• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Intervensi Sosial

Dalam dokumen 30 Hari Mengenal Keranggan (Halaman 35-38)

BAB II METODE PELAKSANAAN PROGRAM

A. Metode Intervensi Sosial

Metode dalam bahasa Yunani adalah methodos, yakni cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.2

Intervensi sosial dapat diartikan sebagai cara atau strategi yang digunakan oleh pekerja sosial untuk membantu warga (individu, kelompok, dan komunitas).3 Intervensi sosial merupakan metode yang digunakan dalam praktik di lapangan dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.

1. Falsafah Intervensi Sosial (Prinsip Dasar dan Relasi)

Falsafah intervensi sosial adalah pandangan yang dijiwai oleh nilai-nilai warga tentang konsepsi dan produk manusia, dan yang dapat dijadikan alat bantu untuk menjadi pedoman perlakuan terhadap manusia. Nilai-nilai tersebut menjadi konsep-konsep dasar untuk diterapkan dalam praktik intervensi sosial. Intisari dari falsafah intervensi sosial tersebut berkisar pada tiga kelompok nilai-nilai berikut:

a. Memperhatikan hakikat seorang manusia yang memiliki martabat, harga diri, rasa tanggung jawab dan berpotensi untuk berkembang sepanjang hayatnya.

1) Manusia membutuhkan dirinya menjadi bagian dari lingkungannya, hogan dan berkeinginan untuk berinteraksi dengan komunitas.

2) Terdapat kebutuhan yang umum pada setiap orang, namun manusia itu unik dan berbeda dari yang lain.

2 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Warga (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h. 7.

3 Garliah, Lili. Jurnal Program Intervensi dalam Penanganan Masalah Anak Jalanan (Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara, 2004), h. 6.

14 | 30 Hari Mengenal Keranggan

b. Memperhatikan kewajiban warga terhadap warganya.

1) Warga berkewajiban untuk menyediakan kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan, dan menyediakan sumber dan layanan bantuan untuk menolong warganya dalam mencukupi kebutuhannya dan untuk mencegah terjadinya masalah sosial.

2) Warga diberi kesempatan yang sama untuk menerima tanggung jawab sosial dan berpartisipasi dalam memberikan corak perkembangan warga.

c. Tatanan yang mengatur perlakuan terhadap individu. Seorang individu selayaknya diperlakukan sebagai warga warga yang; 1) Unik, bermartabat, dan memiliki harga diri, serta

memperoleh kesempatan yang sebesar-besarnya untuk menentukan arah hidupnya sendiri,

2) Didorong dan dibantu agar berinteraksi dengan orang lain sehingga menjadi lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan orang lain.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Intervensi Sosial

Bertitik tolak dari pandangan bahwa seorang kelayan adalah individu yang unik, yang dapat mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, dan intervensi sosial itu merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial warga, intervensi sosial itu dilaksanakan berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar berikut:4

a. Akseptans; prinsip ini memberikan tuntunan kepada penyantun agar pada pertemuan awal dengan kelayan dia dapat memahami bentuk penampilan kelayan. Penyantun diharapkan dapat menerima kelayan dengan penampilan apa adanya;

b. Individualisasi; seorang individu berbeda dari individu lainnya karena keunikannya, karena itu pelayanan (bantuan) terhadap seorang kelayan harus disesuaikan dengan keunikannya tersebut; c. Komunikasi; ada dua macam bentuk komunikasi, yang verbal dan

non verbal. Kedua bentuk komunikasi itu bersifat komplementer

dan penyantun berkewajiban untuk merekam bentuk non verbal

4 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Warga (Jakarta: PT. Gramedia,, 1985), h. 11.

