• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan mengenai kewajiban keterbukaan Perusahaan Publik berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat dalam Peraturan BAPEPAM (Sekarang OJK), antara lain:

1. Peraturan Nomor IX.B.1, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-49/PM/1996 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik;

Ketentuan ini berisi pengaturan mengenai kewajiban perusahaan publik untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran yang isinya berisi informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal, baik yang diketahui atau layak diketahui. Ketentuan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dalam peraturan ini hanya menentukan, bahwa pendapat dan laporan pemeriksaan dari segi hukum dalam pernyataan pendaftaran, perusahaan publik harus memuat pendapat dari konsultas hukum mengenai “semua izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau kegiatan usaha yang direncanakan perusahaan publik”.

Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal menetapkan standar pemeriksaan hukum dan pendapat hukum, antara lain pendapat dan pemeriksaan hukum berkenaan dengan izin dan persetujuan seperti, antara lain izin lingkungan, izin-izin usaha, Undang-Undang Gangguan, lokasi mendirikan bangunan,

penggunaan bangunan untuk pabrik, analisis mengenai dampak lingkungan dan pengolahan limbah.175

2. Perubahan Peraturan Nomor IX.C.1, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-42/PM/2000 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum;

Ketentuan ini mengatur hampir sama dengan yang ada pada Peraturan Nomor IX.B.1, namun perbedaannya yang diatur dalam hal ini adalah kewajiban menyampaikan pernyataan pendaftaran bagi emiten. Berdasarkan ketentuan ini, emiten dalam rangka penawaran umum wajib menyampaikan laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum dalam isi pernyataan pendaftaran. Seperti izin lingkungan, pengolahan limbah dan persyaratan lingkungan lainnya.

3. Peraturan Nomor X.K.6, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik;

Dalam setiap pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan, perusahaan publik memiliki kewajiban untuk mengungkapkan informasi penting dalam laporan tahunan dan laporan keuangan perseoran kepada pemegang saham dan instansi pemerintah yang terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara tepat waktu, akurat, jelas dan secara objektif.176

Ketentuan ini mengatur kewajiban bagi emiten atau perusahaan publik dalam menyampaikan laporan tahunan (annual report), dimana isi laporan tahunan wajib memuat salah satunya mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Pembahasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan meliputi kebijakan,

175

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 179.

176

jenis program, dan biaya yang dikeluarkan antara lain terkait aspek, salah satunya adalah lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, sistem pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain.

4. Perubahan Peraturan Nomor VII.G.7, yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-347/BL/2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;

Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa perusahaan publik memiliki kewajiban, salah satunya dalam menyampaikan laporan keuangan. Dalam ketentuan ini, pengaturan mengenai kaitan kewajiban keterbukaan perusahaan publik dengan perlindungan lingkungan hidup terdapat pada bagian pengungkapan lainnya dimana di dalamnya ada pembahasan mengenai kontinjensi. Dijelaskan bahwa Peraturan Pemerintah yang berdampak terhadap Emiten atau Perusahaan Publik, misalnya masalah lingkungan hidup, diungkapkan uraian singkat tentang peraturan dan estimasi dampak keuangannya.

Maksud dari ketentuan ini adalah kondisi yang bagaimana terkait lingkungan hidup yang harus diungkapkan sehingga suatu perusahaan bisa menderita kerugian atau laba. Salah satu contoh dari penerapan ketentuan ini apabila suatu perusahaan melakukan pelanggaran terhadap hukum lingkungan seperti pencemaran lingkungan. Konsekuensinya jika terbukti perusahaan tersebut melakukan pencemaran lingkungan, maka perusahaan yang bersangkutan wajib mengganti kerugian yang diderita warga dan melakukan rehabilitasi lingkungan. Tetapi bila tidak terjadi kegiatan perusahaan yang mencemari lingkungan, maka tidak akan ada kerugian, melainkan laba.

I. Menurut Beberapa Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Ketentuan mengenai kewajiban bagi perusahaan dalam melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup yang mengatur secara teknis atau operasional, antara lain:

1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri ini bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Terdapat dua kategori mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal, yaitu potensi dampak penting dan ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak penting negatif yang akan timbul.177

Ketentuan lainnya mengenai wajib Amdal yang harus dipatuhi adalah bagi perusahaan yang mempunyai rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan lindung dan/atau berbatasan langsung dengan

177

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Lampiran I menyebutkan bahwa: “Potensi dampak penting bagi setiap jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut ditetapkan berdasarkan: 1) besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan; 2) luas wilayah penyebaran dampak; 3) intensitas dan lamanya dampak berlangsung; 4) banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak; 5) sifat kumulatif dampak; 6) berbalik atai tidak berbaliknya dampak; dan kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau 7) referensi internasional yang diterapkan beberapa negara sebagai landasan kebijakan tentang Amdal.”

kawasan lindung.178 Namun terdapat pengecualian mengenai kewajiban memiliki Amdal bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang telah diatur sebelumnya, yaitu:179

a. eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan panas bumi; b. penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan; c. yang menunjang pelestarian kawasan lindung;

d. yang terkait kepentingan pertahanan dan keamanan negara yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup;

e. budidaya yang secara nyata tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup; dan

f. budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan dan di bawah pengawasan ketat.

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup;

Perusahaan wajib melaksanakan audit lingkungan hidup jika usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup dan/atau menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Selaras dengan kewajiban audit lingkungan hidup untuk usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko terhadap lingkungan hidup, berdasarkan Pasal 24 ayat (2) dijelaskan bahwa penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan menunjuk tim audit lingkungan hidup paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum berakhirnya periode audit lingkungan hidup. Selain itu kewajiban audit

178Ibid., Pasal 3 ayat (1).

lingkungan hidup yang harus dilakukan bagi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan ditetapkan berdasarkan:180

a. hasil pengawasan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup;

b. usulan dari menteri atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian yang membidangi usaha dan/atau kegiatan; dan/atau

c. usulan dari gubernur atau bupati/walikota.

180

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup, Pasal 29 ayat (1).

Dokumen terkait