• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Data .1 Tahapan pengolahan data

DAFTAR ISTILAH

3. METODE PENELITIAN

3.3 Metode Analisis Data .1 Tahapan pengolahan data

Proses analisis data ini melalui pentahapan yang dimulai dengan pengolahan data, analisis dan penyajian hasilnya (Gambar 2). Tahap 1 dalam penelitian ini adalah menghitung nilai-nilai statistik perikanan rakyat dan perikanan industri di tingkat provinsi dan nasional. Perhitungan ini perlu dilakukan karena statistik perikanan tidak secara gamblang atau eksplisit membedakan perikanan rakyat dari perikanan industri. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan ciri-ciri yang khusus didefinisikan untuk keperluan penelitian ini, seperti disajikan di dalam Tabel 8, sesuai dengan diskusi di dalam tinjauan pustaka.

Gambar 2 Bagan alir proses penghitungan nilai location quotient untuk perikanan rakyat dan perikanan industri di setiap provinsi

Pembuatan tabel LQ untuk perikanan rakyat dan perikanan industri di setiap provinsi

selesai

Merata-ratakan nilai LQ tiap variabel selama 5 tahun

Hitung nilai setiap variabel di setiap provinsi untuk setiap tahun

Standarisasi nilai setiap variabel dengan menggunakan FPI

Hitung nilai LQ untuk setiap variabel di setiap provinsi setiap tahun berdasarkan nilai yang telah distandarisasi

Tahap kedua adalah standarisasi nilai-nilai variabel dengan menggunakan fishing power index (FPI). Nilai variabel yang terbesar yang akan digunakan sebagai standar bagi nilai-nilai variabel yang lainnya. Variabel yang akan distandarisasi adalah variabel nelayan, armada, dan alat tangkap, karena ketiga variabel tersebut mempunyai unit yang berbeda. Sedangkan variabel produksi dan olahan, tidak distandarisasi karena memiliki unit yang sama, yaitu kilogram (kg) atau ton.

(1) Standarisasi nilai variabel nelayan

Ada 3 kategori nelayan, nelayan penuh (NP), nelayan sambilan utama (SU), nelayan sambilan tambahan (NST). Jumlah nelayan setiap kategori perikanan dan setiap provinsi perlu dihitung dengan menerapkan distandarisasi dengan menggunakan Fishing Power Indeks (FPI), karena jumlah hari melaut masing-masing nelayan tidak sama. Sebagai standar digunakan nelayan penuh, karena memiliki jumlah hari melaut yang paling besar. FPI nelayan dihitung dengan menggunakan rumus:

FPI nelayan SU nelpenuh nelSU harimelaut harimelaut hr hr 360 178 647 , 0 FPI nelayan ST nelpenuh nelST harimelaut harimelaut hr hr 360 92 335 , 0

Selanjutnya jumlah nelayan dikalikan dengan nilai FPI-nya untuk dimasukkan dalam rumus perhitungan LQ.

(2) Standarisasi nilai variabel armada

Jumlah kapal perikanan distandarisasi dengan Fishing Power Index (FPI), karena tonase masing-masing jenis kapal tidak sama. Kapal perikanan yang dijadikan standar adalah kapal dengan tonase yang terbesar, yaitu kapal 1000 GT. FPI armada dihitung dengan menggunakan rumus:

FPI kapal GT kapal i Tonase Tonase 1000

Selanjutnya jumlah kapal dikalikan dengan nilai FPI-nya untuk dimasukkan dalam rumus perhitungan LQ. Sebagai contoh kapal berukuran 5 GT memiliki FPI = 0,005 dan kapal dibawag 5 GT memiliki FPI = 0,0025. (3) Standarisasi nilai variabel alat tangkap

Alat tangkap terdiri dari berbagai jenis yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu pukat tarik, pukat cincin, dan pancing. Masing-masing kelompok alat tersebut mempunyai nilai CPUE yang berbeda, oleh karena itu ditentukan nilai FPI dengan menggunakan nilai produktivitas. FPI alat penangkapan ikan dihitung dengan rumus:

FPI pukat cincin = produktivitas pukat cincin/ produktivitas pukat cincin FPI pukat tarik = produktivitas pukat tarik/ produktivitas pukat cincin FPI pancing = produktivitas pancing/ produktivitas pukat cincin

Selanjutnya jumlah alat tangkap dikalikan dengan nilai FPI-nya untuk dimasukkan dalam rumus perhitungan LQ. Nilai FPI dari setiap jenis alat tangkap antara lain : FPI pukat kantong = 0,18, FPI jaring insang = 0,06, FPI Jaring angkat = 0,29, FPI pancing lainnya = 0,02, FPI perangkap = 0,03, FPI alat pengumpul = 0,05, FPI alat tangkap lain = 0,04.

Tahap ketiga adalah penghitungan location quotient (LQ) tahunan (x = 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007) perikanan rakyat dan perikanan industri di setiap provinsi (i= 1,2,..30) untuk setiap variabel produksi ikan (P), jumlah nelayan (N), jumlah kapal ikan (K), jumlah alat penangkapan ikan (A), dan jumlah produk olahan (O). Hasil perhitungan tersebut berturut-turut masing-masing adalah QP, QN, QK, QA dan QO untuk masing-masing perikanan. Hasil perhitungan tersebut merupakan indeks kepentingan relatif setiap variabel dari masing-masing perikanan rakyat dan perikanan industri di tingkat provinsi terhadap setiap variabel untuk perikanan tangkap di tingkat nasional.

Penghitungan ini akan dilakukan untuk setiap provinsi sehingga akan diketahui status kepentingan dari setiap jenis perikanan tangkap tersebut. Selanjutnya, dengan menggunakan asumsi-asumsi tertentu, hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik umum perikanan tangkap di setiap provinsi yang akan direpresentasikan dengan nilai-nilai indeks

untuk variabel produksi ikan, jumlah nelayan, jumlah kapal ikan, jumlah alat penangkapan ikan, dan jumlah produk olahan.

Proses penghitungan setiap variabel untuk setiap jenis perikanan di setiap provinsi (i = 1 – 30) dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Rumus-rumus untuk menghitung LQ untuk setiap variabel di setiap provinsi dan LQ perikanan rakyat dan perikanan industri adalah sebagai berikut: (1) Rumus untuk menghitung location quotient perikanan j untuk produksi

perikanan di provinsi i pada tahun x adalah:

nx jnx ix jix jix PT p PT p QP x 100% ... (1) dimana:

QPjix = Location quotient perikanan j untuk produksi perikanan di provinsi i pada tahun x

Pjix = Produksi (jumlah hasil tangkapan) perikanan j di provinsi i pada tahun x PTix = Total produksi (jumlah hasil tangkapan) di provinsi i pada tahun x Pjnx = Produksi (jumlah hasil tangkap) perikanan j secara nasional pada tahun x PTnx = Total produksi (jumlah hasil tangkapan) secara nasional pada tahun x j = 1, 2 (1 = perikanan rakyat, 2 = perikanan industri)

i = 1, 2, ..., 30 (30 provinsi)

x = 1, 2,..., 5 (1=2003, 2=2004, 3=2005, 4=2006, 5=2007)

(2) Rumus untuk menghitung location quotient perikanan j untuk nelayan di provinsi i pada tahun x adalah:

nx jnx ix jix jix NT N NT N QN x 100% ... (2) dimana :

QNjix = Location quotient perikanan j untuk nelayan di provinsi i pada tahun x Njix = Jumlah nelayan pada perikanan j di provinsi i tahun x

NTix = Total jumlah nelayan di provinsi i pada tahun x

Njnx = Jumlah nelayan pada perikanan j secara nasional pada tahun x NTnx = Total jumlah nelayan secara nasional pada tahun x

i = 1, 2, ..., 30 (30 provinsi)

x = 1, 2,..., 5 (1=2003, 2=2004, 3=2005, 4=2006, 5=2007)

Jumlah nelayan dimaksud adalah jumlah nelayan sambilan (part time) dan jumlah nelayan penuh (full time), dimana yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka. (3) Rumus untuk menghitung location quotient perikanan j untuk kapal

penangkapan ikan di provinsi i pada tahun x adalah:

nx jnx ix jix jix KT K KT K QK x 100% ... (3) dimana :

QKjix = Location quotient perikanan j untuk kapal penangkapan ikan di provinsi i pada tahun x

Kjix = Jumlah kapal penangkapan ikan pada perikanan j di provinsi i tahun x KTix = Total jumlah kapal penangkapan ikan di provinsi i pada tahun x

Kjnx = Jumlah kapal penangkapan ikan pada perikanan j secara nasional pada tahun x

KTnx = Total jumlah armada (kapal) secara nasional pada tahun x j = 1, 2 (1 = perikanan rakyat, 2 = perikanan industri)

i = 1, 2, ..., 30 (30 provinsi)

x = 1, 2,..., 5 (1=2003, 2=2004, 3=2005, 4=2006, 5=2007)

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap DKP, jukung merupakan perahu tanpa motor sehingga dikategorikan perikanan rakyat, sedangkan kapal berukuran 30 GT dikategorikan kapal perikanan industri. Dalam melakukan perhitungan disini armada perikanan industri sesuai dengan pengelompokan GT (Gross tonnage) dimana kategori GT dari masing-masing unit/tahun armada dijumlahkan misalnya <5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 30-50 GT, 50-100 GT, 100-200 GT, >200 GT.

