• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan

F. Metode Penelitian

8. Metode Analisis

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Tujuan penelitian adalah deskriptif yang terbatas pada upaya memberi suatu gambaran tentang variabel-variabel yang akan di teliti, teknis analisis yang sering digunakan adalah statistika dasar yang berkaitan dengan parameter statistik deskriptif

Termasuk dalam parameter statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modusm, median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran dan melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,perhitungan presentase.

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fazrinur”analisis yang mendorong wirausahawan untuk mendirikan usaha kecil” pada tahun 2007 , kesimpulan bahwa faktor yang paling umum di jumpai dari para wirausahawan untuk memulai usaha kecilnya adalah tension modalities (alasan faktor utama).

Penelitian yang dilakukan proyek peningkatan peran usaha swasta (private

enterprise participation project) tentang wanita pengusaha di Indonesia pada

tahun 2003 menyebutkan, fakta bahwa wanita mengalami kesulitan administrasi dalam memperoleh pinjaman .(www.eksekutif.com) (17 Maret 2009).

B. Pengertian Wirausaha

Wirausaha istilahnya berasal dari bahasa perancis yaitu entrepreneur yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between.Sebagai contoh dari pengertian go-between atau perantara yag di maksudkan dalam istilah bhs Perancis,entrepreneur adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran ke timur jauh. Dia setuju untuk menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntugan sebesar 22,5% termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa-apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar. Pada saat

pelayaran tiba ditujuan dan barang dagangan djual maka si pemilik rmodal menerima keuntungan lebih dari 75% sedangkan si pedagang menerima keuntungan yang lebih kecil.

Perkembangan teori dan istilah entrepreneur adalah sebagai berikut : 1. Abad pertengahan diartikan sebagai aktor atau orang yang

bertanggung jawab dalam proyek produksi besar.

2. Abad 17 di artikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price (harga tetap).

3. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.

4. Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha adalah orang yang menanggung resiko, merencanakan, superviso, mengorganisasi dan memiliki.

Sumber : Robert d. Hisrich dan Michael P. Peters dalam Alma (2005 : 20)

Menurut Zimmerer (2005:3), seorang wirausaha adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengindentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.para

peneliti telah menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam dasawarsa terakhir ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kepribadian kewirausahaan. Walaupun penelitian ini berhasil mengindentifikasi beberapa karakteristik yang cenderung terlihat pada wirausahawan , tak ada satupun kajian ini yang berhasil memisahkan ciri-ciri yang di butuhkan untuk mencapai keberhasilan.

Profil kewirausahaan yaitu (Zimmerer 2003:3) : a. Menyukai tanggung jawab

Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah di tetapkan sendiri’

b. Lebih menyukai resiko menengah

Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar , melainkan orang yang mengambil resiko yang di perhitungkan .Tak seperti penjudi, seorang wirausahawan jarang berjudi. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya mengambil peluang didaerah yang sesuai dengan pengetahuan ,latar belakang dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya. c. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil

Wirausahawan biasanya memiliki banyak keyakinan atas kemampuannya untuk berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan

dan optimisme biasanya berdasarkan kenyataan. Salah satunya penelitian dari National federation of Independent Bussines (NFIB) menyatakan bahwa sepertiga dari wirausahawan menilai peluang berhasil mencapai 100%. Tingkat optimism yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakkan wirausaha yang berhasil juga pernah gagal dalam bisnis sebelum berhasil’

d. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung

Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan.

e. Tingkat energi yang tinggi

Wirausahawan lebih energetik dibandingkan orang kebanyakan. Energy ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang di perlukan untuk mendirikan suatu perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merpakan suatu yang biasa.

f. Orientasi ke depan

Wirausahawan memiliki indra yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin melainkan lebih mempersoalkan apa yang di kerjakan besok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausahawan lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang.

Membangun perusahaan “dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara pengumpulan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu tugas.penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyatan.