30 Hari Mengenal Keranggan | 15

sebaik-baiknya karena informasi yang diperolehnya akan melengkapi informasi yang disampaikan secara verbal;

d. Partisipasi; pada akhir dari proses bantuan kelayan diharapkan dapat pulih keberfungsian sosialnya. Maka dari itu untuk mencapai kemampuan tersebut kelayan dilatih secara bertahap untuk berpartisipasi dalam kegiatan memecahkan masalahnya sendiri;

e. Rahasia jabatan; sesuai dengan etika profesi yang dianut penyantun berkewajiban untuk tetap merahasiakan segala informasi mengenai identitas kelayan dan permasalahannya, sebagai wujud dari prinsip memegang rahasia jabatan;

f. Self-awareness; prinsip ini mengingatkan kepada penyantun bahwa

ia adalah manusia biasa, yang memiliki kelemahan dan kekuatan. Dalam menjalankan tugasnya penyantun diharapkan tidak menjadi sombong ataupun takabur, tetapi berpegang pada deskripsi tugasnya.

3. Metode Dasar Intervensi Sosial

Beberapa metode intervensi sosial, antara lain:5

a. Studi Pustaka dan Data Sekunder

Studi pustaka dan data sekunder dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen terkait warga setempat berupa laporan-laporan pembangunan, profil daerah, laporan-laporan program pengembangan warga yang sudah pernah dilakukan di lokasi sasaran oleh community

worker sebelumnya, atau dapat juga dilakukan dengan menelusuri

data-data statistik yang dimiliki oleh instansi, departemen, lembaga penelitian, Lembaga Swadaya Warga (LSM), atau sumber-sumber lainnya.

b. Metode Delbecq-Nominal Group

Metode ini lebih efisien dan efektif untuk menjaring informasi tentang masalah warga dan membuat prioritas masalah. perlu dicatat bahwa metode ini bukan untuk memecahkan masalah tapi untuk identifikasi masalah dan menyusun prioritas masalah.

c. Metode Curah Pendapat

5 Eva Nugraha dan Farid Hamzen, Pedoman Pelaksanaan Pengabdian kepada

16 | 30 Hari Mengenal Keranggan

Membentuk sebuah kelompok diskusi dengan mengajak orang-orang yang dianggap paham dan mengerti tentang kondisi warga Keranggan, sebagai partisipan dengan cara memberi mereka kebebasan mengeluarkan pendapat, pandangan, dan apa saja dari mereka.

d. Focus Group Discussion (FGD)

Metode ini diadaptasi dari satu metode pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif. Metode ini memiliki kemiripan dengan metode curah pendapat, namun ada beberapa perbedaan yang bisa kita pahami dari tahapan pelaksanaan berikut:

1. Membentuk kelompok dengan 7-12 orang. Jangan kurang dari 7 orang agar diskusi lebih dinamis, tapi jangan juga lebih dari 12 orang supaya mudah diarahkan dan tidak gaduh. Anggota kelompok ditetapkan secara kolektif berdasarkan pengetahuan mereka tentang komunitas. Seperti dari unsur RT, RW, tokoh warga, atau kader ibu-ibu, pemuda, majelis taklim, pengurus masjid, dan lain sebagainya.

2. Mulai proses diskusi dengan mengajukan satu pertanyaan utama yang bersifat umum.

3. Beri kesempatan kepada semua peserta untuk memberikan jawaban dan semua jawaban dicatatkan di papan tulis atau flip

chart.

4. Mulai melakukan musyawarah mengenai jawaban yang sudah ditulis di depan, dan pastikan bahwa semua partisipan dapat membacanya. Redaksi jawaban-jawaban yang ada berdasarkan pikiran-pikiran yang berkembang dalam diskusi menjadi paling tidak 5 sampai 7 jawaban untuk diambil.

5. Jika memungkinkan untuk mengambil kesimpulan tentang prioritas masalah dari hasil diskusi secara aklamasi akan lebih baik, tapi kalau tidak mungkin dapat dilakukan dengan pemungutan suara.

B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Warga

Dalam dokumen 30 Hari Mengenal Keranggan (Halaman 35-38)

Dokumen terkait