BAB II TINJAUAN PUSTAKA
E. Metode Analisis
Analisis ini digunakan untuk menganalisa data dengan menggambarkan keadaan kondisi fisik alam yang terdapat di wilayah penelitian, kemudian mengklasifikasi berdasarkan tujuan yang dicapai. Dalam penelitian ini, analisis kondisi fisik di jelaskan secara deskriptif yaitu sebagai berikut:
a) Analisis kondisi fisik alam wilayah penelitian, meliputi analisis topografi dan kemiringan lereng, jenis tanah, kondisi curah hujan.
b) Analisis penggunaan lahan meliputi analisis klasifikasi penggunaan lahan. c) Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan mengetahui bagaimana
keterkaitan antara tingkat karakteristik banjir dengan kondisi land use (klasifikasi dan intensitas penggunaan lahan) pada daerah penelitian.
Analisis superimpose ini digunakan untuk menentukan daerah rawan banjir dengan didasarkan pada beberapa aspek, antara lain kemiringan lereng, klasifikasi infiltrasi tanah, intensitas curah hujan dan pola penggunaan lahan pada suatu wilayah yang didasarkan pada pengharkatan dan pembobotan, adapun prosedur pemberian harkat dan bobot mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya serta pedoman Kementerian PU.
Overlay dilakukan dengan input empat peta tematik, yaitu; Peta Kemiringan Lereng, Peta Infiltrasi Tanah,Peta Curah Hujan, dan Peta Penggunaan Lahan, dimana ketiga peta tersebut merupakan parameter-parameter kerentanan banjir dalam penelitian ini. Overlay dilakukan tidak hanya melibatkan unsur spasial dari masing-masing parameter kerentanan banjir saja tapi tidak kalah pentingnya adalah overlay atribut yang menyertainya. Sebagian besar parameter-parameter kerentanan banjir berupa data spasial yang bersifat kualitatif, untuk melakukan proses analisis, masing-masing parameter perlu ditransformasikan kedalam bentuk kuantitatif dalam bentuk pengharkatan dan pembobotan. Prosedur pemberian harkat dan bobot mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Pemberian bobot pada masing-masing parameter atau variabel berbeda-beda, yaitu dengan memperhatikan seberapa besar pengaruh parameter-parameter tersebut terhadap terjadinya banjir. Semakin besar pengaruh parameter tersebut terhadap banjir maka nilai bobotnya juga besar, sebaliknya jika pengaruhnya kecil maka nilai bobotnya juga kecil. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel berikut ini :
No Tekstur Harkat Bobot Skor 1 Halus 5 3 15 2 Agak Halus 4 12 3 Sedang 3 9 4 Agak Kasar 2 6 5 Kasar 1 3
Sumber: Eko Kustiyanto dalam Agus Joko Pratomo (2008) dengan modifikasi penulis
Tabel 6 Klasifikasi Kemiringan Lereng
No Kemiringan Lereng (%) Harkat Bobot Skor
1 0-2 5 5 25 2 2-7 4 20 3 7-14 3 15 4 15-21 2 10 5 >21 1 5
Sumber: Eko Kustiyanto dalam Agus Joko Pratomo (2008) dengan modifikasi penulis
Tabel 7 Intensitas Curah Hujan
No. Rata-rata Curah Hujan
Bulanan Harkat Bobot
Skor 1. > 2000 mm 5 3 15 2. 1500 - 2000 mm 4 12 3. 1000 - 1500 mm 3 9 4. 500 - 1000 mm 2 6 5. 0 - 1000 mm 1 3
Sumber: Eko Kustiyanto dalam Agus Joko Pratomo (2008) dengan modifikasi penulis
No Penggunaan Lahan Harkat Bobot Skor
1 Lahan Terbuka, sungai, rawa 5
2
10
2 Permukiman, kebun campuran 4 8
3 Petanian, sawah 3 6
4 Perkebunan 2 4
5 Hutan 1 2
Sumber: Eko Kustiyanto dalam Agus Joko Pratomo (2008) dengan modifikasi penulis
Metode aritmatika yang digunakan dalam proses overlay dapat berupa penambahan, pengkalian dan perpangkatan. Untuk pembuatan Peta Kerentanan Banjir metode aritmatika yang digunakan pada proses overlay dari parameter-parameter kerentanan banjir berupa metode pengkalian antara harkat dengan bobot pada masing-masing parameter kerentanan banjir. Pembuatan nilai interval kelas kerentanan banjir bertujuan untuk membedakan kelas kerentanan banjir antara yang satu dengan yang lain. Rumus yang digunakan untuk membuat kelas interval adalah: Rumus 1.
πΎπ =Xt β Xr π
Sumber: Sturgess dalam Agus Joko Pratomo (2008)
Keterangan:
Ki : Kelas Interval Xt : Data Tertinggi Xr : Data Terendah
Data tertinggi = 50 Data terendah = 10 Jumlah Kelas = 5 Ki = (50-10)/5 = 8
Nilai interval ditentukan dengan pendekatan relatif dengan cara melihat nilai maksimum dan nilai minimum tiap satuan pemetaan, kelas interval didapatkan dengan cara mencari selisih antara data tertinggi dengan data terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan.
Kerentanan banjir dalam penelitian ini terbagi menjadi lima kelas tingkat kerentanan, yaitu sangat rentan, rentan, cukup rentan, agak rentan dan tidak rentan. Lebih jelasnya lihat Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9 Pembagian Kelas Tingkat Kerawanan Banjir
No Tingkat Kerawanan Skor Nilai
1 Sangat Rawan >56
2 Rawan 51-55
3 Agak Rawan (Sedang) 46-50
4 Kurang Rawan 41-45
5 Tidak Rawan 36-40
Sumber: Hasil Perhitungan
Metode aritmatika yang digunakan dalam proses overlay dapat berupa penambahan, pengkalian dan perpangkatan. Untuk pembuatan Peta Kerawanan Banjir metode aritmatika yang digunakan pada proses overlay dari parameter-parameter kerentanan banjir berupa metode pengkalian antara harkat dengan bobot pada masing-masing parameter kerawanan banjir.
analisis data spasial, dimana pada proses ini layer dimodifikasi sesuai dengan yang diperlukan. Proses overlay sendiri terdiri dari beberapa metoda, yaitu identity, intersect, union, update, erase, dan symmetrical difference. Software yang digunakan dalam teknik penggambaran serta simulasi tugas akhir ini yaitu menggunakan software ArcGIS 10.4 untuk pengolahan data vector di combine dengan Global Mapper 12 untuk pengolahan data Raster.
Kerentanan banjir dapat diidentifikasi secara cepat melalui Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan metode tumpang susun/overlay terhadap peta variabel-variabel kerentanan banjir, seperti peta genangan banjir, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut:
Gambar 5 Proses Overlay Peta Kerawanan Banjir
Peta Ilfiltrasi Tanah
Peta Topigrafi
Overlay Peta Kerawanan Banjir
Peta Penggunaan Lahan
Intensitas Curah Hujan
Analisis deskriptif Kualitatif akan menguraikan secara jelas dampak yang telah ditimbulkan akibat bencana banjir yang ada di Kecamatan Dua Boccoe dari hasil observasi lapangan. Analisis ini juga digunakan untuk menganalisa data-data dengan menggambarkan keadaan wilayah pengamatan sesuai dari data yang diperoleh, adapun analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa penggunaan lahan dan kondisi fisik seperti topografi, kemiringan lereng dan hidrologi serta karakteristik banjir. Analisis ini juga di gunakan untuk penentuan arahan mitigasi bencana banjir yang ada di Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone.