• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode dan Teknik Analisis Data

G. Metode Penelitian

7. Metode dan Teknik Analisis Data

Pada analisis ini merupakan tahap sebagai upaya peneliti dalam menangani langsung masalah yang terkandung pada data (Sudaryanto, 1993: 6). Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode ditribusional dan metode padan. Metode distribusional yakni metode analisis data yang alat penentunya unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri ( Sudaryanto, 1993: 15). Metode distribusional pada penelitian ini menggunakan teknik BUL (Bagi Unsur Langsung) ini digunakan untuk membagi satuan lingual data, menjadi unsur-unsur yang bersangkutan membentuk satuan lingual. Metode distribusional dengan

teknik BUL digunakan untuk mengetahui bentuk alih kode dan campur kode dalam komunikasi berbahasa Jawa di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta.

Analisis data yang lebih luas menggunakan metode padan. Metode padan yakni metode analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Dalam penelitian ini menggunakan teknik dasar PUP dengan alat penentunya berupa referen. Metode padan dengan alat penentunya referen yaitu kenyataan yang ditunjuk bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan, kejadian, sifat, kualitas, keadaan, derajat, jumlah, dan sebagainya) (Edi Subroto, 2007: 59). Pada penelitian metode padan digunakan untuk menganalisis atau mengkaji fungsi dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode serta campur kode di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta.

Referen pada penelitian ini adalah SPEAKING. Referen yang berupa

SPEAKING ini digunakan untuk mengkaji bentuk, fungsi dan faktor yang

melatarbelakangi alih kode serta campur kode, karena di dalamnya mengandung fenomena sosial dan situasional penggunaan bahasa. Berikut ini contoh penerapan metode distribusional dan metode padan pada penggunaan alih kode dalam komunikasi bahasa Jawa di Asrama Mahasiswa UNS.

Data 3

P1 : Mas mau pesan apa? „Mas mau pesan apa?‟ P2 : Sega endhog siji mbak. „Nasi telur satu mbak‟. P1 : Ngunjukipun napa mas? „Minumnya apa mas?‟ P2 : Es kampul mbak. „Es lemon tea mbak‟

Pada data (3) peristiwa tutur yang terjadi di kantin Sekar Arum, salah satu kantin yang terdapat di Asrama Mahasiswa UNS. Peristiwa tutur tersebut berlangsung pada hari Kamis 11 November 2015 pukul 13.00 WIB. Komunikasi dilakukan oleh P1 yakni penjual di kantin Asrama Mahasiswa UNS sering dipanggil mbak Nurdan P2 yakni mahasiswa penghuni asrama yang sedang memesan makanan serta minuman di kantin Sekar Arum Asrama Mahasiswa UNS. Situasi tutur adalah ringan. Topik tuturan adalah memesan makanan dan minuman di kantin.

Dalam komunikasi tersebut terdapat alih kode yang merupakan kesatuan lingual (kebahasaan) yaitu kalimat. Alih kode terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dilakukan oleh P1. Pada awalnya P1 menggunakan bahasa Indonesia saat menawarkan kepada P2 yaitu, mas mau pesan apa?„mau pesan apa mas?‟ kemudian beralih kode ke bahasa Jawa, yakni Ngunjukeapamas? „minumnya apa mas?‟. Alih kode seperti itu disebut dengan alih kode intern.

Fungsi peralihan kode dalam tuturan tersebut adalah untuk memberikan penghormatan. P1 menunjukkan kesopanan-kesopanan berbahasa yang lebih kepada P2 dengan cara beralih kode. Hal tersebut dilihat dari pemilihan kode yang dipakai P1 yaitu bahasa krama Jawa.

Faktor yang melatarbelakangi penggunaan alih kode adalah lawan tutur yaitu P2. Pada mulanya P1 menggunakan bahasa yang lebih umum yaitu bahasa Indonesia saat menawarkan pada P2, karena belum mengetahui latar belakang kebahasaan. Kemudian P1 beralih kode ke bahasa Jawa, sehingga P1 ingin mengimbangi bahasa yang dipergunakan oleh pembeli. Latar belakang alih kode

ini disebut dengan faktor situasional, karena penutur melihat bahasa yang digunakan lawan tutur.

Berikut ini contoh penerapan metode distribusional dan metode padan pada penggunaan campur kode dalam komunikasi bahasa Jawa di Asrama Mahasiswa UNS.

Data 4

P1 : Wah iki, dibales sik iki.Deloken Man pembalasanku leh. „Wah ini, dibalas dulu ini. Lihat ini Man pembalasanku ini.‟ P2 : Ya wis.

„Ya sudah.‟

Peristiwa tutur pada data (4) di dekat pos satpam gedung A Asrama Mahasiswa UNS berlangsung pada hari Kamis 3 Maret 2016 pukul 13.30 WIB. Komunikasi dilakukan oleh P1 yakni orang Thailand dan P2 yakni orang dari Indonesia yang sedang bermain kartu remi untuk mengisi waktu luang di dekat pos satpam gedung A Asrama Mahasiswa UNS, dimana keduanya sudah akrab atau saling kenal. Situasi yang terjadi adalah santai. Topik tuturan adalah membalas kekalahan kepada lawan main kartu.

Dalam komunikasi tersebut terdapat campur kode berupa penggunaan kata dari bahasa lain yang dilakukan oleh P1. Campur kodeterjadi pada tuturan P1yaitu masuknya kata bahasa Indonesia yaitu pembalasanku ke dalam ruas data tuturan berbahasa Jawa, yaitu Wah iki dibales sik iki, delok leh Man pembalasanku

leh.Campur kode ini disebut campur kode intern.

Fungsi penggunaan campur kode pada data (4) adalah memberikan suatu maksud. Kata pembalasanku memberikan maksud bahwa penutur yakni P1akan membalas serangan permainan kartu dari P2.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode tersebut adalah identifikasi peran sosial penutur. P1 merupakan seorang mahasiswa asing (dari luar negeri) yang kuliah di UNS dan tinggal di Asrama Mahasiswa, serta sedang dalam tahap belajar bahasa Jawa. Dalam tuturannya penutur menggunakan kata dari bahasa Indonesia karena penutur atau P1 belum mengetahui bahasa Jawa dari kata pembalasanku yang dalam bahasa Jawa adalah balesanku.

Contoh di atas menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan metode distribusional dan metode padan sebagai metode analisis data. Metode distribusional hanya digunakan untuk menganalisis bentuk alih kode dan campur kode, sedangkan untuk menganalisis yang lebih mendalam mengenai fungsi dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode, menggunakan metode padan dengan teknik PUP yang alat penentunya referen berupa SPEAKING sebagaimana yang tercantum di teori.

Dokumen terkait