• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode dan Prosedur Pengumpulan Data .1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara mendalam dan dilengkapi dengan catatan lapangan dan direkam dalam bentuk video. Menurut Waters (1994 dalam Basrowi & Suwandi, 2008) menyatakan bahwa penggunaan metode fenomenologi membutuhkan kesungguhan dalam pengamatan, empati, abstraksi, dan daya interpretasi, dengan implikasi metodologi yaitu memusatkan perhatian pada observasi dan kajian pada praktik sosial dari fenomena yang terjadi dan menggali lebih dalam berbagai aspek dan informasi historis dari para pelaku. Berger dan Luckmann (1990 dalam Basrowi & Suwandi, 2008) menyatakan bahwa dengan menyeleksi gejala sosial yang akan diobservasi membantu peneliti untuk memahami tatanan sosial yang diciptakan sendiri oleh masyarakat dan dipelihara dalam kehidupan sehari-hari. Dengan hasil temuan itu, peneliti dapat membangun interpretasi obyektif atas kejadian-kejadian yang dialami dalam masyarakat.

Model wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur yaitu interviewer membuat garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam pelaksanaanya interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan tidak perlu ditanyakan secara

berurutan dan pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan (Satori & Komariah, 2009). Fungsi peneliti saat pengumpulan data adalah mendorong partisipan untuk berbicara secara bebas terkait semua topik dalam garis-garis besar pokok pembicaraan dan mendengarkan semua cerita yang disampaikan partisipan. Teknik ini untuk menjamin bahwa peneliti akan memperoleh semua informasi yang diperlukan, dan memberikan partisipan kebebasan untuk berespon terhadap apa yang dikatannya, memberikan cukup detail apa yang diinginkan, dan memberikan uraian serta keterangan (Polit & Beck, 2004). Hasil wawancara akan direkam dalam video dan peneliti juga melengkapi data dengan catatan lapangan (field note).

3.7.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data diawali dengan permohonan izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan tentang pelaksanaan penelitian yang berjudul persepsi perawat tentang pelaksanaan penilaian pekerjaan oleh Karu, dilanjutkan dengan permohonan izin pada Direktur RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah izin penelitian dikabulkan dan telah ditunjuknya pembimbing dari RS (permohonan ijin penelitian dapat dilihat pada lampiran 11), maka peneliti memulai pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian diawali dengan menentukan partisipan yang masuk dalam kriteria inklusi yaitu perawat di RSU PKU Muhammadiyah yang memiliki pengalaman pernah dievaluasi kinerjanya dengan menggunakan DP3 minimal 3 kali, lama bekerja minimal 6 tahun, pendidikan minimal S1 Keperwatan, mampu mengkomunikasikan dengan baik pengalaman yang dimilikinya dan bersedia berbagi pengalaman dengan peneliti. Berdasarkan kriteria partisipan tersebut peneliti meminta bantuan Manajer Keperawatan

sebagai pembimbing dari RS yang lebih mengetahui karakteristik dan kemampuan stafnya, terkait siapa saja perawat yang memenuhi kriteria inklusi, dan Manajer Keperawatan memberikan data perawat yang dapat masuk ke dalam kriteria inklusi yang dipersyaratkan ada 10 perawat pelaksana, sedangkan untuk kepala ruang sebagian besar dapat masuk dalam kriteria yang dipersyaratkan. Setelah data terkumpul penentuan siapa partisipan yang akan dilibatkan dalam penelitian dan pendekatan terhadap partisipan dilakukan sendiri oleh peneliti.

Sepuluh partisipan pelaksana yang telah memenuhi kriteria, diambil tiga sebagai partisipan uji coba, sehingga tersisa tujuh, dan hanya diambil sebanyak 4 perawat pelaksana dan ditambah 3 karu untuk partisipan sesungguhnya, dan telah tersaturasi pada partisipan ke 7. Peneliti menerapkan prinsip etik dalam penelitian yang akan diawali dengan terlebih dahulu membina hubungan baik dengan partisipan dengan cara mengontak lewat telpon setiap partisipan yang akan dijadikan partisipan, karena peneliti sudah mengenal partisipan sebelumnya dan memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan termasuk tujuan dan manfaat penelitian secara jelas pada partisipan, apa yang diharapkan dari partisipan termasuk prosedur yang akan dilakukan, sehingga partisipan memiliki gambaran yang jelas terkait penelitian yang akan dilakukan, dan meminta kesediaan partisipan untuk terlibat dalam penelitian.

