• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Data

Dalam dokumen ANITA DE GRAVE (Halaman 46-0)

BAB III METODE PENELITIAN

D. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan suatu rangkaian proses penyederhanaan dan pengelompokkan data-data sesuai dengan alat yang digunakan. Analisis data yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat dan Lokasi Instansi

PT Bumi Karsa didirikan di Makassar dengan Akta Notaris Sistske Limowa SH. Dengan nomor 41 tanggal 14 Februari 1969, yang selanjutnya diubah dengan akta nomor 83 tanggal 27 Februari 1973 dan akta nomor 70 tanggal 16 Oktober 1973 dari notaris yang sama. Anggaran dasar Perusahaan telah mendapat persetujuan dari Departemen kehakiman dengan surat nomor YA.5/386/10 tanggal 1 Desember 1973.

PT Bumi Karsa merupakan kontraktor swasta Nasional dengan kepemilikan saham 100% murni dan berkantor di Jalan Perintis Kemerdekaan KM.15 Daya Makassar. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang usaha Pembangunan Kontruksi umum, dan telah memperoleh izin usaha pembangunan dari Departemen Perdagangan dan Koperasi nomor 7796/WL/XX/I/Nas, tanggal 14 mei 1981.

Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernama Bumi Karya dengan karyawan tetap 6 orang dan perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan NV Hadji Kalla Trd.Coy, akan tetapi sehubungan dengan kebijaksanaan pemerintah melarang pemakaian istilah “Karya” untuk perusahaan swasta, maka pertimbangan akta perusahaan sebagaimana telah disebutkan diatas, sejak itulah

“PT Bumi Karya” berubah nama menjadi “PT Bumi Karsa”.

33

PT Bumi Karsa adalah salah satu perusahaan pribumi yang bergerak dalam bidang usaha pemborongan konstruksi umum dan sejak berdirinya perusahaan tersebut telah banyak berpartisipasi dalam pembangunan melalui keikutsertaannya dalam menangani berbagai proyek di tanah air ini, adapun proyek yang dimaksud diatas, meliputi proyek dibidang Prasarana Jalan, bidang Pengairan, bidang Perumahan dan Pemukiman serta Perhubungan yang lokasinya terletak di seluruh tanah air. Sesuai dengan perkembangan penanganan pekerjaan maka perusahaan membuka Kantor Cabang di setiap Wilayah Kerja, sebagai berikut :

1. Sulawesi Selatan, Kantor Pusat, berlokasi di Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 15 Makassar

2. DKI Jakarta, Kantor Cabang Jakarta, berlokasi di Jln. H.R. Rasuna Said Kav. I Jakarta

3. Sulawesi Tengah, Kantor Cabang Palu, berlokasi di Jln. Ir. H. Juanda No. 45 Palu

4. Sulawesi Tenggara, Kantor Cabang Kendari, berlokasi di Jln. Dr. Moh. Hatta No. 71 Kendari

5. Kalimantan Timur, Kantor Cabang Samarinda, berlokasi di Jln. Pelita No. 51 Samarinda

Pada tanggal 11 September 2003, PT Bumi Karsa kembali mengukir prestasi dengan menjadi perusahaan swasta pertama dalam bidang jasa konstruksi yang memperoleh sertifikat ISO – 9001 : 2000 di daerah ini dan bahkan dikawasan Indonesia Timur.

Pengalaman PT Bumi Karsa dalam menyelesaikan berbagai macam pekerjaan proyek jalan dan jembatan, bendungan dan irigasi, lapangan terbang, dermaga pembukaan lahan dan pemukiman transmigrasi serta gedung-gedung untuk perkantoran dan fasilitas umum lainnya, telah menumbuhkan kepercayaan pemerintah dan masyarakat umum akan kemampuan serta profesionalitas sumber daya manusia dan peralatan yang dimiliki oleh PT Bumi Karsa untuk menyelesaikan berbagai jenis proyek. Dalam kurun waktu yang cukup lama ini, karya pengabdiaan PT Bumi Karsa menunjang pembangunan nasional tersebar diberbagai pelosok tanah air, khususnya di Indonesia Bagian Timur.

B. Visi dan Misi

Adapun Visi dan Misi PT Bumi Karsa adalah sebagai berikut:

1. Visi PT Bumi Karsa

Menjadikan perusahaan jasa kontruksi berskala Internasional yang berdaya saing dan inovatif .

2. Misi PT Bumi Karsa

Menyediakan jasa kontruksi dibidang sipil, dan arsitektur dengan komitmen pada biaya, mutu, waktu, K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), dan kerjasama yang sinergis serta senantiasa memberikan jaminan terhadap “Kepuasan Pelanggan” .

C. Uraian Tugas dan fungsi

Pelaksana PT Bumi Karsa terdiri dari:

1. Komisaris

Komisaris melapor kepada dewan komisaris. Tujuan strategis jabatan adalah memastikan terbangunnya system pengembangan bisnis perusahaan dan pengelolaan SDM yang efektif dalam rangka untuk mencapai visi dan misi perusahaan.

2. Direktur Utama

Bertanggung jawab kepada komisaris. Tugas utamanya adalah melaksanakan visi dan misi perusahaan dan merealisasikan pencapaiaan tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan oleh dewan komisaris.

3. Direktorat SPI

Bertanggung jawab kepada direktur utama. Tujuan jabatan adalah membantu direktur utama dalam melakukan fungsi pegawasan /pengendalian /pemeriksaan intern, baik pengawasan /pemeriksaan umum, maupun khusus (investigative audit) dengan tujuan untuk menjamin kepatuhan pusat-pusat petanggung jawaban terhadap aturan dan tata kerja (rules of conduct), system dan prosedur, dan kebijakan perusahaan.

4. Direktorat Sekertaris Perusahaan

Bertanggung jawab kepada direktur utama. Tuujan jabatan adalah mengelola kegiatan-kegiatan komunikasi peruahaan, hubungan kemasyarakatan dan pemerintah, sekretaris direksi, general affair serta kegiatan hukum dan perizinan perusahaan dan memastikan seluruh jajaran dalam perusahaan untuk mematuhi good corporate governance.

5. Direktorat Operasi

Bertanggung jawab kepada direktur utama. Tujuan jabatan adalah membantu direktur utama dalam merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh pelaksanaan kegiatan proyek, peralatan, dan plant, agar sesuai dengan rencana waktu, anggaran dan mutu yang telah ditetapkan.

6. Direktur Keuangan dan SDM

Bertanggung jawab kepada direkur utama. Tujuan jabatan adalah membantu direktur utama dalam pengelolaan keuangan perusahaan agar diperoleh arus kas masuk dan keluar yang terkendali, mengelola SDM perusahaan agar diperoleh SDM yang professional dengan iklim yang kondusif dan memuaskan pihak perusahaan dan karyawan, dan mendukung pengadaan dan logistic yang cepat, harga kompetitif dan sesuai pesanan.

7. Manajer Keuangan

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Keuangan dan SDM dalam monitoring arus kas dan dalam menyusun RAP tahunan serta laporan akhir tahun realisasi RAP sehingga diperoleh keterangan kondisi keuangan perusahaan dengan arus kas yang terkendali.

8. Manajer Akuntansi

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Keuangan dan SDM dalam mengendalikan penggunaan dana perusahaan dengan menyajikan laporan akuntansi secara rutin,

menganalisis dan mengevaluasi laporan tersebut serta memeriksa hasil verifikasi menyangkut kebijakan prosedur maupun kebijaksanaan akuntansi.

9. Manajer Logistik

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu dalam melayani pesanan dalam pengadaan serta pengelolaan dan monitoring atas material dan spare part yang dibutuhkan agar sesuai dengan jaminan mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.

10. Manajer Administrasi dan Kompensasi

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Utama dan SDM dalam merencanakan, mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan administrasi kepegawaian, kesejahteraan penghasilan pegawai agar tersaji human resource information system dengan data kepegawaian yang akurat untuk digunakan dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan pemberian hak dan pemenuhan kesejahteraan karyawan.

11. Manajer Perencanaan dan Pengembangan SDM

Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan SDM. Tujuan jabatan adalah membantu Direktur Keuangan dan SDM dalam merencanakan, mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengawasan SDM perusahaan.

D. Struktur Organisasi

Sebagai perusahaan konstruksi yang memiliki proyek di beberapa lokasi yang berbeda, PT Bumi Karsa membagi wilayah proyeknya ke dalam dua wilayah yaitu wilayah 1 (satu) yang meliputi daerah Sulawesi, Ternate, Maluku, dan Papua, serta wilayah 2 (dua) yang meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan Nusa Tenggara, dan Bali. Untuk pengelolaan keuangan, akuntansi, SDM, dan logistik untuk keseluruhan perusahaan terpusat di Makassar.

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT Bumi Karsa

KOMISARIS 1. Achmad Kalla 2. Imelda Jusuf 3. A. Untung Siraju

Sekretaris Perusahaan NURSALIM

Direktur 1 KAMALUDDIN

Kepala SPI MARTATI Direktur Utama

ZUMADI SM ANWAR

Direktur 2 FAJARUDDIN

Direktur 3 ABDUL MULUK

Area Kerja :

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A.Pembahasan

1. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha Oleh PT. Bumi Karsa

Dalam usaha untuk mendukung kelancaran operasional perusahaan, maka perusahaan bermaksud menambah aktiva tetapnya melalui sumber pembebanan dalam bentuk sewa guna usaha dengan jalan membeli aktiva secara sewa guna usaha dari pihak lessor. Diharapkan dengan menambah aktiva tersebut perusahaan dapat melakukan pekerjaannya secara optimal. PT Bumi Karsa selaku lessee dan PT Buana Finance selaku lessor menandatangani sebuah perjanjian sewa guna usaha pada tanggal 22 April 2010, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jenis aktiva yang disewa guna usaha adalah sebuah peralatan yaitu berupa 2 unit Excavator Hyunday (R 210-7) dengan harga perolehan sebesar Rp.

1.208.314.800

b. Masa sewa guna usaha mempunyai jangka waktu 3 tahun atau 36 bulan yaitu dari Mei 2010 sampai dengan April 2013. Besarnya tiap angsuran yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 46.400.000

c. Besarnya uang jaminan sebagai opsi pembelian dimana lessee akan membeli peralatan yang disewa guna usaha adalah sebesar Rp. 37.292.282

d. Penyusutan atas peralatan yang disewa guna usaha dengan dasar garis lurus dengan umur ekonomis 8 tahun dan tidak ada nilai sisa.

41

e. Dalam perjanjian ini, dicantumkan besarnya tingkat bunga yang digunakan sebagai dasar perhitungan beban bunga yang dibayar setiap periode sebesar 28,38679828% Per 3 Tahun.

f. Atas permintaan PT Buana Finance, perjanjian tersebut bersifat rahasia dan apapun yang terdapat didalamnya bukan untuk konsumsi publik. Hal ini disebabkan jenis peralatan yang disewa guna usaha oleh lessee dari lessor hanya 2 unit, sehingga nilai peralatan termasuk harga perolehan, besarnya angsuran dan lain- bukan untuk diketahui pihak lain.

g. Pada awal perjanjian sewa guna usaha perusahaan mengeluarkan beban-beban untuk mengadakan perikatan dengan pihak lessor diantaraya adalah beban adminstrasi dan beban asuransi. Biaya-biaya tersebut diakui dan dibebankan pada saat terjadinya yaitu pada awal masa sewa guna usaha dan termasuk dalam beban executory.

Berikut adalah deskripsi perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT Bumi Karsa, atas dasar penjelasan perjanjian sewa guna usaha diatas, perusahaan dibebani hutang oleh lessor sebesar Rp 1.208.314.800 dengan rincian sebagai berikut:

Angsuran sewa tahun Pertama (46.400.000 x 12 bulan) : Rp 556.800.000 Angsuran sewa tahun kedua (45.600.000 x 12 bulan) : Rp 547.200.000 Angsuran sewa tahun ketiga (33.284.650 x 12 bulan) : Rp 399.415.800

Rp 1.503.415.800 Simpanan Jaminan (uang muka sewa) Rp. 37.292.282

Total nominal pembayaran sewa Rp. 1.540.708.082

Sedangkan pencatatan transaksi yang dilakukan oleh PT Bumi Karsa selaku lessee adalah sebagai berikut :

a. Pada saat lessee mencatat perolehan peralatan, jurnal yang dibuat adalah Peralatan ... Rp 1.208.314.800

