• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Data

Dalam dokumen KAJIAN YURIDIS PEMBATALAN SERTIPIKAT GANDA (Halaman 32-61)

BAB III : METODE PENELITIAN

D. Metode Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun data yang diperoleh di lapangan sebagai data primer, selanjutnya akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif. Analisa kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya. Dalam menganalisis data yang diperoleh akan digunakan cara berpikir yang bersifat Deduktif yaitu data hasil penelitian dari hal yang bersifat khusus menjadi yang bersifat umum. Dengan metode deduktif diharapkan akan diperoleh jawaban permasalahan.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Pembatalan Sertipikat. 1. Tinjauan Umum tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Sedangkan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-undang No. 9 Tahun 2004 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang-undang No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, selanjutnya disebut UU-PTUN dinyatakan bahwa :

“Seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi.”

Sedangkan Keputusan Tata Usaha Negara menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 UU-PTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Gugatan Tata Usaha Negara menurut Pasal 1 angka 5 UU-PTUN adalah : “Permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan.”

Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam mengajukan gugatan menurut Pasal 53 ayat (2) UU-PTUN adalah :

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut.

c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.

Dalam Pasal 48 ayat (1) UU-PTUN dijelaskan bahwa Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka batal

tersedia. Sedangkan yang tidak termasuk wewenang pengadilan dalam memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara dalam hal:

1. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah Yang Diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional.

Pengertian Pembatalan Hak Atas Tanah dalam Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 yaitu pembatalan keputusan mengenai pemberian suatu hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum dalam penerbitannya atau melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999, pengertian pembatalan Hak atas Tanah yaitu pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah atau sertipikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Berdasarkan ketentuan Pasal 104 ayat (1) PMNA/ Kepala BPN No. 9 tahun 1999, yang menjadi obyek pembatalan hak atas tanah meliputi :

2. Sertipikat hak atas tanah

3. Surat keputusan pemberian hak atas tanah dalam rangka pengaturan penguasaan tanah.

Dalam ketentuan Pasal 22 sampai dengan Pasal 27 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang Undang Pokok Agraria selanjutnya disebut UUPA, pembatalan hak atas tanah merupakan salah satu sebab hapusnya hak atas tanah tersebut. Apabila telah diterbitkan keputusan pembatalan hak atas tanah, baik karena adanya cacat hukum administrasi maupun untuk melaksanakan putusan pengadilan, maka haknya demi hukum hapus dan status tanahnya menjadi tanah yang dikuasai oleh Negara.

Terhadap hapusnya hak atas tanah tersebut karena disebabkan pembatalan hak, maka pendaftaran hapusnya hak tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 131 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1999, dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan atas permohonan yang berkepentingan dengan melampirkan :

a. Surat keputusan pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa hak yang bersangkutan telah batal atau dibatalkan.

b. Sertipikat hak atas tanah, apabila sertipikat tersebut tidak ada pada pemohon, keterangan mengenai keberadaan sertipikat tersebut.

Secara umum UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 menentukan bahwa sesuatu hak atas tanah akan hapus apabila:

2. Penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya. 3. Karena ditelantarkan.

4. Karena melanggar prinsip nasionalitas (haknya jatuh kepada warga negara asing). 5. Tanahnya musnah.

6. Jangka Waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi 7. Karena putusan pengadilan.

Pembatalan hak atas tanah melaksanakan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap hanya dapat diterbitkan berdasarkan permohonan pemohon, hal ini ditegaskan dalam Pasal 124 ayat (1) PMNA/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, selanjutnya dalam ayat (2), Putusan Pengadilan dimaksud bunyi amarnya meliputi dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan hukum atau intinya sama dengan itu.

Pengajuan permohonan pembatalan diajukan secara tertulis, dapat diajukan langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional atau melalui Kepala Kantor Pertanahan yang memuat :

a. Keterangan mengenai diri pemohon :

- Perorangan : Nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan disertai fotocopy surat bukti identitas, surat bukti kewarganegaraan.

- Badan Hukum : nama, tempat, kedudukan, akta atau peraturan pendiriannya disertai fotocopynya.

- Memuat nomor dan jenis hak disertai fotocopy surat keputusan dan atau sertipikat.

- Letak, batas, dan luas tanah disertai fotocopy Surat Ukur atau Gambar Situasi. - Jenis penggunaan tanah ( pertanian atau perumahan ).

c. Alasan permohonan pembatalan disertai keterangan lain sebagai data pendukung, antara lain :

- Fotocopy putusan pengadilan dari tingkat pertama dan tingkat terakhir. - Berita acara eksekusi, apabila perkara perdata atau pidana.

- Surat-surat lain yang berkaitan dengan permohonan pembatalan.

- Atas permohonan dimaksud, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pembatalan hak atau penolakan pembatalan hak.

Dengan adanya uraian diatas, maka pembatalan hak atas tanah dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum lebih luas dari pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administratif. Hal ini dikarenakan mencakup keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan juga keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangannya berada pada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.

Permohonan pembatalan hak atas tanah berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap diawali dengan timbulnya sengketa tanah yang terdapat adanya benturan kepentingan yang melibatkan pemegang hak dengan pihak

administrasi biasanya hanya melibatkan pemegang hak atas tanah dengan Badan Pertanahan Nasional.

Dengan kata lain, jika terjadi adanya sengketa hak atas tanah maka pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan keberatan langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Demikian pula dengan permohonan pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah yang didasarkan adanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap diajukan oleh yang bersangkutan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional atau melalui Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat dan diteruskan melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi yang bersangkutan.

Adapun mekanisme pembatalan hak milik atas tanah yang ditempuh dalam hal ini yakni dengan cara pengajuan gugatan hukum terhadap Pejabat Tata Usaha Negarai.c. Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan dan pihak yang terkait atas objek sengketa berupa Sertipikat yang ganda.

Pihak-pihak yang berperkara dimaksud sebagaimana dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor 53/G.TUN/2005/PTUN-MDN yakni:

Tuan Firman Pantas Asalan Siregar, Warga Negara Indonesia, Pekerjaan Pensiunan, Tempat tinggal di Komplek Taman Setia Budi Indah Blok J Nomor 17-Medan, dalam perkara ini selaku PENGGUGAT diwakili oleh kuasa hukumnya BERNANDUS TAMBA, S.H. & REKAN selaku Advokat/Penasihat Hukum, berkantor di Medan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Agustus 2005. Yang

I. Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan, berkedudukan di Jl. Karya Jasa Pangkalan Mashur Medan, dalam hal ini selaku TERGUGAT I diwakili oleh kuasanya Pegawai Bidang Hukum pada Kantor Pertanahan Kota Medan.

II. Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat, Warga Negara Indonesia, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Alamat Jl. Perjuangan/Pecuk Ireng No. 24 Medan, dalam hal ini selaku TERGUGAT II INTERVENSI memberi kuasa kepada Advokat/Penasehat Hukum, berkantor di Medan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 03 Agustus 2005.

Adapun dasar Gugatan Penggugat yakni :

- Penggugat adalah pemilik atas sebidang tanah yang terletak di Jalan Guru Sinumba II, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, seluas kurang lebih 435 Meter Persegi (M2) seperti ternyata dalam Sertipikat Hak Milik No.672 yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan pada tanggal 1 Agustus 1998, dengan batas-batas seperti diuraikan dalam Nomor Register AL 0161690201.05.04.1.00672 yang dikeluarkan Kantor Pertanahan, hingga sengketa ini diajukan ke persidangan tidak pernah dilakukan, pencabutan terhadap Hak Milik No.672 oleh penggugat.

- Menurut informasi yang diperoleh penggugat, Kantor Pertanahan Kota Medan pada tanggal 19 April 2000 telah menerbitkan Sertipikat Hak Milik No.1172 yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan pada tanggal 19 April 2000, dengan batas-batas seperti diuraikan dalam Surat Ukur Nomor 33/Helvetia

Taruli Br. Hutabarat, secara ganda menumpang pada Sertipikat Hak Milik No.672 milik Penggugat, dengan demikian Kantor Pertanahan Kota Medan secara melawan hukum telah memberikan hak baru dan/atau telah bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik, sehingga pemberian hak dan penerbitan sertipikat tersebut tidak sah menurut hukum, oleh karena itu harus dibatalkan.

- Tindakan Kantor Pertanahan Kota Medan memutuskan memberikan hak baru dengan mengeluarkan sertipikat tersebut merupakan suatu keputusan Tata Usaha Negara yang merugikan kepentingan penggugat, dan secara nyata menunjukkan Kantor Pertanahan Kota Medan tidak melaksanakan asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 jo. Pasal 53 ayat (2) Undang-undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

- Atas dasar hal tersebut Penggugat mengajukan tuntutan : a. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

b. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Sertipikat Hak Milik No. 1172 tanggal 19 April 2000 atas tanah seluas 435 M2 (Panjang 29 Meter dan Lebar 15 Meter) yang terletak di Jl. Guru Sinumba II Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan atas nama Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat.

c. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Sertipikat Hak Milik No. 1172 tanggal 19 April 2000 atas tanah seluas 435 M2 (Panjang 29 Meter dan Lebar 15 Meter) yang terletak di Jl. Guru Sinumba II Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan atas nama Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat.

d. Membebankan Tergugat untuk membayar biaya perkara.

Selanjutnya, setelah proses jawab-menjawab para pihak dalam persidangan maka dalam perkara ini bukti yang diajukan Penggugat ada 2 macam yaitu:

a. Bukti surat, terdiri dari:

1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama Firman Pantas Asalan Siregar. 2. Fotocopy Sertipikat Hak Milik No. 672 dengan No. Register

AL.016169.0201.05.04.1.00672 tertanggal 1 Agustus 1998 atas nama Firman Pantas Asalan Siregar.

3. Fotocopy Surat Akte Pelepasan Hak/Ganti Rugi No.59383/774/AKTE/1005, dikeluarkan oleh Drs. Ahmad Raja Thamrin, Camat Medan Sunggal serta dihadiri saksi-saksi. Dimana Salim Lumbanbatu (Alm) melakukan pelepasan hak kepada Firman Pantas Asalan Siregar didasarkan pada alas hak Surat Keterangan Tanah (SKT) Camat Kepala Wilayah Kecamatan Medan Sunggal Kotamadya Medan No. 185/AKT/MS/1975 tertanggal 12 Desember 1975 serta Surat Keterangan No. 413/SKT/XI/M/1985 yang dikeluarkan oleh Lurah Helvetia Kecamatan Medan Sunggal tentang batas-batas penguasaan tanah dan Surat Keterangan Bebas dari

keterangan diatas Penggugat Firman Pantas Asalan Siregar pada tahun 1998 mengajukan permohonan pembuatan Sertipikat Hak Milik No. 672 atas obyek tanah dimaksud kepada Tergugat dalam hal ini Kantor Pertanahan Kota Medan). 4. Fotocopy Sertipikat Hak Milik No. 1172 tanggal 19 April 2000 atas nama

Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan.

b. Saksi yaitu :

1. Saksi Saut Maruli Simanungkalit.

- Pada tahun 1990 Pak Firman dan keluarganya datang ke lokasi persawahan yang berdekatan dengan rumah saksi Jl. Guru Sinumba II Kelurahan Helvetia Timur dan menyuruh saksi untuk diusahai/ditanami padi.

- Sejak saksi mengusahai tanah tersebut belum ada yang merasa keberatan atas tanah tersebut.

- Saksi tidak pernah melihat pihak Badan Pertanahan Nasional datang ke lokasi tanah tersebut.

- Saksi tidak pernah melihat Ibu Damaris membuat patok batas diatas tanah tersebut.

2. Saksi Rinnis Br. Nababan.

- Jarak rumah saksi dengan lokasi tanah tersebut lebih kurang 1 Km.

- Saksi tidak pernah melihat ada orang datang ke lokasi tanah tersebut untuk mengukur.

- Saksi tidak pernah melihat pamplet yang terpampang diatas tanah. II. Bukti yang diajukan Tergugat dan Tergugat II Intervensi.

Dalam perkara ini Tergugat mengajukan alat-alat bukti berupa foto copy surat-surat yang terdiri dari:

1. Fotocopy Surat Penyerahan tanggal 21 Oktober 1998.

2. Fotocopy Akte Ganti Rugi No. 144/1973 tanggal 26 Mei 1973. 3. Fotocopy Gambar Situasi.

4. Fotocopy Buku Tanah Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur terdaftar atas nama Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat.

Untuk mendukung dalil-dalilnya Tergugat II Intervensi telah mengajukan alat-alat bukti berupa foto copy surat-surat yang terdiri dari:

1. Fotocopy Sertipikat Hak Milik No.1172 tanggal 19 April 2000 atas nama Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat.

2. Fotocopy Surat Kematian No. 474.3/46/X/ST/92 a/n Salim Lumbanbatu, BA. 3. Fotocopy Peta Pembagian tanah untuk perwakilan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Propinsi Sumatera Utara.

4. Fotocopy surat tanggal 3 Nopember 2004 yang ditujukan kepada Badan Pertanahan Nasional Medan.

5. Fotocopy surat tanda lapor polisi No.Pol.Lp/2975/K.3/X/04/OPS/TABES, tanggal 15 Oktober 2004,

7. Fotocopy Surat Tanda Terima Setoran (STTS) dari Kantor Pelayanan PBB Medan II.

B. Pertimbangan Hukum Dalam Perkara Tata Usaha Negara No. 53/G. TUN/2005/PTUN-MDN.

1. Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Putusan No. 53/G.TUN/2005/PTUN-MDN.

- Menimbang, bahwa yang dipermasalahkan oleh Penggugat dalam perkara ini adalah Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur yang diterbitkan oleh Tergugat, yang menurut Penggugat penerbitan surat keputusan aquo telah melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

- Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari bukti-bukti tertulis dari para pihak yang kemudian diikuti dengan pemeriksaan setempat maka didapat suatu kesimpulan bahwa dalam satu bidang tanah seluas 435 M2 ( Panjang 29 M dan Lebar 15 M) di lokasi yang sama terdapat dua sertipikat yaitu Sertipikat Hak Milik Nomor 672 Kelurahan Helvetia Timur tertanggal 1 Agustus 1998 atas nama Firman Pantas Asalan Siregar (bukti P-2) dan Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur tertanggal 19 April 2000 atas nama Damaris Sinta br. Hutabarat (bukti T.II.Int-1).

- Menimbang, bahwa dengan demikian menurut hemat Majelis Hakim berdasar ketentuan diatas sebelum menerbitkan Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur tertanggal 19 April 2000 Tergugat seharusnya

benar-akan diterbitkan sertipikat, benar-akan tetapi dalam hal ini Tergugat tidak meneliti dan memperhatikan terutama data yuridis yang ada, karena ternyata atas tanah tersebut secara yuridis telah terbit Sertipikat Hak Milik Nomor 672 Kelurahan Helvetia Timur tertanggal 1 Agustus 1998 atas nama orang lain yaitu Firman Pantas Asalan Siregar, seharusnya setelah diindikasikan adanya kepentingan orang lain atas tanah tersebut maka menjadi halangan bagi Tergugat untuk menerbitkan Sertipikat Hak Milik atas nama pemohon baru, meskipun tidak diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan mengenai larangan dalam satu hamparan tanah dengan luas dan lokasi yang sama diterbitkan dua sertipikat, Tergugat sebagai Pejabat Tata Usaha Negara dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya harus mematuhi asas-asas umum pemerintahan yang baik. Oleh karena tindakan Tergugat tersebut bukan dikategorikan melanggar peraturan perundang-undangan, namun tindakan yang demikian termasuk bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik khususnya asas larangan bertindak sewenang-wenang dan asas kepastian hukum.

- Menimbang, bahwa berdasar uraian diatas dapat disimpulkan penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur oleh Tergugat adalah mengandung cacat hukum, dengan demikian tuntutan Penggugat agar Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur dibatalkan sesuai dengan Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009, oleh karena itu tuntutan Penggugat

mengenai pembatalan Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur tersebut telah dikabulkan.

- Menimbang, bahwa dengan dikabulkannya tuntutan pembatalan Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur tertanggal 19 April 2000 atas nama Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat, maka pengadilan memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut obyek gugatanin litis.

MENGADILI I. Dalam Eksepsi :

- Menolak eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi untuk seluruhnya. II. Dalam Pokok Perkara :

- Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.

- Menyatakan batal Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur tertanggal 19 April 2000 atas nama Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat yang diterbitkan Tergugat.

- Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Sertipikat Hak Milik Nomor 1172 Kelurahan Helvetia Timur tertanggal 19 April 2000 atas nama Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat.

- Membebankan Tergugat dan Tergugat II Intervensi secara tanggung renteng untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp. 2.214.000,-(dua juta dua ratus empat belas ribu rupiah).

2. Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Dalam Putusan No. 39/BDG/2006/PT.TUN-MDN.

- Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan membaca dan mempelajari Memori Banding yang diajukan oleh Pihak Tergugat II Intervensi/Pembanding II serta Kontra Memori Banding yang diajukan oleh Penggugat/Terbanding pada pemeriksaan sengketa di tingkat banding tidak ada mengemukakan hal-hal yang baru dan semuanya telah dipertimbangkan secara cermat oleh Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan.

- Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan sebagai Judex Factie ditingkat banding berpendapat dan berkesimpulan bahwa pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan tersebut telah tepat dan benar sesuai dengan hukum yang berlaku, oleh karena itu pertimbangan hukum dimaksud diambil alih menjadi pertimbangan hukumJudex Factieditingkat banding dalam memutus sengketa.

- Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas, maka putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Nomor : 53/G.TUN/2005/ PTUN-MDN tanggal 30 Nopember 2005 harus dikuatkan.

- Menimbang, bahwa oleh karena putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Nomor : 53/G.TUN/2005/PTUN-MDN tanggal 30 Nopember 2005 tersebut yang dimohonkan banding dikuatkan dalam pemeriksaan tingkat banding dan Pihak

yang kalah dalam sengketa ini, maka terhadapnya dibebankan untuk membayar biaya perkara di 2 (dua) tingkat peradilan yang untuk tingkat banding akan ditetapkan dalam amar putusan sebagai tersebut dibawah ini.

- Mengingat serta memperhatikan segala ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan sengketa ini khususnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 serta peraturan lain yang terkait.

MENGADILI

- Menerima permohonan banding dari Tergugat/Pembanding I dan Tergugat II Intervensi/ Pembanding II tersebut.

- Menguatkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Nomor : 53/G.TUN/ 2005/PTUN-MDN tanggal 30 Nopember 2005 yang dimohonkan banding tersebut.

- Menghukum Tergugat/ Pembanding I dan Tergugat II Intervensi/Pembanding II untuk membayar biaya perkara dalam 2 (dua) tingkat peradilan yang untuk tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah).

3. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung Republik Indonesia Dalam Putusan No. 61 K/TUN/2007.

- Bahwa Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan dapat mengambil alih pertimbangan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan yang dianggap sudah tepat dan benar sebagai pertimbangannya sendiri.

- Bahwa alasan Pemohon Kasasi/ Tergugat tentang judex factie tidak mempertimbangkan bukti-bukti sehingga mengakibatkan batalnya putusan tidak dapat dibenarkan, karena judex factie tidak salah menerapkan hukum dan hanya merupakan pengulangan fakta belaka, lagi pula alasan-alasan tersebut pada hakekatnya mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam

Dalam dokumen KAJIAN YURIDIS PEMBATALAN SERTIPIKAT GANDA (Halaman 32-61)

Dokumen terkait