• Tidak ada hasil yang ditemukan

METoDE EsTIMAsI Supply INDUsTRI KREATIf TAHUN

Dalam dokumen laporan pdrb ekraf bali 2010 2016 (Halaman 34-65)

pEnyusunan pDrb Ekonom

3.1 METoDE EsTIMAsI Supply INDUsTRI KREATIf TAHUN

Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Estimasi supply

dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing- masing subsektor ekonomi kreatif.

a. Subsektor Arsitektur

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging

untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply Provinsi Bali

BAB III

METoDoLoGI

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

b. Subsektor Desain Interior

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006. Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh

dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik

Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali

c. Subsektor Desain Komunikasi Visual

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006. Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik

Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali

d. Subsektor Desain Produk

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006. Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging

untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan

menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik

Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali

e. Subsektor Film, Animasi, dan Video

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply

mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matriks Supply. Tahap berikutnya adalah mendisagregasikan setiap produk Matriks Supply baik output maupun Nilai Tambah Bruto ke dalam lima digit KBLI dengan menggunakan data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah didapatkan output menurut lima digit KBLI, dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali

Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006. Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging

untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

f. Subsektor Fotograi

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006. Dari hasil Sensus Ekonomi tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Bali

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik

Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali

g. Subsektor Kriya

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply

Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali, BPS Provinsi Bali

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik ba- rang baru maupun barang bekas kepada pengecer, in- dustri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang ber- tindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusa- haan. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di sub- sektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.

nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagang- kan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Konsumsi antaranya ada- lah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti perlengkapan tulis menu- lis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan.

Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi penjualan kem- bali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru mau- pun bekas, utamanya kepada masyarakat umum un- tuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, department store, kios,

mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, peda- gang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertin- dak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity

dagangan barang-barang subsektor kriya yang diper- dagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perda- gangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan be- sar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagan- gan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional.

Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali

2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

h. Subsektor Kuliner

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply

Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi ha- nya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsek- tor Kuliner.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity

low yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin per- dagangan diperoleh dari perkalian antara output indus- tri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan

besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional.

Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali

2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penye- diaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total output produk jasa penye- diaan makan minum merupakan perkalian konsum- si makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) mer- upakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan to- tal Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.

Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum SUSENAS maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ek- spor produk jasa penyediaan makan minum.

Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut:

Total Supply = Total Use

Output Domestik + Impor

= Total Konsumsi (konsumsi antara dan konsumsi akhir) + Ekspor

Output Domestik = Total Konsumsi + Eks- por – Impor

Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSENAS, bisa dilakukan di penyediaan makan mi- num baik di restoran yang ada di kereta api, di ang- kutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, in- dustri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penye- diaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh indus- tri-industri lain tersebut.

Sumber data:

BPS Provinsi Bali

2. Publikasi Proyeksi Penduduk 2010-2035, BPS Provinsi Bali

3. Passenger Exit Survey (Publikasi Statistik

Kunjungan Wisatawan Mancanegara, BPS Provinsi Bali

i. Subsektor Musik

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply

Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor musik dibatasi han- ya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor musik.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity

low yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin per- dagangan diperoleh dari perkalian antara output indus- tri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional.

Sumber data:

2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

3. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

Industri: Informasi dan Komunikasi

Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data supply industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsek- tor musik. Untuk struktur supply, menggunakan struk- tur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Matriks Supply 2010, BPS Provinsi Bali

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006. Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging untuk memperoleh output industri kreatif ta- hun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Matriks Supply Provinsi Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

Industri: Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik

Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inlate indikator harga

tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Statistik Indeks Harga Konsumen. BPS Provinsi Bali

j. Subsektor Fesyen

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply

Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasiikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

BPS Provinsi Bali

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Fesyen dibatasi ha- nya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsek- tor Fesyen.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity

low yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fesyen yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin per- dagangan diperoleh dari perkalian antara output indus- tri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Rasio marjin perdagangan yang digunakan mengikuti rasio di tingkat nasional.

Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Bali

2. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

3. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara ind- ikator produksi dan indikator harga. Indikator produk- si yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, se- dangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus data jumlah peserta kursus diper- oleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi Bali, sedangkan data output per peserta kursus menggunakan struktur PDB. Struktur

supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik

Supply Provinsi Bali.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

2. Data Kursus Disdikpora Provinsi Bali

k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer

Industri: Informasi dan Komunikasi

Subsektor aplikasi dan game developer menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri

2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun 2010. Untuk struktur Supply, diperoleh dari struktur pendapa- tan laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi 2006.

Estimasi Supply subsektor aplikasi dan game develop- er di industri penerbitan diperoleh dari proporsi output industri penerbitan dengan menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

2. Matriks Supply Provinsi Bali Tahun 2010, BPS Provinsi Bali

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006. Dari hasil Sensus Ekonomi 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses

bridging untuk memperoleh output industri kreatif ta- hun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Bali

Dalam dokumen laporan pdrb ekraf bali 2010 2016 (Halaman 34-65)

Dokumen terkait