• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.6 Metode Analisis Data

4.6.1.1 Analisis Vegetasi

Komposisi jenis dinilai berdasarkan nilai-nilai parameter kuantitatif tumbuhan yang mencerminkan tingkat penyebaran dan kelimpahannya dalam suatu komunitas hutan. Dalam penelitian ini yang akan dihitung adalah kerapatannya saja. Nilai-nilai ini dapat dinyatakan dalam nilai mutlak maupun nilai relatif, yang dirumuskan sebagai berikut (Soerianegara dan Indrawan 1988):

Jumlah individu suatu jenis K =

Total plot pengamatan (ha)

Untuk mengetahui kekayaan jenis tumbuhan vegetasi dan tumbuhan pakan orangutan akan digunakan pendekatan Indeks kekayaan Margalef (Krebs 1978, Santosa 1995) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dmg = N S ln 1 − ;

Keterangan : Dmg = indeks kekayaan Margalef

S = jumlah jenis yang teramati

N = jumlah total individu yang teramati

4.6.1.2 Faktor Determinan Pemilihan Pohon Sarang

Penentuan faktor determinan penggunaan pohon terpilih oleh orangutan dalam membangun sarang-nya dilakukan dengan menggunakan pendekatan regresi linier berganda yang diolah dengan bantuan software SPSS 14.0. Dalam

3

311

hal ini telah dianalisis hubungan antara peubah tidak bebas (Y) dengan peubah bebas (X). Peubah tidak bebas (Y) adalah frekuensi keberadaan sarang pada suatu pohon terpilih sedangkan peubah bebas (X) adalah peubah-peubah yang berasal dari komponen fisik dan biotik habitat yang diduga mempengaruhi keberadaan sarang orangutan pada tempat tersebut. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = bo + b1x1 + b2x2 + ….. + b10x10

Keterangan:

Y = frekuensi kehadiran sarang di pohon terpilih b0 = nilai intersep

bi = nilai koefisien regresi ke-i

X1 = diameter pohon sarang (m)

X2 = tinggi total pohon sarang (m)

X3 = diameter tajuk pohon sarang (m)

X4 = tinggi bebas cabang pohon sarang (m)

X5 = jarak antar pohon sarang (m)

X6 = jarak pohon sarang dari jalur trek (m)

X7 = jarak pohon sarang dengan pohon pakan (m)

X8 = suhu udara (oC)

X9 = kelembaban udara (%)

X10 = jumlah jenis tumbuhan pakan orangutan

Alasan mengapa faktor faktor tersebut diatas (X1 sampai dengan X10)

yang dijadikan peubah yang mempengaruhi frekuensi keberadaan pohon sarang orangutan adalah sebagai berikut:

1. Menurut Rijksen (1978), orangutan termasuk bangsa primata yang membangun sarangnya di kanopi pohon dan menggunakannya untuk beristirahat termasuk tidur dan bermain sepanjang hari.

Informasi ini menjadi penting sebagai acuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang dipilih orangutan terhadap pohon tertentu untuk bersarang. Untuk itu data-data tentang pohon sarang perlu diamati antara lain jenis pohon, diameter dan tinggi pohon sarang, diameter tajuk dan bentuk tajuk.

2. Orangutan pada dasarnya frugivora (pemakan buah), meliputi 61% dari seluruh waktu makan (Galdikas, 1978). Rodman (1977, diacu dalam Maple 1980) menyebutkan bahwa sebagian besar waktu makan orangutan dilakukan

3

322

di tajuk-tajuk pohon atau bagian-bagian pohon yang banyak terdapat buah- buahan yakni pada ketinggian 20-30 meter.

Informasi tersebut memberikan pengertian bahwa kegiatan makan menempati porsi terbesar dari aktivitas harian orangutan, dan umumnya dilakukan pada kanopi pohon yang banyak berbuah diketinggian tertentu. Sehingga perlu di lakukan pendataan tentang ketinggian sarang dan posisi sarang di pohon tertentu

3. MacKinnon (1974) menyebutkan hampir selalu sarang dibangun tepat atau dekat dengan pohon pakan terakhir menjelang malam.

Informasi ini menunjukkan apakah keberadaan pohon pakan mempengaruhi orangutan membangun sarangnya di pohon tertentu. Untuk itu perlu di lakukan pendataan tentang komposisi vegetasi disekitar pohon sarang dan mengidentifikasi berapa banyak jenis pakan yang terdapat di sekitar pohon sarang?, bagaimana jarak antara pohon sarang dengan pohon pakan terdekat? Apakah faktor yang ini akan mempengaruhi frekuensi keberadaan sarang pada pohon terpilih.

4. Sebaliknya dari penelitian di Ketambe (Rijksen, 1978) disebutkan sangat jarang sarang dibangun di atau dekat pohon pakan, alasan yang bisa diberikan adalah akan adanya ancaman gangguan dari spesies lain termasuk manusia yang juga memanfaatkan buah yang disukai oleh orangutan.

Informasi ini mempunyai makna bahwa orangutan dalam membangun sarangnya di pohon tertentu yang relatif “aman” dari gangguan satwa pemakan buah termasuk manusia. Untuk itu perlu diketahui berapa jauh posisi pohon sarang dari jalur trek yang biasa dilewati oleh manusia atau satwa pemangsa.

5. Maple (1980) menyebutkan bahwa orangutan membangun paling tidak satu sarang per hari untuk beristirahat dan tidur di malam hari. Disebutkan oleh Rijksen (1974) bahwa orangutan “menggunakan” sarang lama, dan ini (biasanya setelah periode 2-8 bulan) karena adanya pohon berbuah yang disukai. Hingga saat ini perhitungan kepadatan populasi orangutan

3

333

berdasarkan metode hitung sarang sepanjang jalur tertentu (Harrison 1961; Schaller 1961; Milton 1964; Kurt 1970, diacu dalam Rijksen 1978).

Informasi ini menunjukkan bahwa orangutan bisa membangun sarang baru atau menggunakan sarang lama bahkan bisa di pohon yang sama karena faktor kesukaan. Untuk itu perlu dilakukan pendataan tentang jarak antar pohon sarang.

6. Temperatur dan kelembaban merupakan salah satu komponen fisik habitat yang dapat mempengaruhi kehidupan satwaliar termasuk bangsa primata seperti orangutan. Hal ini sesuai dengan Alikodra (2002) yang menyatakan bahwa pada umumnya temperatur berpengaruh terhadap perilaku dan ukuran tubuh satwaliar.

Implikasi dari informasi tersebut di atas adalah apakah temperatur dan kelembaban di lokasi penelitian akan mempengaruhi prilaku orangutan dalam menentukan pemilihan pohon sarang.

Hipotesis yang diuji dalam menentukan faktor determinan penggunaan pohon terpilih oleh orangutan dalam membangun sarang-nya adalah:

Ho = tidak ada peubah ekologi yang mempengaruhi pemilihan pohon sarang

(semua variabel bebas x tidak ada yang mempengaruhi variabel tidak bebas Y)

H1 = paling tidak ada satu peubah ekologi yang mempengaruhi pemilihan pohon sarang

(paling sedikit ada satu variabel bebas x yang mempengaruhi Y) Untuk menyatakan menerima atau menolak Ho, dengan menggunakan nilai koefisien signifikasi atau p-value. Apabila p ≤ 0.05, maka Ho ditolak (terima H1)

dan apabila p > 0.05, maka Ho diterima (H1 ditolak).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis faktor. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ke-10 peubah tersebut layak untuk diproses lebih lanjut atau tidak. Kelayakan tersebut dilihat dari nilai K-M-O MSA (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of

3

344

Sampling Adequacy). Apabila besarnya nilai K-M-O MSA lebih besar dari 0.5, maka kumpulan peubah tersebut dapat diproses lebih lanjut.

b. Analisis regresi stepwise. Variabel-variabel hasil analisis faktor yang layak diuji selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier dengan metode stepwise. Regresi stepwise merupakan salah satu solusi menyelesaikan masalah regresi yang variabel bebasnya saling berkorelasi (multikolineritas). Dalam analisis ini, tidak semua variabel bebas (X) yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) dimasukkan dalam model regresi. Salah satu variabel bebas kadang berkorelasi atau berhubungan dengan variabel bebas lainnya. Oleh karena itu prosedur regresi stepwise dibuat agar menghasilkan model regresi terbaik. Selain itu, karena kemungkinan terdapat variabel bebas yang saling berkorelasi maka tidak semua variabel bebas hasil analisis regresi stepwise masuk dalam model. Hal ini disebabkan variabel bebas lain yang memiliki korelasi lebih besar dengan variabel tidak bebas sudah diwakilinya (Iriawan dan Astuti 2006).

4.6.1.3 Preferensial Pohon Sarang

Analisis jenis pohon sarang yang disukai oleh orangutan untuk bersarang menggunakan asumsi bahwa semakin tinggi frekuensi kehadiran sarang pada suatu jenis pohon tertentu , maka semakin disukai jenis pohon tersebut. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi keberadaan sarang dengan jenis pohon tertentu dilakukan pengujian menggunakan pendekatan Metode Neu’s (indeks preferensi).

Metode Neu’s merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan indeks preferensi habitat oleh satwa (Manly et al, 1993). Bibby et al. (1998, diacu dalam Gunawan 2004) menyatakan bahwa jika nilai wi ≥ 1, maka habitat (pohon) tersebut disukai..

Proses pengolahan data untuk menentukan indeks preferensi versi Manly et al. (1993) disajikan pada Tabel 4.

3

355

Tabel 4. Kriteria yang diukur pada metode Neu’s versi Manly et al. (1993) Jenis Pohon Sarang p n u e w b 1 p1 n1 u1 e1 w1 b1 2 p2 n2 u2 e2 w2 b2 ... ... ... ... ... ... ... k pk nk uk ek wk bk Total 1.000 Σni 1.000 Σei Σwi 1.000 Keterangan:

P = proporsi total jumlah individu jenis pohon sarang tertentu dalam petak contoh

n = jumlah individu jenis pohon sarang yang digunakan

u = proporsi jumlah jenis pohon sarang yang digunakan (ni / Σ ni ) e = nilai harapan (pi x Σ ni)

w = indeks seleksi pohon sarang (ui / pi ) b = indeks seleksi yang distandarkan (wi / Σ wi)

4.6.2 Analisis Data Diskriptif

Data-data biofisik lokasi penelitian seperti suhu dan kelembaban, ketersediaan air dan keberadaan jenis-jenis satwa lainnya dianalisis secara diskriptif kualitatif. Demikian juga data karakteristik sarang yang terkumpul berupa tinggi tempat sarang, posisi sarang, kelas sarang, material pembuat sarang dan sumber pengambilan bahan sarang serta profil pohon berupa bentuk tajuk pohon sarang juga diuraikan dalam bentuk analisis diskriptif kualitatif. Analisis deskriptif ini merupakan penggambaran langsung dari hasil identifikasi, pengamatan dan pengukuran serta kondisi sebenarnya di lapangan mengenai parameter tersebut diatas berkaitan dengan sarang orangutan. Hasil analisisnya ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, diagram dan persentase.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait