• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajaran III Kedisiplinan

A. Menyimak Dongeng

Setelah mengikuti pembelajaran berikut ini, kamu diharapkan dapat:

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan dongeng yang didengarkan,

menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang didengar,

mendiskusikan hal-hal yang menarik dari dongeng yang didengar.

Pernahkah kamu mendengar dongeng tentang Malin Kundang? Apakah isi dongeng Malin Kundang? Benar, Malin Kundang berisi cerita tentang anak yang durhaka kepada ibunya sehingga ia dikutuk oleh Tuhan dan menjadi batu. Tema cerita Malin Kundang dari Sumatra Barat ini ternyata juga bisa ditemui di daerah lain di Indonesia. Apakah daerahmu juga ada cerita semacam ini? Kalau ada, tulislah dengan singkat cerita itu!

1. Mendengarkan Dongeng yang Dibacakan

Sekarang mari kita berlatih mendengarkan dongeng! Tutuplah bukumu, salah seorang temanmu atau gurumu akan membacakan dongeng berikut ini!

Empat Ekor Lembu Jantan dan Seekor Singa

"Bahaya!" Kata seekor lembu pada tiga lembu lainnya. "Apakah kalian mendengar suara singa?" Keempat lembu yang sedang merumput di padang hijau dan luas mengangkat kepala.

"Ya, aku mendengarnya. Sepertinya singa itu sendirian." Sahut lembu berkulit putih totol coklat. "Kalau dia menyerang kita, kita harus berusaha melawannya."

"Baiklah, jangan berpencar. Kita musti saling melindungi, kawan-kawan!"

Ketiga lembu lain mengangguk. Lalu mereka melanjutkan makan rumput dalam jarak berdekatan dan tetap waspada.

Benar sekali, seekor singa sedang mengendap menuju lembu-lembu itu. "Auhmmm... lapar sekali," Singa itu mengaum dari balik rumput-rumput yang tinggi, "Lembu-lembu yang gemuk. Auhmm...!"

Tak lama kemudian singa itu sudah sangat dekat dengan para lembu. "Cepat! Merapat kawan-kawan" Lembu gemuk berkulit coklat belang putih memberi isyarat. Lembu lainnya segera merapat saling membelakangi. Ekor mereka saling mendekati.

"Auhmm!" Singa itu siap menerkam ke arah lembu yang paling gemuk. Tapi lembu itu sudah siap mengibas-ibaskan tanduknya.

Singa yang kelaparan itu mencoba menerkam. Tapi luput. Malah perutnya hampir terluka terkena tanduk lembu yang kuat dan tajam.

"Aaaghh! Sakit sekali." Singa meringis, meski tidak luka oleh tanduk, namun perutnya terasa sakit sekali. Lalu ia berlari mengitari keempat lembu. Lembu-lembu merapatkan posisi mereka, saling melindungi satu sama lain. Mereka seperti membuat benteng yang kuat. Dari arah manapun sang singa akan menerkam, tanduk-tanduk lembu menghadangnya.

Singa itu sangat kelaparan. Sudah beberapa hari hanya makan hewan-hewan kecil seperti kelinci saja. "Lembu-lembu ini akan lengah atau kecapaian," Katanya dalam hati.

Dugaan singa itu salah. Setiap kali ia menyerang, para lembu sudah sangat siaga. Sampai sore hari, singa itu belum berhasil menerkam mangsanya. Malah, perut dan pipi singa itu robek berdarah.

"Uphs, kalau begini aku bisa mati. Nggak lucu. Masa' singa mati oleh tanduk mangsanya." Singa akhirnya kelelahan. Akhirnya ia mundur menjauh dan pulang ke sarangnya.

Keesokan harinya, singa itu kembali mencoba menerkam salah satu lembu.

"Kawan-kawan, dia datang lagi! Berkumpuuul!" Seekor lembu berteriak. "Auuhmmm! Hari ini aku pasti berhasil." Sang singa melompat sepenuh tenaga.

Para lembu tetap saling melindungi seperti hari sebelumnya. Ditambah rasa percaya diri yang besar, karena sebelumnya mereka berhasil mengusir singa itu. "Rasakan tajamnya, tandukku!" kata lembu coklat belang putih. Singa dengan sigap berhasil menghindar kibasan tanduk itu. Ia berputar ke arah kanan. Lalu menyerang salah satu lembu yang dia kira lengah.

"Pergi Kamu!" Kata lembu paling kurus.

Dan, Crasssh! Tanduk sang lembu kurus berhasil mengiris tepian leher singa. Singa melolong kesakitan, lalu pergi mengobati lukanya.

Kejadian seperti itu terjadi berkali-kali. Hari demi hari, singa tak dapat menerkam satu pun dari keempat lembu. Singa kelaparan, ia hanya makan kelinci, tupai tanah, burung-burung dan hewan kecil lainnya. Demikianlah

semakin merasa putus asa. Tenaganya pun semakin melemah karena kekurangan makanan.

Para lembu pun merasa yakin bahwa singa itu sudah tidak berani lagi mengincar mereka. "Sekali lagi ia menyerang kita, ia akan terluka parah dengan tandukku!" Kata salah satu dari mereka.

"Aku rasa juga begitu," Lembu lain menimpali. "Jangankan melawan kita secara serentak, melawan aku sendiri saja ia pasti akan kelelahan."

"Itu benar! Lihatlah caranya berjalan. Sudah tidak bertenaga. Tidak menyeramkan sama sekali."

"Kawan-kawan, menurutku kita tetap harus waspada dan bersatu melawannya."

"Aaah... dasar penakut!"

"Sudahlah, jangan gusar. Dia tidak akan berani lagi!"

"Iya! Tidak perlu terlalu khawatir. Mari kita merumput lagi."

Keempat lembu kemudian dapat menikmati rumput-rumput segar dengan tenang tanpa merasa terancam.

"Mmm, menyenangkan. Kawan-kawan, sepertinya rumput-rumput muda sedang tumbuh di dekat danau. Kita ke sana!" Lembu putih totol coklat mengajak teman-temannya.

"Malas, ah. Rumput di sini, juga segar." Jawab lembu gemuk coklat belang putih, "Kamu saja ke sana saja sendiri, kalau mau."

"Aku akan ke pucuk bukit. Rumput muda di sana lebih enak." Lembu kulit kuning akhirnya bicara sambil bergerak menuju ke atas gundukan bukit.

Akhirnya mereka berpisah. Lembu kurus mencari tempat yang paling aman baginya, sebuah padang kecil yang terlindung oleh tebing-tebing batu. Dari kejauhan, singa melihat peristiwa itu. "Ahha! Sekarang saatnya. Mereka berpisah dan tidak bisa saling melindungi."

Singa dengan cepat berlari menuju ke lembu yang sendirian. Meski lembu berusaha melawan mati-matian, tapi singa terlalu kuat untuk dihadapi sendiri. Tak lama kemudian lembu itu mati dan menjadi santapan singa.

Akhirnya, satu demi satu lembu mati diterkam singa. Karena keempat lembu lupa dengan semboyan pernah mereka ucapkan, "Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh".

* * *

Sumber:"The Four Oxen and the Lion" dalam Fabel-fabel Aesop. Diceritakan kembali oleh Samara [Syam Asinar Radjam]. Posted by syamar at 07:51 in cerita anak [terjemahan] | Link | Comments (0)

2. Membuat Pertanyaan tentang Dongeng

Setelah kamu dengarkan dongeng tadi, buatlah pertanyaan-pertanyaan tentang isi dongeng. Pertanyaan yang kamu buat dapat dimulai dengan kata-kata seperti di bawah ini, atau kamu kembangkan pertanyaan sendiri. a. Siapakah ....? b. Di manakah ....? c. Ke manakah ....? d. Membawa apakah ....? e. Bagaimanakah ....? f. Mengapa ….? 3. Menjawab Pertanyaan

Sekarang, bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing anggotanya terdiri atas empat atau lima orang. Diskusikan jawaban pertanyaan-pertanyaan yang telah kalian buat.

4. Mengemukakan Hal Menarik dalam Dongeng

Ketika kita mendengarkan dongeng, kita dapat mengemukakan hal-hal menarik yang ada di dalam dongeng itu. Hal yang menarik di dalam dongeng itu bisa (1) nama tokohnya, (2) watak tokoh-tokohnya, (3) tempat kejadiannya, (4) hal-hal yang menarik, (5) nilai yang dapat diambil sebagai hikmah, dan (6) temanya. Dari pelatihan di atas, kalian makin paham tentang dongeng Asal Mula Pulau Si Kantan. Sekarang, diskusikan dengan teman-temanmu tentang hal-hal menarik dalam dongeng tersebut! Berikan alasanmu mengapa hal itu menarik! Hasilnya tempelkan di papan tulis.

Wawasan

Mendongeng merupa-kan tradisi lisan yang sudah cukup lama dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sejak zaman dahulu nenek moyang kita sudah mempunyai kebiasaan berce-rita secara lisan. Tradisi men-dongeng itu salah satu dapat dilihat dari adanya pelipur lara.

Budaya baca tulis masuk ke Indonesia dan berkembang bersasama dengan ma-suknya perada-ban modern dan sedikit demi sedikit telah menggeser tradisi lisan itu.

Namun demikian, kebia-saan mendongeng masih ban-yak dilakukan oleh banban-yak ke-luarga, khususnya dongeng menjelang tidur. Mendengar-kan dongeng dapat memberi-kan kenikmatan tersendiri bagi anak-anak bahkan remaja se-usiamu. Mendongeng dapat memberikan hiburan. Tradisi mendongeng juga dapat me-nambah keakraban antara pendongeng dengan pende-ngarnya. Dari dongeng dapat dipetik hikmah dan nilai-nilai kehidupan yang baik untuk di-terapkan dalam kehidupan ber-masyarakat.

Yang menarik dalam dongeng Asal Mula Pulau Si Kantan (1) ... karena ... (2) ... karena ... (3) ... karena ... (4) ... karena ... (5) ... karena ...