Menurut undang-undang R.I No.9 “tentang usaha kecil”yang di maksud usaha kecil adalah :kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan memenuhi criteria kekayaan bersih atau hasil penjualan umum tahunan serta kepemilikan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang tersebut.

Usaha kecil adalah apabila pemilik dan manajer mengurusi secara langsung maupun tidak langsung dan mempunyai sistem komunikasi langsung dengan manajer-manajer bagian operasional dan mempunyai hubungan pribadi yang akrab dengan tenaga kerja termasuk semua pegawai-pegawainya (Harmein,2002:9)

Usaha kecil dapat digunakan dengan berbagai ukuran. Ada yang menggunakan ukuran jumlah pekerja,ada juga yang menggunakan ukuran jumlah pekerja,tenaga listrik yang dipakai dan besarnya modal yang di tahan, bahkan jenis pembeli dan daerah pemasaran sering dipakai patokan. Di Indonesia dulu,usaha digolongkan kecil jika menggunakan tenaga listrik 5 KVA,atau menggunakan tenaga kerja 50 orang, kemudian digunakan ukuran modal untuk menentukan besar kecilnya usaha, dikatakan kecil apabila:

1. Modal pedagang /jasa yang di jalankan memiliki modal tidak lebih dari Rp.40 juta (empat puluh juta).

2. Usaha produksi./industri jasa atau jasa kontruksi yang mampunyai modal tidak lebih dari Rp.100 juta (seratus juta)

Ciri-ciri lain yang dapat digunakan sebagai ukuran apakah suatu usaha tergolong kecil adalah:

1. Usaha yang dimiliki secara bebas, terkadang tidak berbadan hukum.

2. Operasinya tidak memperlihatkan keunggulan yang mencolok. 3. Usaha yang dimiliki dan di kelola oleh satu orang.

4. Usahanya tidak memiliki pekerja.

5. Modalnya dikumpulkan dari tabungan pemilik pribadi, atau perorangan.

6. Wilayah pasarnya bersifat lokal dan tidak terlalu jauh dari pusat usahanya

C.

Manfaat mendirikan usaha kecil

Kebanyakan wirausahawan mendirikan usahanya sendiri untuk kepuasan sendiri. Rutinitas yang membosankan,kreativitas yang dihambat-hambat dan di matikan, birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan, budaya perusahaan yang tidak cocok merupakan hal-hal yang bisa menciptakan motif dan mendorong orang untuk segera

mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai orang gajian , maka semua yang mereka lakukan hanyalah untuk bos atau pimpinan perusahaan saja.

Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dari membuka usaha. (Sarosa,2003:5)

1. Potensi penghasilan tak terbatas

Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagai karyawan , penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin dengan di tambah tunjangan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan-tunjangan tersebut telah di tetapkan berdasarkan jabatan atau masa kerja oleh bos atau pemilik perusahaan. Disini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang di buat oleh pemilik perusahaan, sebaliknya jika membuka usaha sendiri, maka penghasilan yang didapatkan dalam jumlah yang besar, bahkan tidak terbatas, bahkan tidak terbatas tergantung dari kinerja dan pengelolaan usaha . wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan di dapatkannya, potensi menerima penghasilan yang tak tebatas ini merupakan daya tarik yang membuat seseorang ingin mendirikan usaha sendiri.

2. Memaksimalkan kemampuan

Kemampuan yang di maksud bisa berupa ide-ide kreatif , ataupun kemampuan yang lain seperti kemampuan menjual, bernegosiasi, dan lain-lain sebagainya. Dengan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk berkreasi dengan ide-ide tersebut , untuk bekerja tanpa adanya

batasan – batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun akan menjadi berlipat ganda. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimal pula bagi usaha sendiri. Sering kali seseorang merasa gerah di tempat kerjanya , karena merasa ide-ide atau pemikirannya tidak berkembang. Jika bekerja sebagai orang kantoran , ide-ide tidak begitu di butuhkan , karena semuanya sudah berjalan dengan system yang ada. Sudah pasti pimpinan atau bos dikantor tersebut telah membuat sistem yang harus di patuhi semua bawahannya . dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi. Maju tidaknya usaha tersebut, tergantung bagaimana mengelolanya.

3. Bebas mengatur ritme kerja

Dengan menjadi karyawan , sebenarnya seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja yaitu transaksi jual beli. Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk di gunakan oleh perusahaanya dan mendapat gaji sebagai imbalannya. Jika bekerja sebagai karyawan , maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu. Sebagian besar waktu di habiskan di luar rumah. Akan tetapi , seseorang dapat mengatur waktunya sendiri jika memulai untuk membuka usahanya sendiri, bahkan jika usahnya mengambil tempat di rumah, maka seseorang tidak perlu

meninggalkan rumah. Wirausahawan seperti orang bebas yang mempunyai tanggung jawab.

4. Sikap mental yang mandiri

Sebagai bos dalam suatu usaha sendiri , maka bersikap mandiri dalam menjalankan usaha merupakan tuntunan yang harus di lakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri ini sering kali sangat dibutuhkan pada saat usaha sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada saat situasi seperti itu tidak ada siapapun yang dapat di andalkan selain diri sendiri karena wirausahawan merupakan bos bagi usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang di hadapi seseorang wirausaha harus dapat menjadi contoh bagi para bawahannya. Keteraturan hidup sangat di perlukan untuk menjadi wirausahawan. Kehidupan yang terencana dengan baik merupakan satu hal yang harus dilakukan. Taat ibadahnya, baik hubungan sosialnya, dan berkembang usahanya, merupakan gambaran dari seorang wirausahawan yang sukses.

5. Kepuasan atas keberhasilan

Sering kali terdengar bahwa salah satu faktor kuat yang mendorong para pengusaha untuk membuka usaha sendiri adalah rasa puas jika telah berhasil menghasilkan sesuatu. Hal ini menimbulkan motivasi

tersendiri bagi para pengusaha untuk terus dan terus berusaha supaya bisa menjadi yang lebih baik.

D.

Berbagai macam profil wirausaha

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002 : 13), jika diperhatikan

enterepreneur

Yang ada dimasyarakat sekarang ini, maka di jumpai berbagai macam profil.

1. Women entrepreneur

Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini di dorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

2. Minority entrepreneur

Kaum minoritas terutama di Negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk suatu organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

3. Imigrant entrepreneur

Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk melakukan pekerjaan formal. Oleh karena itu,mereka lebih leluasa terjun ke dalam pekerjaan yang bersifat non-formal yang di mulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part- time entrepreneur

Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang atau part-time merupakan pintu gerbang untuk menjadi usaha besar. Bekerja

part-time tidak mengorbankan pekerjaan dibidang lain misalnya seorang

karyawan pada sebuah kantor ingin mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menari. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan beralih profesi,dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan bisnis yang merupakan hobinya.

5. Home-based entrepreneur

Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangganya misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue atau memasak aneka masakan mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha katering banyak di mulai dari rumah tangga yang bisa

masak. Kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.

6. Family – owned business

Sebuah keluarga yang memulai membuka berbagai jenis cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak ini maju maka di buka cabang baru dan di buka oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan untuk kemudian dikelola oleh anak-anak mereka. Dalam keaadan sulitnya lapangan pekerjaan pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

7. Copreneurs

Copreneurs are entrepreneurial couples who work togheter as co-owners of their business.(copreneurs adalah pasangan wirausaha

yang bekerja bersama-sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka).

Copreneurs ini berbada dari usaha keluarga yang disebut usaha Mom and Pop (pop as bos and mom as subordinate / ayah sebagai pemimpin dan ibu berada di bawah kekuasan ayah).

Copreneurs di buat dengan cara menciptakan pembagian

Orang-orang yang ahli di bidang ini di angkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada.

E.

Faktor-faktor mendirikan usaha kecil

Setiap orang pasti mempunyai alasan yang berbeda-beda ketika ditanya mengapa untuk pendirianpun berasal dari modal sendiri, dengan kata lain bukan hutang yang berasal dari pinjaman. Dengan begitu kekuatan usaha tersebut akan lebih teruji.

Faktor apa yang menggerakkan orang-orang untuk memiliki usaha sendiri. Pertanyaaan ini kerap muncul ketika kesuksesan di ekspos media. Pengakuan ini bukanlah sesuatu yang mudah di dapatkan. Ditengah kondisi ekonomi bangsa ini yang belum bisa dibilang normal sepenuhnya, siapa lagi yang berani menjadi wirausahawan.

Lust of power atau haus akan kekuasaan merupakan salah satu alasan

seseorang ingin menjadi wirausahawan. Mereka yakin bahwa jika saja mereka punya power , mereka bisa melakukan seegala sesuatunya lebih lancar dan lebih efisien. Dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki mereka ingin mengubah cara pengerjaan sesuatu apapun dengan caranya mereka tahu akan berjalan dan memberikan hasil yang lebih baik.

Kata power seperti yang di sebut di atas , sebenarnya juga cerminan dari rasa ingin mandiri. Mandiri dalam arti mendapatkan kebebasan (freedom), baik kebebasan mengontrol diri sendiri, mengatur waktu dan mengatur kegiatan-kegiatan bisnisnya sendiri. Ingin bebas atau mandiri

merupakan akibat adanya keterkungkungan atau kebebasan yang di terima ketika (mungkin saat ini) bekerja dikantor atau peruahaan.

Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan,dapat di kelompokkan menjadi tiga:

1. Confidence modalities

Seseorang lahir dan dibesarkan didalam lingkungan keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam berwirausaha,sehingga secara sengaja atau tidak sengaja cukup menjiwai pekerjaan semacam itu. Biasanya jenis usaha seperti ini akan di wariskan secara turun temurun. Dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk mengelola sebuah usaha dirasakan bukan merupakan sesuatu hal yang baru, dikarenakan telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha tersebut.

2. Emotion modalities

Sengaja mempersiapkan diri untuk untuk berwirausaha , barangkali karena seringnya melihat peluang penhasilan yang lebih tinggi , atau karena alasan lain. Media-media elektronik, seperti televisi, radio, internet, surat kabar maupun buku merupakan sumber informasi yang begitu berlimpah. Banyak di jumpai informasi-infomasi mengenai profil-profil pengusaha sukses jika saja mau mencarinya. Dengan seringnya membaca profil pengusaha sukses, kiat- kiat mereka yang sukses ke depan juga merupakan salah satu yang menyebabkan seseorang tertarik dalam berwirausaha akan menumbuhkan jiwa kewirausahawan dalam diri. Gambaran-gambaran mengenai peluang ingin memiliki usaha.

Biasanya orang-orang seperti ini, dari awalnya tidak berniat ingin bekerja di kantor atau yang lebih dikenal sebagai orang gajian. Jadi, dari jauh-jauh hari sebelumnya, mereka telah mempersiapkan diri untuk berwirausaha. Orang-orang yang mempunyai alasan seperti ini besar kemungkinannya akan sukses. Karena mereka mereka mencurahkan segenap pengetahuan dan tenaganya bagi usaha yang di rintisnya (di bangunnya).

3. Tention modalities

Adanya faktor keterpaksaan keadaan sehingga tidak memiliki pilihan lain selain kewirausahaan. Alasan seperti ini biasanya datang dari orang-orang yang meenjadikan usahanya sebagai usaha sampingan atau usaha “daripada” maksudnya, mereka membangun suatu usaha bukan timbul dari keinginan sendiri tetapi dari faktor keadaan ekonomi ataupun lainnya. Maka timbul istilah daripada tidak kerja sama sekali lebih baik membuka usaha,ataupun usaha untuk mengisi waktu luang.biasanya usaha yang akan dijalankan seperti ini, tingkat kemungkinannya untuk berkembang sangat kecil. Hal ini dikarenakan usaha tersebut tidak ditekuni dengan sungguh-sungguh. Usaha tersebut kemungkinan hanya akan jalan di tempat, ataupun mungkin mengalami kebangkrutan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga pemikiran orang-orang yang mengawali membuka usaha karena alasan tention modalities akan berubah. Hal ini dapat disebabkan mendapat penghasilan yang tinggi dalam menjalankan usaha tersebut.

F.

Tahapan menyusun rencana usaha

Penyusunan rencana usaha bisa di lakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : (Musrofi,2004:139).

1. Bidang usaha

Sebelum memulai suatu usaha tentu timbul pertanyaan darimana memulainya. Hal tersebut dimulai dari ide usaha yang sudah dipilih dan ditetapkan dan selanjutnya ditindak lanjuti. Persoalan yang sebenarnya usaha yang dijalankan tersebut bergerak di bidan apa. Kebanyakan wirausahawan terjebak dalam persoalan ini. Mereka tidak menyadari atau mengetahui dalam bidang apa sebenarnya usaha yang sedang dijalankannya bergerak.

2. Visi dan tujuan

Seseorang yang memulai usaha dari nol, biasanya tidak mau berfikir nasib usahanya dalam jangka panjang. Yang penting jalan dan menguntungkan, begitu kira-kira yang sering ada di benak orang. Inipun tidak masalah. Namun , jauh lebih baik apabila ada visi, meski usaha itu di mulai dari kecil.

Dengan adanya visi, di harapkan orang akan tekun dan terus-menerus termotivasi menuju visi tersebut. Kalau kita punya visi, maka kita tidak begitu mudah berganti ganti usaha.

Orang tanpa visi,hanya terfokus pada keuntungan jangka pendek. Ketika usaha usaha kelihatan kurang menguntungkan langsung mencari-cari usaha baru. Usaha yang satu gagal, ganti usaha yang lain. Usaha

yang lain gagal, ganti usaha yang lain lagi, begitu seterusnya, atau bisa juga berhenti dan trauma memulai usaha lagi karena takut gagal lagi.

Visi dapat diraih melalui beberapa tahapan. Setiap tahapan diungkap ke dalam tujuan-tujuan jangka pendek. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat diperiksa dan diukur (verifiable) apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak. Tujuan yang verifiable memenuhi lima kriteria “SMART” (cerdas) yakni :

S – specific (spesifik) : Rumuskan setepat-tepatnya apa yang ingin dicapai untuk usaha secara rinci.

M - Measurable (terukur) : Tentukan bagaimana mengukur kemajuan usaha, yang terpenting, bisa mangetahui apakah usahanya telah mencapai sasaran atau belum. Jika bisa mengukur tujuan, maka tujuan tersebut bisa dikelola. Jika tujuan bisa dikelola, maka tujuan tersebut bisa dicapai. A – Accontability (pertanggung jawaban) : Buatlah niat bulat secara pribadi mengenai tanggung jawab terhadap tercapainya sasaran usaha. R – Realistic (realistik) : Patoklah sasaran-sasaran yang ambisius namun dapat dicapai, tidak boleh mematok sasaran yang di mustahil.

T - Time line (terjadwal) : buatlah jadwal untuk mencapai sasaran usaha tersebut.

3. Strategi

Jawaban dari pertanyaan bagaimana cara mencapai apa yang ingin dituju mempunyai implikasi pada semua aspek usaha, yakni aspek

pemasaran, aspek teknik/produksi, aspek lokasi, aspek manajemen dan aspek keuangan.

4. Aspek pasar

Pemasaran merupakan pertukaran produk atau jasa dengan uang. Pasar merupakan sekelompok orang yang akan memanfaatkan produk atau jasa tersebut. Sebelum menjual produk atau jasa keadaan pasar, yang pertama kali harus dilakukan adalah mengindentifikasi pasar tersebut.

Dokumen terkait