• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

D. Metode Analisis Data

36 1. Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi.

Analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu (Tri widodo; 2006:112) :

1) Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional (national growth effect) yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.

2) Pergeseran proporsional (proportional shift) menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional. Pergeseran proporsional ini disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). Pengukuran ini memungkinkan kita untuk dapat mengetahui apakah perekonomian yang terkonsentrasi pada industri tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi.

3) Pergeseran diferensial (differential shift), yang menunjukkan tingkat kekompetitifan suatu sektor tertentu di suatu daerah dibanding tingkat propinsi. Pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif.

Formula yang digunakan untuk menggunakan analisis shift share ini adalah sebagai berikut:

37

· Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah atau hasil penjumlahan dari pengaruh pertumbuhan propinsi:

Dij = Nij + Mij + Cij ...(3.1)

· Pengaruh Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional (national growth effect):

Nij = Eij x rn ...(3.2)

· Pergeseran proporsional (proportional shift) atau pengaruh bauran industri (industry mix):

Mij = Eij (rin - rn) ...(3.3)

Bila Mij mempunyai tanda (+) berarti bahwa variabel yang dianalisis mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat dari tingkat pertumbuhan keseluruhan, begitu juga sebaliknya apabila mempunyai tanda negatif (-) maupun nol.

· Pergeseran diferensial (differential shift) atau pengaruh keunggulan kompetitif:

Cij = Eij (rij - rin) ...(3.4)

Bila Cij bertanda positif (+) berarti bahwa sektor i mempunyai kecepatan untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional. Sebaliknya, bila bertanda negatif (-) berarti sektor i mempunyai kecenderungan menghambat pertumbuhan dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional

· Keterangan :

38

Nij : Pengaruh pertumbuhan ekonomi Propinsi Mij: Pengaruh bauran industri

Cij : Keunggulan kompetitif

Eij : PDRB dari sektor i di wilayah studi j rij : laju pertumbuhan sektor i di daerah j rin : laju pertumbuhan sektor i propinsi

rn : laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) propinsi

2. Analisis LQ (Location Quotient)

Dengan teknik kuantitatif ini, kita dapat menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (Tri Widodo, 2006 :116) :

1. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri ini dinamakan industry basic. 2. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut.

Jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.

Formula yang digunakan untuk menggunakan analisis LQ ini adalah sebagai berikut (Arsyad, 1999: 142):

...(3.5) Keterangan:

39

vt = pendapatan total di kota/kabupaten Vi = pendapatan sektor i di tingkat propinsi Vt = pendapatan total di tingkat propinsi

Terdapat 3 (tiga) kategori dari hasil perhitugan LQ dalam perekonomian suatu daerah:

a) Jika LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat kota/kabupaten lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan di tingkat propinsi. Sektor ini dalam perekonomian daerah di kota/kabupaten memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.

b) Jika LQ = 1, maka bisa dikatakan bahwa sektor yang bersangkutan baik di tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat propinsi memiliki tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama.

c) Jika LQ < 1, maka dikatakan bahwa sektor yang bersangkutan di tingkat kota /kabupaten kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan di tingkat propinsi. Sektor ini dalam perekonomian daerah di kota/kabupaten dikategorikan sebagai sektor non basis.

Digunakan analisis LQ karena analisis ini memiliki kelebihan. Kelebihan analisis LQ antara lain merupakan alat analisis sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri substitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk dianalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya antara lain merupakan

40

indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan di setiap daerah.

3. Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

MRP digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial terutama struktur ekonomi di wilayah studi (kabupaten/kota) dalam perbandingan dengan daerah referensi. Dengan mengkombinasikan keduanya maka dapat diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial baik di wilayah studi maupun wilayah referensi. Pada perhitungan Model Rasio Pertumbuhan akan diperoleh nilai riil yang selanjutnya perlu dikonversi dengan nilai nominalnya baik RPs maupun RPr. Bila hasil perhitungan nilai riil > 1 maka nilai nominalnya positif, sebaliknya jika hasil perhitungan nilai riil < 1 maka nilai nominalnya negatif. Adapun rumus perhitungan selengkapnya sebagai berikut (Yusuf, 1999: 222): 1) Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i pada wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi

( ) ( )t r r t ir ir E E E E R / / Pr D D = ...(3.6) Keterangan:

41

DEr : perubahan pendapatan wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian.

DEir : perubahan pendapatan sektor i di wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian.

Er : pendapatan wilayah referensi pada awal tahun penelitian

Eir : pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal tahun penelitian. 2) Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i wilayah studi dengan laju pertumbuhan sektor sejenis di wilayah referensi.

( ) ( )t ir ir t ij ij

E

E

E

E

RPs

/

/

D

D

=

...(3.7) Dimana:

DEij : perubahan pendapatan sektor i di wilayah studi pada awal dan akhir penelitian.

Eij : pendapatan sektor i di wilayah studi pada awal tahun penelitian. DEir : perubahan pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian.

Eir : pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal tahun penelitian

Hasil perhitungan MRP secara umum terdapat empat kategori, yaitu:

42

a) Jika nilai (+) dan (+) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat referensi dan tingkat studi memiliki pertumbuhan yang menonjol, kegiatan ini disebut dominan pertumbuhan.

b) Jika nilai (+) dan (-) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat referensi memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi ditingkat studi kurang menonjol.

c) Jika nilai (-) dan (+) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat referensi kurang menonjol, tetapi ditingkat studi mempunyai pertumbuhan menonjol.

d) Jika nilai (-) dan (-) berarti kegiatan sektor tersebut baik di tingkat referensi maupun studi pertumbuhan kurang menonjol.

4. Matrik Potensi

Analisis matrik potensi sektor ekonomi merupakan penilaian kinerja sektor yang didasarkan pada 2 (dua) indikator perbandingan, yaitu: (1) perbandingan pertumbuhan (ratio pertumbuhan) yang membandingkan pertumbuhan sektor dengan pertumbuhan total PDRB sebagai rujukan; dan (2) perbandingan peranan (ratio kontribusi) yaitu membandingkan nilai sektor dengan nilai rata-rata PDRB per sektor .

Kedua indikator perbandingan itu masing-masing membentuk 2 (dua) golongan dengan nilai kritis sama dengan 1, artinya pada ratio pertumbuhan ada sektor nilainya lebih dari 1 atau kurang sama dengan 1. Sedangkan pada ratio kontribusi nilai yang mungkin didapat terbagi

43

menjadi 2 (dua) bagian yaitu lebih dari 1 atau kurang sama dengan 1 (Wihana Kirana, 1998: 29).

Status sektor dalam analisis ini dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:

1) Prima, bila rasio pertumbuhan lebih besar dari 1 dan rasio kontribusi juga lebih dari 1.

2) Potensial, bila rasio kontribusi lebih besar dari 1, sementara rasio pertumbuhan bernilai kurang dari atau sama dengan 1.

3) Berkembang, bila rasio pertumbuhan lebih besar dari 1, sementara rasio kontribusi bernilai kurang dari atau sama dengan 1.

4) Terbelakang, bila rasio pertumbuhan kurang dari atau sama dengan 1dan rasio kontribusi bernilai kurang dari atau sama dengan 1.

Tabel 3.1 Matrik Potensi Proporsi Pertumbuhan ( ) Xi ≤ 1 Rata-rata X Xi > 1 Rata-rata X Xi > 1 X total Berkembang Prima Xi ≤ 1 X total Terbelakang Potensial

Keterangan: Xi : PDRB sektor i di Kabupaten X : Total PDRB di Kabupaten

: Tingkat Pertumbuhan BAB IV

Dokumen terkait