepasang ngengat jantan dan betina ditempatkan pada kandang ukuran 40 x 40 x 40 cm³ (Gambar 7b). Sekitar 5-8 hari kemudian akan didapatkan telur dari hasil perkawinan tersebut. Telur-telur dari masing-masing induk dihitung untuk mengetahui fekunditas awal.
a b
Tahap pelaksanaan
Siklus hidup A. atlas di laboratorium. Pengamatan siklus hidup dengan mengamati waktu yang dibutuhkan oleh A. atlas untuk menyelesaikan 1 tahap perkembangan (metamorfosis).
Analisis proksimat. Analisa proksimat dilakukan terhadap daun alpukat (Persea americana), daun kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) dan daun sirsak (Annona muricata). Pengujian analisa proksimat dilaksanakan di laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB.
Inkubasi telur. Seluruh telur fertil yang didapatkan diletakkan pada cawan petri diameter 11 cm tinggi 1,5 cm dan ditutup serta diberi label tanggal pengambilan telur. Telur-telur kemudian diinkubasi dalam suhu kamar sampai menetas dan dihitung presentase penetasannya.
Pengukuran pertumbuhan larva pada berbagai jenis pakan dan kepadatan. Stadia larva dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok larva instar I – II, III – IV, dan V – VI. Secara garis besar perlakuan dan ulangan yang dilakukan sesuai dengan Tabel 1.
Tabel 1 Skema percobaan pengukuran perlakuan
Stadia Kepadatan (ekor) Jenis Pakan
Jumlah ulangan Larva Rendah Sedang Tinggi
I - II 5 7 9 Sirsak 5 Alpukat Kayu manis III - IV 2 4 6 Sirsak 3 Alpukat Kayu manis V - VI 1 2 3 Sirsak 3 Alpukat Kayu manis
Perlakuan larva instar I – II. Larva, masing-masing berjumlah 5, 7 dan 9 ekor dipelihara dengan menggunakan cawan petri ukuran diameter 15 cm tinggi 2 cm. Pemeliharaan ini diulang 5 kali. Larva diberi pakan daun sirsak, alpukat dan kayu manis secara ad libitum. Pakan diberikan satu kali sehari pada pukul 07.00 WIB.
22
Penimbangan pakan dilakukan sebelum dan sesudah pakan diberikan. Pakan yang diberikan berbentuk daun tanpa tangkai (Gambar 8).
Gambar 8 Perlakuan percobaan instar I – II
Perlakuan larva instar III – IV. Pada instar ini kepadatan larva masing-masing sebanyak 2, 4 dan 6 ekor, dipelihara menggunakan toples gelas berdiameter 14.5 cm tinggi 23 cm. Pemeliharaan ini dilakukan dengan 3 kali ulangan. Pakan diberikan satu kali sehari pada pukul 07.00 WIB. Penimbangan pakan dilakukan sebelum dan sesudah pakan diberikan. Pakan yang diberikan berbentuk daun dengan tangkainya.
Perlakuan larva instar V, VI sampai kokon. Pada instar ini larva masing-masing sebanyak 1, 2, dan 3 ekor dipelihara menggunakan toples gelas berdiameter 14.5 cm dengan tinggi 23 cm (Gambar 9). Perlakuan ini diulang sebanyak 3 kali. Semua perlakuan diberikan dengan pakan daun alpukat, kayu manis, dan sirsak. Pakan diberikan dua kali sehari pada pukul 07.00 dan 15.00 WIB. Penimbangan pakan dilakukan sebelum dan sesudah pakan diberikan. Pakan yang diberikan berbentuk daun dengan tangkainya. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan. Jika dalam perlakuan larva mengalami kematian maka untuk menambahnya digunakan larva stok yang dibuat secara pararel dengan perlakuan yang sama, baik jenis pakan maupun kepadatan.
Gambar 9 Perlakuan percobaan instar V- VI
Penghitungan konsumsi pakan larva. Penghitungan konsumsi dihitung dengan memasukkan faktor koreksi. Faktor koreksi dapat dihitung dari penggurangan berat awal daun dikurangi berat akhir. Faktor koreksi ini bertujuan untuk melihat berapa besar air yang hilang karena proses penguapan. Konsumsi pakan per ekor larva dihitung menggunakan rumus (Mulyani 2008):
a-(bxc) x =
n
x = banyaknya pakan yang dikonsumsi per ekor (g) a = total pakan diberikan hari ke-i (i = 1, 2, 3, 4,...) b = pakan sisa
c = pakan sisa dikali faktor koreksi
n = jumlah larva yang berhasil hidup setiap akhir instar
Konsumsi nutrien. Penghitungan masing-masing kandungan nutrien sebagai berikut:
1. Konsumsi nutrien lemak:
total konsumsi daun segar x kandungan lemak daun* 2. Konsumsi nutrien protein:
total konsumsi daun segar x kandungan protein daun* 3. Konsumsi nutrien karbohidrat tak larut (serat kasar):
total konsumsi daun segar x kandungan serat kasar daun daun* 4. Konsumsi nutrien karbohidarat terlarut (BETN):
total konsumsi daun segar x kandungan karbohidrat terlarut (BETN) daun* 5. Konsumsi nutrien mineral (abu):
24
total konsumsi daun segar x kandungan mineral (Abu) daun* Keterangan:
* Diketahui dari hasil analisis proksimat (lemak, protein, serat kasar, BETN dan abu) dari sampel daun yang diberikan pada larva:
- pada instar I – II, digunakan daun muda - pada instar III – VI, digunakan daun tua
Pertumbuhan larva. Pertumbuhan larva dapat diamati dengan mengukur bobot badan dan panjang tubuh larva pada setiap awal dan akhir setiap instar. Pengukuran bobot awal dan akhir instar dengan cara menimbang seluruh larva dibagi jumlah larva. Kemudian penghitungan pertambahan bobot badan (PBB) yang diperoleh dari selisih antara bobot akhir larva dengan bobot awal larva pada setiap instar. Pengukuran panjang tubuh larva dengan menjumlah seluruh panjang tubuh larva dibagi jumlah larva, setelah itu penghitungan pertambahan panjang tubuh larva tiap instar diperoleh dari selisih antara panjang tubuh akhir dengan panjang tubuh awal larva setiap instar.
PBB = Bobot akhir instar – Bobot awal instar PPT = Panjang akhir instar – Panjang awal instar
Mortalitas tiap perlakuan. Mortalitas diperoleh dari pembagian antara selisih dari jumlah larva pada awal instar dan akhir instar dengan jumlah larva awal instar dikalikan 100 %.
Jumlah larva awal instar-Jumlah larva akhir instar Mortalitas
Tiap instar Jumlah larva instar x 100 %
Kualitas kokon. Pengujian kualitas kokon meliputi:
1. Bobot kokon segar, yaitu diperoleh dengan cara menimbang kokon segar yang masih berisi pupa.
2. Bobot kulit kokon, diperoleh dari bobot kokon tanpa pupa
3. Ratio kulit kokon, diperoleh dari pembagian bobot kulit kokon dengan bobot kokon segar dikalikan 100 %.
Rasio kulit kokon =
Bobot kulit kokon (g) Bobot kokon segar (g)
x 100 % =
Kualitas filamen. Pengujian kualitas filamen dengan cara merebus kulit kokon terlebih dahulu dengan campuran 1 liter air + 2 gram soda kaustik (NaOH) + 2 cc teepol + 20 gram sabun netral, selama satu jam (Awan 2007). Selanjutnya kokon-kokon tersebut dicuci secara bertahap dengan air panas (±80°C), hangat (±60°C) dan dingin (±37°C), setelah itu dicari:
1. Panjang filamen yang ditentukan dengan cara mengurai satu kokon tunggal dengan tangan (secara manual).
2. Bobot filamen yaitu bobot filamen dari satu kokon tunggal.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Duncan (Duncan Multiple Range Test) dengan menggunakan program SAS dan MINITAB (Mattjik dan Sumertajaya 2006).