Setelah partisipan menyatakan kesediannya, peneliti melakukan kontrak waktu dan tempat untuk pengumpulan data berdasarkan kesediaan yang ditawarkan oleh partisipan. Selanjutnya peneliti membuat kontrak waktu dengan partisipan terkait wawancara yang akan dilakukan. Empat partisipan menghendaki dilakukan wawancara di luar gedung

RS. Partisipan pertama sampai dengan ketiga dilakukan di ruang tutorial 2 STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, dan partisipan ke empat menghendaki wawancara dilakukan di rumah partisipan, dengan pertimbangan agar lebih nyaman. Tiga partisipan lainnya menghendaki wawancara di dalam gedung RS yaitu partisipan kelima di salah satu ruang perawatan yang kosong, partisipan keenam di ruang poli bedah RS PKU setelah selesai jam pelayanan, dan partisipan ke tujuh diruang transit perawatan dimana partisipan berdinas. Waktu Pegumpulan data dilakukan berdasarkan kesepatan yang telah dibuat antara peneliti dan partisipan, Partisipan pertama menghendaki pengumpulan data dilakukan di pagi hari, partisipan 2, 4, 5 dan 7 menghendaki disiang hari, dan partisipan 3 dan 6 menghendaki disore hari.

Berdasarkan hasil kesepatan tempat dan waktu peneliti mengadakan pertemuan dengan partisipan. Pertemuan diawali dengan pemberian penjelasan kembali terkait penelitian yang akan dilakukan. Pemberian informasi secara jelas dinyatakan dalam bentuk informed consent, dan partisipan diberikan waktu untuk mempelajarinya. Setelah partisipan menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan diminta menandatangani informed consent. Selain itu partisipan juga diminta untuk mengisi data demografi yang meliputi nama partisipan (kode), umur, tingkat pendidikan, unit pelayanan, lama bekerja di RS PKU Muhammadiyah, dan frekuensi dievaluasi kinerjanya dengan DP3 (kuisioner data demografi partisipan dan petunjuk teknisnya dapat dilihat pada lampiran 3).

Wawancara diawali dengan percakapan pembuka seperti menanyakan bagaimana kabar pekerjaan yang dilakukan hari ini untuk menciptakan suasana kepedulian dan keakraban. Setelah itu, percakapan baru

memasuki wawancara inti dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat dengan urutan yang fleksibel sesuai dengan alur jawaban partisipan tetapi tidak keluar dari konteks tujuan yang akan dicapai. Selama proses wawancara peneliti selalu mencoba untuk menerapkan bracketing dengan cara menyimpan pendapat, keyakinan, dan pengetahuannya tentang fenomena yang diteliti, sehingga data yang diperoleh adalah murni dari pendapat partisipan dan untuk membantu peneliti memahami fenomena apa adanya. Selain itu peneliti juga menerapkan intuiting (merenungkan, menganalisis, mendeskripsikan fenomena) dengan cara lebih berkonsentrasi sehingga peneliti mampu melihat, mendengar, dan sensitif pada setiap aspek fenomena yang diteliti, sehingga memudahkan peneliti untuk memilih data yang mampu merepresentasikan fenomena (Asih, 2005).

Selama wawancara mendalam peneliti semaksimal mungkin menggunakan pertanyaan terbuka dan mencoba menvalidasi kembali apa yang telah dikemukakan oleh partisipan untuk memperjelas dan meyakinkan pernyataan partisipan. Bila dalam proses wawancara partisipan mengalami kesulitan untuk memahami pertanyaan dari peneliti, maka peneliti mencoba memberikan pertanyaan dalam bentuk yang lain untuk mempermudah partisipan memahami dan memberikan jawaban, karena ada beberapa partisipan yang mengkonfirmasi pertanyaan peneliti karena merasa belum jelas apa yang ditanyakan oleh peneliti. Percakapan dilakukan sekitar 45 – 90 menit untuk setiap partisipan, dan waktu tersebut berdasarkan hasil observasi peneliti sudah cukup untuk memberikan informasi data awal yang dikehendaki sesuai tujuan.

Wawancara dilakukan 2 (dua) kali untuk setiap partisipan, satu kali untuk pengumpulan data awal dan satu kali untuk validasi data. Hasil wawancara direkam dengan video dan peneliti tetap melakukan pencatatan lapangan terhadap hal-hal yang dapat diobservasi yang terlepas dari jangkauan video selama proses pengumpulan data berlangsung. Peneliti tidak menggunakan orang lain untuk mengoperasionalkan video tetapi menggunakan bantuan alat yang disebut statif untuk menempatkan video pada posisi tepat dihadapan partisipan sehingga partisipan dapat merasa nyaman tanpa kehadiran orang lain. Setelah data hasil wawancara diperoleh, maka data tersebut dibuat dalam bentuk transkrip. Transkrip akan dibaca berulang oleh peneliti untuk menemukan kemungkinan tema yang muncul berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan.