8. Penelitian Sebelumnya
1.7. Metode dan Data Penelitian a. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey dan analisis data sekunder. Pembangunan sistem informasi kualitas SMA ini memerlukan perancangan model basisdata spasial berdasarkan distribusi bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan informasi lainnya yang dibutuhkan dalam bentuk data non
spasial. Dalam hal ini yang divisualisasikan adalah model basisdata spasial yang menggambarkan lokasi gedung tiap SMA serta informasi-informasi yang berhubungan dengan kualitas pendidikan di wilayah penelitian.
b. Metode Pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta, dengan pertimbangan bahwa ketersediaan sekolah menengah atas di masing-masing Kecamatan tidak merata bahkan rentang jumlah gedung SMA tinggi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data spasial dan non spasial, beberapa sumber data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data sekunder dengan teknik kompilasi yang diperoleh dari instansi terkait diantaranya: Data Surakarta dalam Angka Tahun 2008, Peta Administrasi, Peta Jaringan Jalan, data jumlah penduduk menurut kelompok umur SMA, profil dan jumlah gedung SMA, jumlah gedung, murid, dan guru di setiap SMA.
b. Peta Analog antara lain Peta Topografi, Peta Tanah, dan Peta Penggunaan Lahan. Peta Analog berupa cetakan di scan menjadi Peta Digital agar bisa diolah menggunakan software GIS, pada umumnya Peta Analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dan lain-lain. Agar Peta Analog ini bisa digunakan untuk analisis maka dilakukan register and transform, sehingga titik koordinatnya sesuai dengan di lapangan. Setelah titik koordinat sesuai Peta Analog di digitasi.
c. Data dari sistem penginderaan jauh citra Quickbird, data yang diperoleh dari citra Quickbird dilakukan interpretasi dengan menggunakan kunci
interpretasi, seperti : rona dan warna, ukuran, bentuk, tinggi, bayangan, pola, , tekstur, asosiasi, dan situs. Citra Quickbird ini digunakan untuk pemetaan meyakinkan persebaran titik gedung SMA yang dihasilkan dari survei GPS.
d. Data hasil observasi, data ini berupa data gambar dan logo tiap SMA, beserta data-data lain yang belum tersedia di dinas terkait.
e. Data wawancara terstruktur, wawancara dilakukan kepada pihak yang berwenang ditiap SMA misalnya kepala sekolah, kepala TU atau stafnya. Data yang diperoleh dari wawancara adalah informasi-informasi umum tiap SMA, diantaranya, nama kepala sekolah, alamat SMA, email, website, telepon, jumlah murid, jumlah guru, dan jumlah kelas.
f. Data GPS, data dari GPS dalam penelitian ini adalah titik koordinat gedung SMA.
c. Variabel Penelitian
Peneliti menganalisis kualitas pendidikan SMA di Surakarta, variabel yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Mengukur daya serap yaitu:
a. Angka Partisipasi Kasar (APK), yaitu perbandingan jumlah murid pada jenjang pendidikan SMA dengan penduduk kelompok usia sekolah SMA (16-18 tahun) dan dinyatakan dalam persentase. APK ini diantaranya bergunana untuk mengukur persentase banyaknya penduduk usia SMA yang telah bersekolah dijenjang pendidikan SMA. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak penduduk usia sekolah SMA yang bersekolah. Nilai APK bisa lebih besar dari 100% karena adanya siswa yang bersekolah diluar usia sekolah.
APK = X100% SMA usia kelompok menurut penduduk jumlah SMA murid Jumlah
b. Angka Partisipasi Murni (APM), yaitu perbandingan jumlah murid pada jenjang pendidikan SMA yang berusia 16-18 tahun dengan
penduduk kelompok usia SMA dan dinyatakan dalam persentase. APM ini diantaranya berguna untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah dalam memeratakan kesempatan memperoleh pendidikan. APM juga untuk melihat keterjangkauan satuan pendidikan tertentu oleh penduduk usia SMA. Semakin tinggi nilai APM berarti semakin banyak penduduk usia SMA yang sekolah di suatu daerah tertentu. Nilai APM paling baik adalah 100% jika APM lebih besar dari 100% karena adanya siswa dari luar daerah yang berada pada sekolah di daerah tertentu. APM = X100% SMA usia kelompok menurut penduduk jumlah SMA usia kelompok murid Jumlah
2. Pengukuran kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS), yaitu perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah sekolah SMA. Ukuran ini untuk mengetahui ketersediaan SMA dalam melayani kebutuhan jumlah penduduk usia SMA. Kemampuan ketersediaan suatu SMA dalam melayani kebutuhan jumlah penduduk dapat diketauhui dengan menentukan standar pelayanan minimum SMA.
TPS = SMA Gedung jumlah Penduduk Jumlah
b. Rasio Murid dan Guru (RMG) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah guru pada jenjang pendidikan SMA. Ukuran ini digunakan untuk mengetahui rata-rata jumlah murid yang dilayani oleh satu orang guru di suatu sekolah atau daerah tertentu. Jika rasio yang diperoleh tinggi, ini berarti satu orang tenaga pengajar harus melayani banyak murid. Banyaknya murid yang diajarkan akan mengurangi daya tangkap murid pada pelajaran yang diberikan atau mengurangi efektifitas pengajaran. Semakin kecil rasio ini akan semakin baik, karena diharapkan akan mempermudah para guru dalam menjalankan proses belajar mengajar sehingga dapat diketahui kekurangan/kelebihan guru.
RMG =
Guru jumlah
Murid Jumlah
c. Rasio Murid dan Sekolah (RMS) dirumuskan sebagai perbandingan antara murid dengan jumlah sekolah. Rasio ini menunjukkan banyaknya jumlah murid yang ditampung oleh satu sekolah. Semakin besar rasio murid terhadap sekolah berarti semakin banyak murid yang ditampung oleh sekolah tersebut.
RMS SMA Gedung jumlah Murid Jumlah
d. Rasio Murid dan Kelas (RMK) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah kelas pada jenjang pendidikan SMA. Hal ini digunakan untuk mengetahui rata-rata besarnya kepadatan kelas di suatu sekolah atau daerah tertentu. Semakin tinggi nilai rasio, berarti tingkat kepadatan kelas semakin tinggi. Angka ideal untuk indikator ini adalah 32, yang berarti setiap kelas diisi oleh 32 murid, dan ini sesuai dengan ukuran standar pembangunan ruang kelas. RMK Kelas jumlah Murid Jumlah
e. Rasio Kelas dan Ruang Kelas (RKRK) yaitu perbandingan antara kelas dan ruang kelas yang tersedia di suatu daerah. Semakin seimbang perbandingan antara kelas dan ruang kelas berarti semakin baik pemanfaatan dan ketersediaan ruang kelas.
RKRK = Kelas Ruang jumlah Kelas Jumlah
f. Persentase Ruang Kelas Baik (PRKB) yaitu perbandingan antara ruang kelas baik dengan seluruh ruang kelas. Semakin seimbang persentase antara ruang kelas baik dengan jumlah ruang kelas, maka PRKB semakin baik karena jika nilainya 100% itu berarti semua ruang kelas yang dimiliki dalam kondisi baik.
PRKB = Milik Kelas Ruang jumlah Baik Kondisi Milik Kelas Ruang Jumlah
g. Persentase Guru Layak Mengajar (PGLM) merupakan perbandingan antara jumlah guru yang memiliki tingkat pendidikan yang sesuai untuk mengajar bidang studi tertentu pada jenjang pendidikan SMA dengan jumlah guru seluruhnya. Nilai PGLM yang paling baik adalah 100%, jika nilai PGLM 100% berarti semua guru memiliki tingkat pendidikan sesuai dengan bidang yang diajarkan.
PGLM = Guru Seluruh jumlah Mengajar Profesi Sesuai Guru Jumlah 3. Pengukuran output
a. Angka Melanjutkan (AMl) yaitu perbandingan jumlah murid baru SMA 2009/2010 dengan jumlah lulusan SLTP pada Tahun 2009/2010. Semakin banyak AMI maka semakin baik.
AMI = x100% SLTP Lulusan jumlah SMA Baru Murid Jumlah
b. Angka Lulusan (AL) yaitu perbandingan jumlah murid yang berhasil menyelesaikan pendidikan untuk suatu jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah murid tingkat terakhir pada tahun sebelumnya. Semakin besar nilai AL maka kualitas output SMA semakin baik, karena jumlah murid yang lulus seimbang atau sama dengan jumlah murid kelas IIX SMA.
AL = x100% III Tingkat Murid jumlah SMA Lulus Murid Jumlah
c. Angka Putus Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara murid yang keluar dari sistem pendidikan sebelum lulus tanpa ada surat keterangan pindah dari kepala sekolah dengan seluruh murid. Semakin banyak angka APS maka semakin banyak murid yang keluar sekolah sebelum menyelesaikan pendidikan. APS diperoleh dengan membagi jumlah murid SMA yang keluar dari sistem pendidikan sebelum lulus selama satu tahun pengajaran tanpa ada
surat keterangan pindah dari kepala sekolah dengan jumlah murid seluruhnya dikalikan 100 persen.
d. Angka Mengulang (AU) yaitu perbandingan murid yang mengulang dengan jumlah seluruh murid. Semakin besar AU, maka semakin banyak murid yang mengulang, itu artinya banyak murid yang tidak lulus sehingga harus mengulang.
AU = x100% Murid Seluruh Jumlah Mengulang Murid Jumlah
e. Rasio Input/Output (RIO) yaitu perbandingan antara jumlah lulusan tahun tertentu dengan murid baru tingkat I (tahun pertama memasuki proses pendidikan) pada jenjang pendidikan tertentu. RIO menggambarkan perbandingan murid yang masuk dengan murid yang lulus pada Tahun 2010. Apabila input/jumlah murid yang masuk lebih seimbang dengan murid yang lulus maka kualitas pendidikan semakin baik. RIO = x100% Baru Murid jumlah Lulusan Jumlah
d. Data
Data yang dibutuhkan terdiri dari data spatial dan data non spatial. Data spatial dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 1.3. Data Spatial SIG SMA
Data Cara Memperoleh Sumber
Peta Administrasi Sekunder Peta digital Bakosurtanal
Jaringan Jalan Sekunder Peta digital Bakosurtanal
Jaringan Sungai Sekunder Peta digital Bakosurtanal
Peta titik Kantor Sekunder Peta RBI
Peta titik SMA Primer Survei GPS dan Citra Quickbird
Peta Jawa Tengah Sekunder Peta digital Bakosurtanal
Sumber: Penulis, 2010.
Data non spatial dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 1.4. Data Non Spatial SIG Tiap SMA
Data Cara memperoleh Sumber
Nama SMA Observasi SMA di Ska
Kepala sekolah Kuisioner SMA di Ska
Status Akreditasi Kuisioner SMA di Ska
alamat Kuisioner SMA di Ska
visi Kuisioner SMA di Ska
misi Kuisioner SMA di Ska
deskripsi SMA Kuisioner SMA di Ska
No telpon Kuisioner SMA di Ska
e-mail Kuisioner SMA di Ska
website Kuisioner SMA di Ska
Jumlah murid Kuisioner SMA di Ska
Jumlah kelas Kuisioner SMA di Ska
Jumlah Ruang Kelas Kuisioner SMA di Ska
Jumlah Perpus Kuisioner SMA di Ska
UKS Kuisioner SMA di Ska
Guru tetap Kuisioner SMA di Ska
Guru bantu Kuisioner SMA di Ska
Logo SMA Sekunder SMA di Ska
Foto Gedung Primer SMA di Ska
Titik Koordinat Primer GPS
Tabel 1.5. Data Non Spatial SIG Tiap Kecamatan
Data Cara memperoleh Sumber
Penduduk usia SMA Sekunder Disdikpora
Jumlah murid Sekunder Disdikpora
Jumlah Murid baru Sekunder Disdikpora
Jumlah Guru sesuai profesi mengajar Sekunder Disdikpora
Jumlah Guru Sekunder Disdikpora
Jumlah Ruang Kelas Baik Sekunder Disdikpora
Jumlah Kelas Sekunder Disdikpora
Murid Keluar tanpa surat resmi Sekunder Disdikpora
Jumlah Ruang kelas Sekunder Disdikpora
Muris SMA yang lulus (2010) Sekunder Disdikpora
Jumlah Sekolah Sekunder Disdikpora
Jumlah Murid lulus SMP (tahun 2010) Sekunder Disdikpora
Sekolah Swasta Sekunder Disdikpora
Murid mengulang Sekunder Disdikpora
Jumlah murid usia sekolah Sekunder Disdikpora
Jumlah murid ikut ujian Sekunder Disdikpora
Sumber: Penulis, 2010.
e. Metode Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2007). Analisis kualitas pendidikan SMA di tiap Kecamatan di Surakarta digunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan analisis yang berhubungan dengan angka, bobot, nilai, dan jumlah dari suatu topik/bahasan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung kualitas daya serap, kualitas pelayanan, dan kualitas output/dampak. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode proyeksi, dengan menghitung proyeksi jumlah
penduduk usia sekolah, APK, APM serta perhitungan rasio atau tabel perbandingan untuk mengukur kualitas pelayanan dan dampak.
f. Perancangan dan Pengembangan Sistem
Perancangan antar muka web bertujuan untuk mencari bentuk yang optimal dari aplikasi yang akan dibangun dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan yang ada pada sistem. Upaya yang dilakukan adalah dengan berusaha mencari kombinasi penggunaan teknologi dan perangkat lunak (software) yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal dan mudah untuk diimplementasikan. Perancangan dan pengembangan sistem dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Pembuatan Sistem
Berikut akan dijelaskan tentang beberapa kebutuhan sistem yang menunjang dalam penelitian ini diantaranya adalah kebutuhan hardware dan
software sebagai berikut: 1. Hardware
Komputer minimal 1 buah dengan spesifikasi minimum sebagai berikut:
- CPU : Processor 1,2 Gb - Hardisk : Kapasitas 20 Gb - Memory : Minimal 256 Mb
- Monitor : Resolusi 1024 x 768 dengan 256 warna 2. Software
1). Sistem Operasi Windows. 2) Xampp server, merupakan web server yang paling tidak berisi MySQL Server, Apache Web Server dan PHP. 3) JRE (Java Runtime Environtment) sebagai framework untuk menjalankan applet. 4) MapInfo Professional untuk mengolah dan analisis data spatial. 5) Macromedia Firework MX 2004 untuk membuan desain grafis. 6) Arcview 3.3 untuk mengolah data spatial. 7) Map Admin. 8) Full Convert Enterprise. 9) Notpad ++. 10) Microsoft Office Access 2007, Microsoft Office Word 2007
b. Arsitektur Sistem
Aplikasi ini di bangun dengan konsep arsitektur n-tier, terdiri dari suatu client-tier yaitu yang menjalankan suatu browser (java applet), yang kedua application-tier berfungsi menggenerate data pada Apache web-server dengan PHP web scripting language, dan yang ketiga suatu
database-tier dengan MySQL. Arsitektur sistem dalam program ini bisa dilihat dalam diagram Gambar 1.10.
Gambar 1.10. Arsitektur Sistem Pembuatan Program (Jumadi dan Widiadi, 2009)
Gambar 1.10 Arsitektur Sistem Pembuatan Program menunjukkan interaksi antara client dengan server berdasar scenario request dan respon. Web browser di sisi client mengirim request ke server web. Server web tidak memiliki kemampuan pemrosesan peta, maka request berkaitan dengan pemrosesan peta akan diteruskan oleh server web ke server