Kewajiban Sewa Guna usaha...Rp 1.208.314.800

(Untuk mencatat aktiva yang diperoleh dari kewajiban sewa guna usaha) Perusahaan mencatat sewa guna usaha sebagai peralatan dalam kelompok aktiva tetap karena perusahaan menganggap aktiva tersebut pada masa akhir sewa guna usaha akan dibeli dan menjadi milik perusahaan, oleh sebab itu pencatatannya disamakan juga dengan pencatatan untuk aktiva lainnya seperti mesin, atau peralatan lain yang diperoleh bukan dari sewa guna usaha.

b. Pada saat membayar uang muka sebagai simpanan jaminan untuk membeli peralatan, jurnal yang dibuat adalah :

Uang Muka Sewa... Rp 46.400.000

Bank ... Rp 46.400.000

Sedangkan dalam pencatatan pembayaran simpanan jaminan sebesar Rp.

46.400.000 dianggap perusahaan sebagai bagian dari perkiraan uang muka dan diklasifikasikan ke dalam aktiva lancar.

c. Pada saat mencatat angsuran sewa guna usaha perusahaan membedakan menjadi angsuran pelunasan kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga.

Untuk tingkat bunga aktiva sewa guna usaha, perusahaan menetapkan sebesar 28,38679828% Per 3 tahun.

Untuk tingkat bunga atas aktiva yang disewa dari PT. Buana Finance, perusahaan menghitung sebagai berikut:

 Beban Perolehan Aktiva Sewa Guna Usaha : Rp 1.208.314.800

Simpanan Jaminan : Rp (37.292.282)

Saldo Awal Hutang Usaha : Rp 1.171.022.518

 Beban bunga diperhitungkan sebagai selisih total antara total nominal pembayaran sewa dengan saldo awal hutang usaha sebelum dikurangi simpanan jaminan, sehingga nilai beban bunga sebesar:

Jumlah nominal pembayaran sewa : Rp. 1.540.708.082 saldo awal hutang SGU sebelum dikurangi

Simpanan Jaminan : Rp (1.208.314.800) Beban Bunga selama masa sewa : Rp 332.415.800

 Tarif bunga selama masa sewa guna usaha adalah hasil bagi antara beban bunga selama masa sewa dengan saldo awal hutang sewa.

Tarif Bunga = Rp 332.415.800 x 100%

Rp 1.171.022.518

= 0,283867982 atau 28,38679828% Per 3 Tahun

Tarif bunga selama 3 tahun sebesar 28,38679828%, sehingga untuk menghitung tingkat bunga selama 3 tahun yaitu:

 Dari tingkat bunga tersebut kemudian ditentukan beban bunga per 3 tahun yaitu sebesar Rp. 332.415.800 diperoleh dari 28% x 1.171.022.518, dan

besarnya kewajiban pokok adalah Rp.1.540.708.082 diperoleh dari Rp.332.415.800 ditambah Rp.1.208.314.800

Dari perhitungan tersebut, jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk 3 tahun sewa guna usaha adalah sebagai berikut:

Kewajiban Sewa Guna Usaha ... Rp.1.208.314.800 Beban Bunga... Rp.332.415.800 Bank...Rp.1.540.708.082

(Untuk mencacat angsuran sewa guna usaha)

Pencacatan beban bunga yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan metode garis lurus yang besarnya tetap setiap bulan. Pembayaran sewa per bulan sebesar Rp. 46.400.000 dibayar sebulan setelah tanggal perjanjian sewa guna usaha ditandatangani. Pada angsuran kedua dan seterusnya perusahaan mencatat dengan jurnal yang sama. Untuk mengetahui rincian skedul pembayaran angsuran sewa guna usaha yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada dibawah ini:

Tabel 5.1

Skedul Pembayaran Sewa Guna Usaha Selama 36 Bulan

1 Mei 2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.171.022.518 2 Juni 2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.133.730.236 3 Juli 2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.096.437.953 4 Agustus

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.059.145.670 5 September

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.1.021.853.388 6 Oktober Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.984.561/105

2010 7 November

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.947.268.823 8 Desember

2010 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.909.976.540 9 Januari 2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.872.684.258 10 Februari

2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.835.391.975 11 Maret 2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.798.099.693 12 April 2011 Pembayaran Rp. 46.400.000 Rp 9.107.718 Rp 37.292.282 Rp.760.807.410 13 Mei 2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.724.158.098 14 Juni 2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.687.508.786 15 Juli 2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.650.859.474 16 Agustus

