• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

2. Menurut Hukum Pidana Islam

Islam adalah agama yang dapat memberikan perlindungan secara penuh kepada siapa saja yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari siapapun. Dalam hal ini Islam memberikan ajaran-ajaran hukum dan moral berupa 5 (lima) prinsip dasar hukum dalam kepentingan dan kemaslahatan manusia. 5 (lima) prinsip dasar itu ialah

59

85

pemeliharaan agama, peliharaan jiwa, peliharaan akal, pemeliharaan keturunan, dan pemeliharaan harta.60

Menurut hukum pidana Islam, seseorang bisa dipertanggungjawabkan secara pidana jika yang bersangkutan telah dewasa, dan sehat akalnya, sesuai hadis Nabi saw:

َجَداَتَل َْٓع ٌَاََّّ٘ إََحَّذَح َشَُّع ُْٓت ُشْشِت إََحَّذَح ُِّٞشْلَثٌْا ُِّٟعَطُمٌْا َٝ١ْحَ٠ ُْٓت ُذََّّحُِ إََحَّذَح ٍََُُمٌْا َعِفُس َياَل ٍَََُّعَٚ ِْٗ١ٍََع ُ َّاللَّ ٍََّٝص ِ َّاللَّ َيُٛعَس ََّْأ ٍٍَِّٟع َْٓع ِِّٞشْلَثٌْا َِٓغَحٌْا َْٓع ًَِمْعَ٠ َّٝتَح ُِٖٛتْعٌَّْا َْٓعَٚ َّةِشَ٠ َّٝتَح ِِّٟثَّلٌا َْٓعَٚ َعِمْ١َتْغَ٠ َّٝتَح ُِِئإٌَّا َْٓع ٍحَح َلاَح َْٓع

Artinya:“Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Yahya Al Qutha'i Al Bashri), telah menceritakan kepada kami [Bisyr bin Umar], telah menceritakan kepada kami (Hammam) dari (Qatadah) dari (Al Hasan Al Bashri) dari (Ali) bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Diangkatlah pena dari tiga golongan; Orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia remaja (baligh), dan orang gila hingga ia berakal (sembuh)." (Hadits Tirmidzi Nomor 1343)”61

.

Menurut hadis ini tindakan dosa yang dilakukan orang yang belum dewasa dimaafkan. Tetapi apakah ketentuan hadis ini mencakup

60

Rosid Fauzi, Nasir, Pengadilan HAM di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam, (Badan Lenting Departement Agama, 2007), hal. 45.

61

https://tafsirq.com/hadits/tirmidzi/1343 Diakses Pada Tanggal 08 Maret 2018 Pukul 12:04

86

juga tindak pidana yang merugikan kepentingan orang lain. Jadi, permasalahannya adalah bagaimana penegakan hukum terhadap kejahatan anak di bawah umur menurut hukum pidana Islam. Apakah anak di bawah umur bebas dari pertanggungjawaban pidana, secara mutlak ataukah ada kemungkinan pertanggungjawabannya dibebankan kepada orangtuannya ataukah harus dijalani anak itu sendiri.

Menurut hukum Islam orang tua wajib mendidik anak-anaknya menjadi orang baik. Jika anak menjadi nakal atau penjahat, berarti orang tua tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka orang tualah yang menanggung akibatnya, yakni diberi sanksi (hukuman) karena kelalaiannya.62 Dengan demikian, permasalahan penegakan hukum terhadap kejahatan anak di bawah umur cukup urgen untuk diteliti secara hukum positif dan hukum pidana Islam.

Salah satu asas dalam hukum pidana Islam, adalah “lā jarῑmah walā„uqubatan illā binnās” (tidak ada jarῑmah, tindak pidana dan tidak ada hukumankecuali dengan adanya nas).63 Oleh karena itu tidak dapat dianggap sebagai sebuah tindak pidana jarῑmah terhadap

62

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 158.

63

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟al-Jina‟al-Islami MuqarananQanun al-Wadi, Juz I (Cet. I; Kairo: Maktabah Dar al-Arubah, [t.th.1), hal. 116.

87

perbuatan yang dilakukan seseorang selama belum ada dalam nas yang jelas. Dengan kata lain, “tidak seorang pun dapat didakwa atas suatu kejahatan atau dijatuhi hukuman kecuali ada ketentuannya dalam undang-undang”. Prinsip dasar ini merupakan asas legalitas dalam hukum pidana Islam, bahwa tidak ada hukuman jarῑmah, tanpa ada ketentuan syara‟ sesuai penjelasan QS. Al-Isra (17): 15

َسْصِٚ ٌجَسِصاَٚ ُسِضَت َلاَٚ ۚ اَْٙ١ٍََع ًُِّضَ٠ أََِّّإَف ًََّض ََِْٓٚ ۖ ِِٗغْفٌَِٕ ِٞذَتَْٙ٠ أََِّّإَف َٰٜذَتْ٘ا َِِٓ ًلاُٛعَس َجَعْثَٔ َّٰٝتَح َٓ١ِتِّزَعُِ إَُّو اََِٚ ۗ َٰٜشْخُأ Artinya : “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”.

