• Tidak ada hasil yang ditemukan

baik

7 38.9 12 66.7 12 66.7 18 100.0 51 283.3 76 422.2 79 438.9 101 561.1 9 47.2 13 70.4 13 73.1 17 93.5 Jumlah Rata-rata NO INDIKATOR

Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Sumber: data olahan peneliti 2011

Perbandingan perolehan jumlah skor motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada data awal, siklus I, II dan III juga dapat dilihat pada gambar historam ini:

Gambar 1

Gambar Histogram Motivasi Belajar Klasikal Siswa Pada Sebelum Tindakan Siklus I, Siklus II dan SIklus III

Sumber: data peneliti 2011 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Tabel IV. 14

Rekapitulasi Kategori Klasifikasi Standar Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Pada Data Awal, Siklus I, Siklus II dan III

skor % skor % skor % skor % 1

Mengerjakan tugas dengan baik

10 55.6 14 77.8 12 66.7 18 100.0

2

Bertanya tentang bahan pelajaran yang dianggapnya sulit

10 55.6 14 77.8 13 72.2 18 100.0

3

Tidak mau mencontek pekerjaan orang lain

6 33.3 11 61.1 13 72.2 15 83.3

4

Mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin.

10 55.6 15 83.3 17 94.4 16 88.9

5

Membuat PR yang diberikan guru dengan baik

8 44.4 10 55.6 12 66.7 16 88.9

6

Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan

baik

7 38.9 12 66.7 12 66.7 18 100.0 51 283.3 76 422.2 79 438.9 101 561.1 9 47.2 13 70.4 13 73.1 17 93.5 Jumlah Rata-rata NO INDIKATOR

Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Sumber: data olahan peneliti 2011

Perbandingan perolehan jumlah skor motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada data awal, siklus I, II dan III juga dapat dilihat pada gambar historam ini:

Gambar 1

Gambar Histogram Motivasi Belajar Klasikal Siswa Pada Sebelum Tindakan Siklus I, Siklus II dan SIklus III

Sumber: data peneliti 2011 47.2

70.4 73.1

93.5

Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III Tabel IV. 14

Rekapitulasi Kategori Klasifikasi Standar Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Pada Data Awal, Siklus I, Siklus II dan III

skor % skor % skor % skor % 1

Mengerjakan tugas dengan baik

10 55.6 14 77.8 12 66.7 18 100.0

2

Bertanya tentang bahan pelajaran yang dianggapnya sulit

10 55.6 14 77.8 13 72.2 18 100.0

3

Tidak mau mencontek pekerjaan orang lain

6 33.3 11 61.1 13 72.2 15 83.3

4

Mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin.

10 55.6 15 83.3 17 94.4 16 88.9

5

Membuat PR yang diberikan guru dengan baik

8 44.4 10 55.6 12 66.7 16 88.9

6

Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan

baik

7 38.9 12 66.7 12 66.7 18 100.0 51 283.3 76 422.2 79 438.9 101 561.1 9 47.2 13 70.4 13 73.1 17 93.5 Jumlah Rata-rata NO INDIKATOR

Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Sumber: data olahan peneliti 2011

Perbandingan perolehan jumlah skor motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada data awal, siklus I, II dan III juga dapat dilihat pada gambar historam ini:

Gambar 1

Gambar Histogram Motivasi Belajar Klasikal Siswa Pada Sebelum Tindakan Siklus I, Siklus II dan SIklus III

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan penerapan metode Clustering pada data awal, siklus I dan siklus II, dapat diperbaiki pada siklus III hingga mencapai tingkat sangat sempurna ternyata dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Melalui perbaikan proses penerapan metode Clustering pada siklus III tersebut, motivasi belajar siswa mencapai jumlah rata-rata persentase 93.5, angka ini dikategorikan baik.

D. Pengujian Hipotesis

Hipotesis tindakan yang penulis rumuskan yaitu jika metode Clustering diterapkan pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) maka akan meningkatkan motivasi belajar Siswa kelas V SDN 020 Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru “diterima”.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis seperti disampaikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Clustering, maka akan dapat meningkatkan motivasi Belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa Kelas V SDN 020 Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru.

Dari hasil observasi disimpulkan bahwa motivasi belajar pendidikan Agama Islam dengan penerapan metode Clustering mengalami peningkatan dibandingkan sebelum tindakan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase 47.2% sebelum tindakan meningkat pada siklus I menjadi 70.4%. Pada siklus II angka persentasenya 73.1% dan pada siklus III meningkat mencapai 93.5%.

Keberhasilan ini dapat tercapai dipengaruhi oleh pengunaan metode Clustering, aktivitas siswa menjadi lebih aktif yang berarti siswa cenderung positif dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan demikian maka tingkat penerimaan siswa akan meningkat dan pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

B. Saran

Bertolak dari kesimpulan dan pembahasan hasil peneliti diatas, berkaitan dengan penerapan metode Clustering yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa saran yaitu:

1. Guru telah melaksanakan secara keseluruhan metode clustering. Maka, metode ini harus sering diterapkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

2. Dalam penerapan metode Clustering, sebaiknya guru dapat menjelaskan dengan rinci metode Clustering agar siswa tidak merasa asing lagi dengan metode Clustering tersebut.

3. Kepada guru-guru yang lain diharapkan memakai metode Clustering dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.

4. Kepada rekan-rekan mahasiswa dan para pencipta pengembangan ilmu pengetahuan diharapkan hendaknya selalu meneruskan dan meningkatkan usaha-usaha demi kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dimasa yang akan datang.

Karya.2005

Agus Suprijono. Cooperative Lerning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.

Ali dan Nurhayati. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Inti Prima Aksara. 2006.

Anas Sudjono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.

Bobbi De Porter dkk. Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Bandung: Mizan Media Utama. 2000.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: balai Pustaka. 2002.

Dimyati dan Munjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. Elida Prayitno. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud. 1989.

Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.

http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurut-berbagai-pakar/ ditulis oleh starawaji.

http://suhatman-ate.blogspot.com/2009/01/pentingnya-pendidikan-agama-islam.html

http://Widyastuti, Posts Tagged “ Metode Clustering”, diakses tanggal 05 Juni 2011

Handoko. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku Ibid.Yogyakarta: Kanisius. 2002.

Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Isjoni. Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta:

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda. 2007.

Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2005.

Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.

Slavin, Robert E. Cooperative learning Teori, Riset dan Praktis. Bandung: Nusa Media. 2008.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 1998.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada. 2007.

Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada. 2005.

Udin S. Winataputra. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001.

Winardi. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2007.

Werkanis dan Marlius Hamidi. Strategi Pembelajaran, Pemdaprov Riau Dinas Pendidikan Nasional. 2003.

Dokumen terkait