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.614.210.162 17 September

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.577.560.850 18 Oktober

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.540.911.537 19 November

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.504.262.225 20 Desember

2011 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.467.612.913 21 Januari 2012 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.430.963.601 22 Februari

2012

Rp.5.306.450

Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.394.314.289

23 Maret 2012 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.357.664.977 24 April 2012 Pembayaran Rp. 45.600.000 Rp 8.950.688 Rp 36.649.312 Rp.321.015.665 25 Mei 2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.294.264.359 26 Juni 2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.267.513.054 27 Juli 2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.240.761.749 28 Agustus

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.214.010.443 29 September

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.187.259.138 30 Oktober

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.160.507.832

31 November

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.133.756.527 32 Desember

2012 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.107.005.222 33 Januari 2013 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.80.253.916 34 Februari

2013 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.53.502.611 35 Maret 2013 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 Rp.26.751.305 36 April 2013 Pembayaran Rp. 33.284.650 Rp 6.533.345 Rp 26.751.305 0

37 Mei 2013 Hak Opsi Rp.37.292.282 0 Rp. 37.292.282

Rp.1.540.708.082 Rp.332.415.800 Rp.1.208.314.800 Sumber: PT Bumi Karsa (diolah), 2014

Dari Tabel diatas menjelaskan besarnya angsuran pembayaran sewa guna usaha berserta jumlah pembayaran pokok dan beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan selama masa sewa guna usaha. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan menetapkan jumlah pokok pembayaran dan beban bunga yang tidak merata sepanjang tahun. Tarif bunga ditetapkan sebesar 28,38679828% per 3 tahun untuk setiap pembayaran beban bunga pada tahun pertama sebesar Rp 9.107.718, untuk tahun kedua sebesar Rp 8.950.688 dan untuk tahun ketiga sebesar Rp 6.533.345 sedangkan pokok pembayaran pada tahun pertama sebesar Rp 37.292.282, untuk tahun kedua pokok pembayarannya sebesar Rp 36.649.312 dan untuk tahun ketiga pokok pembayarannya sebesar Rp 26.751.305 Sedangkan kewajiban sewa guna diperoleh dari pengurangan atas saldo kewajiban sewa guna usaha dengan pokok pembayaran sewa guna usaha per bulan. Pada saat pencatatan depresiasi peralatan, karena perusahaan mencatat transaksi perolehan peralatan sebagai aktiva tetap maka setiap akhir tahun harus disusutkan selama periode berjalan.

Dalam menghitung depresiasi, perusahaan menggunakan metode depresiasi garis lurus dengan umur ekonomis 8 tahun tanpa nilai sisa. Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat depresiasi adalah :

Beban depresiasi peralatan... Rp. 151.039.350 Akumulasi depresiasi peralatan... Rp. 151.039.350

(Untuk mencatat beban depresiasi dalam satu tahun) Perhitungan :

Beban Depresiasi per tahun = Harga Perolehan – Nilai Residu Taksiran Umur Dalam Tahun

= Rp. 1.208.314.800 - 0

= Rp. 151.039.350 Per Tahun8

2. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi oleh Pt Bumi Karsa

Setelah dilakukan pencatatan transaksi sewa guna usaha selanjutnya disusun dalam laporn keuangan. Dengan adanya laporan keuangan tersebut maka akan tampak posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan perusahaan ditampilkan sebagai berikut:

PT. BUMI KARSA NERACA (Parsial) Per 31 Desember 2010

Aktiva Lancar: Kewajiban Jangka Pendek:

Uang Muka SGU Rp. 37.292.282 Hutang Sewa Guna Rp 447.507.384 Usaha yang jatuh tempo

dalam 1 tahun;

Aktiva Tetap: Kewajiban Jangka Panjang:

Peralatan Rp. 1.208.314.800 Hutang Sewa Guna Rp. 651.514.800

Akm. Depresiasi Usaha setelah dikurangi

Peralatan (Rp 100.692.900) bagian yang jatuh Tempo dlm 1 tahun Sumber: PT.Bumi Karsa

Dalam hal ini penulis hanya mengungkapkan dan menyajikan sebagian dari neraca yang hanya berkaitan dengan transaksi sewa guna usaha perusahaan.

Berdasarkan neraca parsial diatas, tampak bahwa simpanan jaminan dilaporkan dalam neraca sebagai uang muka sewa guna usaha dalam kelompok aktiva lancar sebesar Rp. 37.292.282 sehingga jumlah aktiva lancar dilaporkan lebih besar dari yang sebenarnya. Peralatan sewa guna usaha dilaporkan tanpa memisahkannya dengan peralatan milik sendiri sebesar Rp 6.805.780.002.213 hal ini menjadi tidak wajar karena perusahaan tidak akan memiliki gambaran yang jelas tentang peralatan yang diperoleh secara sewa guna usaha. Sedangkan penyajian atas kewajiban sewa guna usaha telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada PSAK karena perusahan telah memisahkan antara kewajiban jangka pendek dengan kewajiban jangka panjang sebesar Rp. 37.292.282 dan Rp 6.805.780.002.213

PT. BUMI KARSA

LAPORAN LABA RUGI (Parsial)

Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2010 Pendapatan:

Beban Usaha:

Beban Depresiasi Peralatan (Rp 100.692.900)

Pendapatan/Beban lain-lain:

Beban Bunga (Rp. 72.861.744)

Sumber: PT Bumi Karsa

Laporan laba rugi PT Bumi Karsa diatas melaporkan tentang beban depresiasi peralatan sewa guna usaha selama 8 bulan dari tanggal transaksi terhitung mulai Mei 2010 s/d Februari 2011 sebesar Rp 100.692.900, dan beban bunga yang dihitung dengan nilai yang tetap sepanjang periode sewa sebesar Rp.

72.861.744

Catatan Laporan Keuangan:

1. Simpanan jaminan yang timbul saat memperoleh peralatan sebesar Rp.37.292.282 telah diterapkan oleh pihak lessor tanggal 22 April 2010 dicatat pada perkiraan uang muka sewa guna usaha dan masuk kelompok aktiva lancar 2. Peralatan yang diperoleh adalah sebesar Rp.1.208.314.800 dan telah dijurnal

pada 22 April 2010

3. Akumulasi depresiasi peralatan sebesar Rp. 100.692.900, diperoleh dari perhitungan berikut:

Depresiasi setiap tahun = Rp. 151.039.350

Depresiasi tahun 2010 (Mei s/d Desember) = Rp. 151.039.350 x 8/12

= Rp. 100.692.900

4. Kewajiban sewa guna usaha pada awal masa sewa guna usaha sebesar Rp.1.208.314.800, pada akhir tahun 2010 diklasifikasikan dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang yaitu sebesar:

Kewajiban Sewa Guna Usaha (jangka pendek) = Rp 37.292.282 x 12

= Rp 447.507.382 Harga Perolehan Peralatan Sewa Guna Usaha = Rp.1.208.314.800 Kewajiban SGU (jangka pendek) = Rp (447.507.382)

= Rp 760.807.416 Pembayaran Pokok SGU selama tahun 2010 = Rp (Rp 37.292.282) Kewajiban Sewa Guna Usaha (jangka panjang) = Rp 651.514.800 5. Beban bunga dihitung sebesar Rp. 72.861.744 (9.107.718 X 8).

PT. BUMI KARSA NERACA (Parsial) 31 Desember 2011

Aktiva Lancar: Kewajiban Jangka Pendek:

Uang Muka SGU Rp. 36.649.312 Hutang Sewa Guna Usaha yang jatuh tempo

dalam 1 tahun Rp 439.791.745

Aktiva Tetap: Kewajiban Jangka Panjang:

Peralatan Rp 1.208.314.800 Hutang Sewa Guna

Akm. Depresiasi Usaha setelah dikurangi

Peralatan Rp. (251.732.250) bagian yang jatuh

tempo dlm 1 tahun Rp 211.723.046 Sumber. PT. Bumi Karsa

Neraca diatas menunjukkan nilai buku peralatan sewa guna usaha sebesar Rp 956.582.550. Sedangkan aktiva lancar, tetap dilaporkan sebesar uang muka sewa Rp. 36.649.312 tanpa perubahan sampai periode sewa berakhir, demikian halnya dengan saldo kewajiban sewa guna usaha yang semakin menurun selaras dengan pelunasan kewajiban sewa guna usaha yang dibayarkan tiap periode.

PT. BUMI KARSA

LAPORAN LABA RUGI (Parsial)

Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2011 Pendapatan:

Beban Usaha:

Beban Depresiasi Peralatan Rp. (151.039.350)

Pendapatan/Beban lain-lain:

Beban Bunga Rp. (107.408.255)

Sumber : PT Bumi Karsa

Laporan laba rugi PT Bumi Karsa diatas menjelaskan pelaporan beban depresiasi peralatan selama satu tahun periode sewa sebesar Rp. 151.039.350, dan beban bunga yang tidak merata sepanjang periode sewa yaitu sebesar Rp.107.408.255. Dari sini dapat diketahui bahwa perusahaan telah melakukan pembebanan bunga yang tidak sama setiap tahunnya begitu pula dengan kewajiban sewa guna usaha yang tiap tahunnya mengalami penurunan.

Catatan Laporan Keuangan:

1. Simpanan jaminan dan perkiraan peralatan pada 31 Desember 2011 yang dicantumkan bernilai tetap seperti tahun 2010

2. Akumulasi depresiasi peralatan pada tahun 2011 sebesar Rp. 251.732.250 yang dihitung dari:

Depresiasi tahun 2010 = Rp. 100.692.900 Depresiasi tahun 2011 = Rp. 151.039.350 Depresiasi sampai tahun 2011 = Rp. 251.732.250

3. Kewajiban sewa guna usaha jangka pendek dan kewajiban sewa guna usaha jangka panjang tahun 2011 sebesar:

Kewajiban Sewa Guna Usaha (jangka pendek) = Rp 36.649.312 x 12

= Rp 439.791.745 Kewajiban SGU jangka panjang sebesar Rp 321.015.665 dihitung dari:

Kewajiban SGU jangka panjang tahun 2010 = Rp 651.514.800 Kewajiban SGU jangka pendek tahun 2011 = Rp 439.791.745 Kewajiban SGU jangka panjang tahun 2011 = Rp 211.723.046 4. Beban bunga pada tahun 2011 sebesar Rp.107.408.255 (8.950.688 x 12)

PT. BUMI KARSA NERACA (Parsial) 31 Desember 2012

Aktiva Lancar: Kewajiban Jangka Pendek:

Uang Muka SGU Rp 33.284.650 Hutang Sewa Guna Usaha yang jatuh tempo

dalam 1 tahun Rp 211.723.046

Aktiva Tetap: Kewajiban Jangka Panjang

Peralatan Rp 1.208.314.800 Hutang Sewa Guna

Akm. Depresiasi Usaha setelah dikurangi

-Peralatan Rp (402.771.600) bagian yang jatuh tempo dalam 1 tahun Sumber : PT Bumi Karsa

Dari neraca parsial per 31 Desember 2012 diatas tampak akumulasi depresiasi yang semakin besar selaras dengan penggunaan masa manfaat peralatan tersebut, sehingga nilai buku peralatan pada tahun ke tiga sewa guna usaha menjadi Rp 805.543.200 Simpanan jaminan tetap dilaporkan sebagai uang muka sewa tanpa perubahan. Sedangkan kewajiban jangka pendek perusahaan sebesar Rp 321.015.665 hanya sampai pada masa sewa guna usaha berakhir dan dibelinya peralatan sewa guna usaha pada Februari 2013, dengan demikian hutang sewa guna usaha dalam kelompok kewajiban jangka panjang perusahaan bersaldo nol.

Dari neraca parsial per 31 Desember 2012 diatas tampak akumulasi depresiasi yang semakin besar selaras dengan penggunaan masa manfaat peralatan tersebut, sehingga nilai buku peralatan pada tahun ke tiga sewa guna usaha menjadi Rp 805.543.200 Simpanan jaminan tetap dilaporkan sebagai uang muka sewa tanpa perubahan. Sedangkan kewajiban jangka pendek perusahaan sebesar Rp 321.015.665 hanya sampai pada masa sewa guna usaha berakhir dan dibelinya peralatan sewa guna usaha pada Februari 2013, dengan demikian hutang sewa guna usaha dalam kelompok kewajiban jangka panjang perusahaan bersaldo nol.

Dalam dokumen ANITA DE GRAVE (Halaman 46-0)

Dokumen terkait