• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Perhitungan Beban Emisi NOX dan PM10

Perhitungan secara langsung (traffic counting) dilakukan untuk menghitung beban emisi NOX dan PM10 yang dihasilkan dari kendaraan yang melintasi ruas jalan di lokasi penelitian. Sampling dilakukan selama 2 (dua) hari yang dilakukan saat hari kerja (weekday) dan hari libur (weekend) pada setiap lokasi dengan lama pengukuran selama 12 (dua belas) jam.

Data hasil perhitungan jumlah kendaraan yang didapatkan kemudian dikonversi menjadi Satuan Mobil Penumpang (SMP) dengan mengalikan data jumlah kendaraan dengan nilai faktor SMP yang sesuai dengan Baku Mutu Kapasitas Jalan Indonesia (Direktorat Bina Marga dan Jalan Kota RI, 1997). Nilai faktor SMP yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Faktor Satuan Mobil Penumpang (SMP)

Jenis Kendaraan Faktor Pengali

Sepeda Motor 0,6

Kendaraan Penumpang,taxi,pick up, minibus 1

Bus, truk 2 dan 3 sumbu 3

Bs tempel, truk > 3 sumbu 4

Sumber : Direktorat Bina Marga & Jalan Kota RI,1997.

Setelah jumlah kendaraan dikonversi dengan faktor satuan mobil penumpang, selanjutnya dilakukan perhitungan beban emisi. Perhitungan beban emisi menggunakan faktor emisi berbasis kilometer jalan kendaraan (vehicle kilometer traveled - VKT atau panjang perjalanan rerata kendaraan per tahun).

Dalam perhitungan VKT setiap kategori kendaraan pada suatu ruas jalan diasumsikan karakteristik lalu lintasnya tetap sehingga perhitungannya dapat dilihat pada Persamaan 2.1.

Faktor emisi yang digunakan pada perhitungan beban emisi mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PerMen LH) No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah. Faktor emisi kendaraan bermotor disajikan pada Tabel 3.4.

III - 8 Tabel 3.4 Faktor Emisi Kendaraan Bermotor

Kategori NOx (g/km) PM10 (g/km)

3.5.2 Analisis Pengaruh Jumlah Kendaraan Terhadap Beban Emisi

Analisis pengaruh jumlah kendaraan terhadap beban emisi dilakukan dengan uji korelasi. Uji korelasi merupakan metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih. Ukuran untuk derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien korelasi (Alihta, 2017).

Koefisien korelasi berada pada range -1 ≤ R ≤ +1. Koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.1 (Suryati dkk, 2018) :

R = 𝑛∑𝑥𝑦−(∑𝑥)⋅(∑𝑦)

√(𝑛.∑𝑥2−(∑𝑥)2(𝑛.∑𝑦2−(∑𝑦)2))...(3.1) Dimana :

R = Koefisien korelasi X = variabel dependen Y = variabel independen a. Korelasi positif kuat

Korelasi dinyatakan positif kuat apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1 atau sama dengan +1.

Hal ini menunjukkan setiap kenaikan nilai variabel X akan diikuti dengan kenaikan nilai variabel Y dan setiap penurunan nilai variabel X akan diikuti dengan penurunan nilai variabel Y (Alihta, 2017).

b. Korelasi negatif kuat

Korelasi dinyatakan positif kuat apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau sama dengan -1.

Hal ini menunjukkan setiap kenaikan nilai variabel X akan diikuti dengan kenaikan nilai variabel Y dan setiap penurunan nilai variabel X akan diikuti dengan penurunan nilai variabel Y (Alihta, 2017).

c. Tidak Ada Korelasi

Korelasi dinyatakan tidak ada apabila hasil perhitungan korelasi mendekati 0 atau sama dengan 0. Hal ini menunjukkan naik turunnya nilai suatu variabel tidak mempunyai kaitan dengan naik turunnya nilai variabel lainnya (Alihta, 2017).

III - 9 3.6 Rencana Skenario Penurunan Beban Emisi

Jumlah penduduk Kota Medan menurut BPS Kota Medan (2016) telah mencapai 2,3 juta jiwa, dimana tingginya jumlah penduduk Kota Medan ditambah dengan tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor menyebabkan tingginya tingkat kepadatan kendaraan bermotor yang melintasi ruas jalan di Kota Medan. Konsep kota cerdas (smart city) menjadi isu yang sangat penting dalam aspek perkembangan berbagai kota yang ada di dunia, dimana kota harus menjanjikan hidup yang lebih nyaman, teratur, sehat dan efisien dalam setiap aspek kehidupan masyarakat kota.

Konsep kota cerdas (smart city) di Kota Medan memiliki fokus pada dimensi smart transportation, dimana smart transportation terdiri dari alat transportasi, infrastruktur dan teknologi dalam sebuah sistem yang terintegrasi antara alat, sarana fisik/infrastruktur dengan sistem pelayanan dan penyediaan dalam proses penggunaan alat transportasi tersebut. Konsep smart transportation telah diimplementasikan dalam konsep ITS (Intelligent Transportation System) dengan melakukan observasi langsung kepada masyarakat sebagai narasumber dalam penggunaan layanan transportasi publik dari Pemerintah Kota Medan (Hariani dkk, 2017).

Saat ini pemerintah Kota Medan sedang menyusun Dokumen Perencanaaan Teknis Angkutan Massal berbasis jalan (BRT) dan berbasis rel (LRT). Perencanaan Teknis Pembangunan BRT dilaksanakan oleh Institue for Transportation Development and Policy (ITDP). Persiapan proyek dilaksanakan melalui mekanisme PDF (Public Development Fund) oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang akan membantu Pemerintah Kota Medan dalam mempersiapkan Studi Kelayakan (Final Business Case/FBCC) dimana skema pelaksanaan pembangunan angkutan massal di Kota Medan menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) melalui Kesepakatan Induk Pemko Medan dan Kementerian Keuangan RI Nomor DK-2/PR/2017 dan Nomor 551/44808/2017 Tanggal 5 Mei 2017 (Dishub Kota Medan, 2018).

Beberapa rencana skenario penurunan beban emisi yang dapat dilakukan yaitu : 1. Penerapan Bus Rapid Transit (BRT)

Skenario penerapan Bus Rapid Transit (BRT) dilakukan dengan mengurangkan jumlah kendaraan dengan persen pengguna yang beralih terlebih dahulu kemudian menggantinya dengan sistem BRT yang berkapasitas 50 penumpang. Menurut penelitian Suryati dan Khair (2016) yang dilakukan di Kota Medan, skenario penurunan emisi dengan penerapan BRT berpotensi menurunkan emisi CO sebesar 25,02% - 29,44 %.

Menurut penelitian yang dilakukan Ferdiansyah (2009), persentase perpindahan pengguna sepeda motor ke BRT yaitu sebesar 80% sedangkan persentasi perpindahan pengguna mobil pribadi ke BRT yaitu sebesar 75%. Sedangkan penetapan persentase pemindahan moda transportasi berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu pemindahan moda TransJakarta ± 20% (DNPI, 2010) dan target untuk

III - 10 BRT di Kota Medan adalah ± 32% (Dishub Kota Medan,2015). Pada penelitian ini, jumlah kendaraan sepeda motor dan mobil dengan persentase pengurangan sebesar 30%.

Untuk jumlah BRT yang dihitung berdasarkan jumlah penumpang BRT dibagi dengan kapasitas bus.

Pada penelitian ini kapasitas BRT yang digunakan adalah BRT berkapasitas 75 orang. Sehingga jumlah BRT yang digunakan dapat dinyatakan dalam unit. Sedangkan untuk konversi jumlah tiap jenis kendaraan ke beban emisi NOx dan PM10 dapat mengkalikan dengan faktor emisi jenis kendaraan dan faktor konversi kendaraan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah.

2. Penerapan Light Rail Transit (LRT)

Light Rail Transit (LRT) adalah kereta api ringan berbasis rel listrik. LRT banyak dioperasikan pada kota-kota besar. LRT disebut kereta ringan karena mempunyai gerbong yang jumlahnya terbatas dari 2 sampai 8 unit (BPPT, 2018).

Angkutan massal seperti Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rail Transit (LRT) merupakan jenis angkutan yang menghemat bahan bakar. hal ini dikarenakan daya tampung penumpang pada angkutan umum lebih banyak daripada angkutan pribadi. Sehingga dapat mengurangi beban emisi dapat memperlancar arus lalu lintas. Kontribusi penumpang LRT pada tahun 2050 diperkirakan sebesar 20,82% dan dapat menghemat penggunaan bahan bakar sebesar 45,81% (BPPT, 2018).

Manfaat penerapan LRT di Kota Medan yaitu mendukung terwujudnya sistem transportasi jalan yang handal, kapasitas mencukupi, tertib dan teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman dan nyaman serta memperlancar pergerakan arus kendaraan yang berdampak pada meningkatnya mobilitas manusia, barang, dan jasa (Dishub Kota Medan, 2018).

Dokumen terkait