• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.2.1 Metode Analisis

Secara diagramatis, dampak penerapan tarif impor dapat di ilustrasikan dengan menggunakan Gambar 9. Perimaan tarif impor akan meningkatkan harga kedelai di pasar domestik, menurunkan kuantitas impor kedelai, dan kuantitas permintaan dipasar domestik. Perubahan kesejahteraan akibat pemberlakuan tarif impor di hitung berdasarkan perubahan ”surplus” konsumen dan produsen serta peruibahan penerimaan pemerintah, yang secara netto menghasilkan perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat (Net Social Welfare). Dalam analisis di pergunakan harga kedelai domestik rata-rata yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia, bukan harga eceran (Retail) di salah satu kota saja.

(a) Sebelum Pengenaan Tarif (b) Sesudah Pengenaan Tarif Gambar 9. Ilustrasi Dampak Pengenaan Tarif Impor Kedelai

P2 Sq Dq E B Qs QD Q Pq ( harga ) Q C R P1 A P1 E J G A C M H N B Dq Sq Q1 Q2 Q3 Q4 Pq ( harga ) R a b c d Sf + T Sf 39

Dari Gambar 8 (a), sebelum adanya pengenaan tarif impor harga kedelai domestik sebesar P1, produksi kedelai domestik sebesar Qs dan konsumsi sebesar QD serta jumlah impor kedelai sebesar QD – Qs. Pada tingkat harga seperti itu, surplus konsumen terjadi sebanyak bidang ABR. Akibat adanya penerapan tarif kondisi tersebut menjadi berubah pada Gambar 9 (b). Kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Penurunan surplus konsumen = -(a + d + c + d), (2) Peningkatan surplus produsen = a, (3) Penerimaan pemerintah dari tarif = c, dan (4) Total penurunan surplus atau biaya proteksi (bobot mati) = b + d.

4.2.1.1 Estimasi Dampak Penghapusan Tarif Impor

a. Perhitungan Harga Dunia dan Harga Paritas Impor

Harga impor yang tercermin pada harga impor (CIF) di pelabuhan Indonesia dalam mata uang rupiah dihitung dengan formula (1) sebagai berikut:

PWR = PWD x ER... (1) dimana :

PWR = Harga impor di pelabuhan Indonesia dalam rupiah (Rp/kg) PWD = Harga impor di pelabuhan Indonesia (CIF) ($US/kg) ER = Nilai tukar (RP/$US)

Harga paritas impor di tingkat grosir (PMG) diperoleh melalui pengalihan PWR dengan bilangan 1,08 dimana 0,08 (8 persen) adalah persentase biaya bongkar dan administrasi di pelabuhan Indonesia, yaitu:

PMG = 1,08 x PWR... (2) Harga paritas impor pada tingkat grosir (PMG) diperoleh melalui estimasi regresi dari persamaan (3) berikut:

b. Estimasi Dampak Kebijakan Tarif Impor

Dengan adanya kebijakan impor kedelai yang terdiri dari kebijakan tariff dan non tarif, maka harga grosir (wholesale price) di dalama negeri akan naik. Perbedaan antara harga grosir awal (PWS1) dan harga paritas impor (PMG) merupakan tarif implisit (TI) yang terbentuk karena kebijakan impor tersebut, yaitu:

TI = PWS1 - PMG ... (4)

b.1. Dampak Terhadap Harga Grosir dan Jumlah Permintaan

Jika kebijakan impor kedelai (tarif dan non tarif) dihapus, maka seluruh tarif spesifik (TI) akan hilang, sehingga harga grosir akan turun menjadi

PWS2 = PWS1 – TI ... (5) Persentase perubahan harga grosir (%dPWS) dihitung dengan formula sebagai berikut:

%dPWS = TI/Pws1 x 100... (6) Persentase perubahan jumlah permintaan (%dQD) sebagai akibat dari turunnya harga grosir (%dPWS) karena dihapusnya kebijakan impor adalah:

(%dQD) = (%dPWS) x ED... (7) ED pada persamaan (6) adalah elastisitas permintaan kedelai, yang diestimasi dengan persamaan (8) berikut:

ln QDCt =α0 + α1 ln PWS1 + α2 ln YCt + α3 Dummy + et... (8) Dimana :

QDC = Jumlah permintaan kedelai per kapita per tahun (kg) di Indonesia PWS = Harga kedelai di tingkat grosir seluruh Indonesia (Rp/kg) YC = Pendapatan nasional riil per kapita per tahun (Rp) di Indonesia

T = Tahun pengamatan (1969-2008) Ln = Logaritma natural

Dummy = (1; ada tarif dan 0; tarif dihapus)

α1 = Elastisitas permintaan kedelai terhadap barang sendiri (ED) et = Estimasi error

Perubahan absolut jumlah permintaan (dQD) merupakan perkalian persentase perubahan permintaan (%dQD) dengan jumlah permintaan awal (QD1), yaitu:

dQD = %QD x QD1... (9) Jumlah permintaan setelah penghapusan kebijakan impor (QD2) adalah:

QD2 = QD1 + dQD ...(10)

b.2. Perubahan Harga Produsen dan Jumlah Penawaran

Dengan turunnya harga kedelai di tingkat grosir (PWS), maka harga kedelai di tingkat produsen (PF) juga turun melalui mekanisme transmisi harga yang diestimasi dengan persamaan (11) di bawah ini (β1 adalah elastisitas transmisi harga, EP):

Ln PFt = ȕ0 + ȕ1 ln PWSt + ȕ2 ln Im + ȕ3 Dummy + et ...(11) Persentase perubahan harga produsen (%dPF) sebagai akibat dari turunnya harga grosir (%dPWS ) dihitung dengan formula (11) berikut:

%dPF = %dPWS x EP...(12) Perubahan absolut harga produsen (dPF) merupakan perkalian persentase perubahan harga produsen (%dPF ) dengan harga produsen awal (PF1), yaitu:

Harga produsen setelah terjadi perubahan (PF2) adalah:

PF2 = PF1 + dP...(14) Persentase perubahan jumlah penawaran (%dQS) sebagai akibat dari turunnya harga produsen (%dPF) karena dihapusnya kebijakan impor adalah:

%dQS = %dPF x ES...(15) ES pada persamaan (15) adalah elastisitas penawaran kedelai yang di estimasi dengan persamaan (16) berikut :

Ln QSt = Ȗ0 + Ȗ1 ln Lp + Ȗ2 ln PFt + Ȗ3 ln Im + Ȗ4 Dummy +et ………….(16) Dimana :

QS = jumlah penawaran/produksi kedelai (ton) di Indonesia PF = harga kedelai di tingkat produsen (RP/kg) di Indonesia t = tahun pengamatan (1969-2008)

Lp = Luas Panen kedelai (ha) di Indonesia Im = jumlah impor kedelai (ton) Indonesia Dummy = (1; ada tarif dan 0; tarif dihapus)

Ȗ1 = elastisitas penawaran kedelai terhadap harga sendiri (ES) et = estimasi error

Perubahan absolut jumlah penawaran (dQS) merupakan perkalian presentase perubahan penawaran (%dQS) dengan jumlah penawaran awal (QS1), adalah sebagai berikut:

dQS = % dQS x QS1...(17) Jumlah penawaran setelah penghapusan tarif (QS2) adalah:

QS2 = QS1+ dQS...(18) 43 43 43

b.3. Perubahan Jumlah Impor

Jumlah impor kedelai sesudah penghapusan tarif (QM2) merupakan selisih antara jumlah permintaan setelah penghapusan kebijakan impor (QD2) dengan jumlah penawaran setelah penghapusan tarif (QS2) adalah:

QM2 = QD2 – QS2 ...(19) Perubahan jumlah impor (dQM) adalah selisih antara jumlah impor setelah perubahan tarif (QM2) dan jumlah impor awal (QM1), yaitu:

dQM2 = QM2 – QM1 ………(20) b.4. Perubahan Surplus Ekonomi

Surplus ekonomi terdiri dari surplus produsen, surplus konsumen, penerimaan pemerintah dari pajak impor, yang jumlah seluruhnya merupakan surplus ekonomi neto. Perubahan surplus produsen (dPS), perubahan surplus kon sumen (dCS), perubahan penerimaan pemerintah dari pajak impor (dGR) dan perubahan surplus ekonomi neto (dNS) dihitung dengan formula (21) sampai dengan (24) sebagai berikut:

dPS = dPWS x (QS1 + dQS /2) ………(21)

dCS = dPWS x (QD1 – dQD /2) ………(22)

dGR = (QM2 x T2)– (QM1 x T1)………..(23)

dNS = dPS + dCS + dGR ...(24)

4.2.1.2 Estimasi Dampak Pada Tingkat Usahatani

Penurunan harga produsen sebagai akibat turunnya harga grosir karena tariff impor akan menurunkan keuntungan petani. Dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus) maka turnnya keuntungan usahatani hanya disebabkan oleh

turnnya harga produsen. Perubahan keuntungan usahatani kedelai per hektare permusim di hitung dengan formula (25) berikut:

dK = QY (PF2 – PF1)...(25) Dimana:

dK = Perubahan keuntungan usahatani kedelai (Rp/ha) QY = Produksi kedelai nasional (kg/ha)

PF1 = Harga kedelai ditingkat produsen sebelum penghapusan tarif (Rp/kg) PF2 = Harga kedelai ditingkat produsen sesudah penghapusan tarif (Rp/kg)

4.2.1.3 Dekomposisi Tarif

Jika perbedaan antara harga kedelai di tingkat grosir awal (PWS1) dan harga paritas impor di tingkat grosir (PMG) melibihi tarif eksplisit yaitu tarif impor kedelai yang ditetapkan secra resmi oleh pemerintah (10 persen), maka berarti ada dampak kebijakan nontarif yang ikut menaikan harga kedelai di tingkat grosir. Kebijakan nontarif yang dimaksud adalah pengaturan, pengawasan dan pembatasan impor. untuk mengestimasi dampak kebijakan tarif dan kebijakan nontarif secara terpisah, perlu dilakukan dekomposisi tarif menjadi tarif eksplisit dan tarif implisit. Karena nilai total tarif implisit sudah diketahui dari hasil perhitungan persamaan (3) dan nilai eksplisit sudah diketahui (10 persen), maka nilai tarif impor implisit karena kebijakan nontarif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (26) sebagai berikut:

TII = TI - TE...(26) 45

Dimana:

TII = Tarif implisit spesifik karena kebijakan non tarif (RP/kg) TI = Total tarif spesifik karena kebijakan impor (Rp/kg)

TE1 = Tarif eksplisit, yaitu tarif resmi ketetapan pemerintah (Rp/kg)

Dokumen terkait