(4) Rumus untuk menghitung Location Quotient perikanan j untuk alat penangkapan ikan di provinsi i pada tahun x adalah:

nx jnx ix jix jix AT A AT A QA x 100% ... (4)

dimana :

QAjix = Location Quotient perikanan j untuk alat penangkapan ikan di provinsi i pada tahun x

Ajix = Jumlah alat tangkap pada perikanan j di provinsi i tahun x ATix = Total jumlah alat tangkap di provinsi i pada tahun x

Ajnx = Jumlah alat tangkap pada perikanan j secara nasional pada tahun x ATnx = Total jumlah alat tangkap secara nasional pada tahun x

j = 1, 2 (1 = perikanan rakyat, 2 = perikanan industri) i = 1, 2, ..., 30 (30 provinsi)

x = 1, 2,..., 5 (1=2003, 2=2004, 3=2005, 4=2006, 5=2007)

(5) Rumus untuk menghitung location quotient perikanan j untuk produk olahan ikan di provinsi i pada tahun x adalah:

nx jnx ix jix jix OT O OT O QO x 100% ... (5) dimana :

QOjix = Location quotient jumlah produk olahan perikanan j di provinsi i pada tahun x

Ojix = Jumlah produk olahan dari perikanan j di provinsi i tahun x OTix = Total jumlah produk olahan di provinsi i pada tahun x

Ojnx = Jumlah produk olahan dari perikanan j secara nasional pada tahun x OTnx = Total jumlah produk olahan secara nasional pada tahun x

j = 1, 2 (1 = perikanan rakyat, 2 = perikanan industri) i = 1, 2, ..., 30 (30 provinsi)

x = 1, 2,..., 5 (1=2003, 2=2004, 3=2005, 4=2006, 5=2007)

Data produksi ikan olahan ini mencakup semua hasil olahan dari hasil penangkapan dari semua jenis alat penangkap, baik hasil tangkapan perikanan industri maupun perikanan rakyat dalam satuan ton.

3.3.2 Penentuan sektor basis

Dalam penelitian ini sektor yang akan diamati adalah sektor perikanan tangkap rakyat dan sektor perikanan tangkap industri. Pada masing-masing sektor tersebut dihitung nilai LQ dari 5 variabel, yaitu variabel produksi perikanan

tangkap (jumlah hasil tangkap), jumlah nelayan, jumlah armada (perahu), jumlah alat tangkap, dan jumlah produk olahan.

Oleh karena masing-masing sektor memiliki lima variabel nilai LQ selama 5 tahun, maka untuk menentukan sektor apa yang merupakan sektor basis, maka digunakan asumsi bahwa:

(1) Nilai LQ setiap variabel merupakan rata-rata dari nilai LQ masing-masing variabel selama 5 tahun (Lampiran 1)

(2) Sektor basis adalah sektor yang memiliki lebih dari 3 variabel yang merupakan variabel basis.

Pengembangan perikanan tangkap akan diarahkan pada sektor perikanan yang menjadi basis di wilayah tersebut dengan memperhatikan variabel nilai LQ yang dominan. Pengembangan perikanan tangkap akan diarahkan pada kebijakan pro-growth (pertumbuhan), pro-poor (pengentasan kemiskinan) dan pro-job (penyerapan tenaga kerja), serta menciptakan iklim usaha yang menunjang untuk mendorong investasi di bidang kelautan dan perikanan pro-business.

Kebijakan yang akan dipilih dapat dilakukan berdasarkan jenis variabel yang basis pada sektor bersangkutan. Pemilihan kebijakan ini menggunakan dasar asumsi sebagai berikut:

(1) Kebijakan pro-growth (pertumbuhan) perlu dilakukan bila 3 (tiga) atau lebih dari variabel pada sektor perikanan rakyat merupakan variabel basis.

(2) Kebijakan pro-poor (pengentasan kemiskinan) perlu dilakukan bila 3 (tiga) atau lebih dari variabel pada sektor perikanan rakyat bukan variabel basis. (3) Kebijakan pro-job (penyerapan tenaga kerja) perlu dilakukan bila variabel

jumlah nelayan pada sektor perikanan rakyat merupakan variabel basis.

(4) Kebijakan pro-business (iklim usaha) perlu dilakukan bila 3 (tiga) atau lebih dari variabel pada sektor perikanan industri merupakan variabel basis atau 2 (dua) variabel produksi dan olahan hasil perikanan pada perikanan industri adalah basis.

4. HASIL