Dalam asas legalitas pertanggung-jawaban pidana dalam hukum pidana Islam ditegakkan di atas tiga komponen, yaitu

1. Adanya perbuatan yang dilarang;

2. Dikerjakan dengan kemauan sendiri, dan

3. Pembuatnya mengetahui terhadap akibat perbuatan tersebut.64 Dalam ketiga unsur diatas pertanggungjawaban pidana bersifat kumulatif yang berarti bahwa jika salah satu unsur tidak terpenuhi maka pertanggungjawaban pidana gugur demi hukum. Karena itulah beban pertanggungjawaban pidana hanya ditujukan

64

88

kepada orang yang berakal sehat, telah dewasa dan berkemauan sendiri bukan karena dorongan di luar kesadarannya.65

Di samping itu jugaada empat alasan yang dapat menghapuskan tindak pidana sebagai berikut :

1. Pelaku adalah Anak-anak atau Orang Gila

Anak-anak dan orang gila adalah golongan yang tidak dikenai pidana atas perbuatannya, karena keduanya bukan termasuk orang yang mampu untuk bertanggungjawab. Jika anak-anak atau orang gila melakukan suatu perbuatan pidana, maka perbuatanya dimaafkan.

2. Lupa, Keliru, dan Karena Paksaan

Lupa, Keliru, dan Karena Paksaan merupakan alasan yang dapat dijadikan sebagai pengahapusan pidana mengenai keliru, Pada prinsipnya, menurut hukum Islam pertanggungjawaban pidana itu hanya dikenakan atas perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang dilarang oleh Syara‟, dan tidak dibebankan atas perbuatan yang terjadi karena kekeliruan.

“Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” dan dalam

65

http://misterrakib.blogspot.co.id/2014/06/islam-tentang-kejahatan-anak-anak.html Diakses Pada Tanggal 8 Maret 2018 Pukul : 12:04.

89

Hadis Nabi yang artinya: “Dihapuskan dari ummatku kekeliruan, lupa, dan perbuatan yang dipaksakan atasnya”.66

Eksistensi penghapus pertanggungjawaban pidana tersebut berada dalam diri pelaku jarimah, bukan hal-hal lain di luar dirinya. Karena itu asas praduga tak bersalah merupakan asas yang fundamental dalam hukum pidana Islam. Sehingga untuk dapat dijatuhi pidana, bukan saja kesalahan terdakwa yang harus dibuktikan, namun juga apakah dia dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.

Pertanggungjawaban pidana dalam syariat Islam juga adalah pembebanan terhadap seseorang atas kesalahan dan perbuatannya yang telah dilarang namun dikerjakan dengan kemauannya sendiri dan ia sadar akan akibat yang diperbuatnya.

Pertanggungjawaban pidana didasarkan pada dua perkara, yaitu kekuatan berfikir dan pilihan (iradah dan ikhtiar). Oleh karena itu kedudukan anak kecil berbeda-beda pada masa yang dilalui hidupnya. Penghapus pertanggungjawaban pidana didasarkan pada hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Ali di atas.

“Tindakan dosa yang dilakukan orang yang belum dewasa dihapus (dimaafkan). Walaupun memang pemaafan terhadap tindakan

66

Hadis dikutip dari Jalaluddin as-Sayuti, al-Jami‟ ash-Shagir, Darul Fikr, hal. 24.

90

dosa yang dilakukan orang yang belum dewasa di sini berlaku mutlak jika berkaitan dengan hak Tuhan dan jika berkaitan dengan hak sesama manusia, maka pemaafan tersebut berlaku terhadap hukuman pokok namun bukan berarti bebas dari hukuman sama sekali. Dalam hal ini pelaku dikenakan hukuman pengganti yang lebih ringan, yang jika berkaitan dengan pembunuhan, hukumannya bukan qișaș melainkan diat”.

Jika anak di bawah umur melakukan tindak pidana atau jarῑmah menimbulkan kerugian besar terhadap korban maka tentunya dia harus diberikan pembinaan secara konsisten sehingga anak tersebut tidak tumbuh dewasa menjadi penjahat. Sebab esensi pemberian hukuman kepada pelaku jarῑmah menurut Islam adalah pertama, pencegahan serta balasan, dan kedua, adalah perbaikan dan pengajaran, agar pelaku jarimah tidak mengulangi perbuatan yang merugikan itu serta merupakan tindakan preventif bagi orang lain untuk tidak melakukan hal yang sama.67

Dengan demikian hukuman terhadap anak di bawah umur yang melakukan tindak pidana atau jarῑmah dibebankan kepada walinya, yaitu orang tuanya. Karena orang tua wajib mendidik

67

91

anaknya agar menjadi anak baik-baik. Apabila anak menjadi jahat, berarti orang tua tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka orang tuanyalah yang menanggung akibat tindakan anaknya, yakni diberi sanksi karena kelalaiannya.

B. Persamaan dan perbedaan antara hukum positif di Indonesia dan hukum pidana Islam

1. Persamaan Menurut Hukum Positif di Indonesia dan Hukum

Dokumen terkait