BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Oktober 2009 hingga selesai di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU Medan.
3.2 Bahan
Bagian tanaman andaliman yang digunakan sebagai sampel untuk diisolasi adalah akar, batang, daun, dan buah (Gambar 3.2.1a). Fungi uji perusak makanan diisolasi dari nasi dan roti yang telah rusak yakni Aspergillus sp1 dan Aspergillus sp2 yang ditumbuhkan pada media NA (Nutrien Agar) + YE (Yeast Extract) 1 % yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi USU Medan (Gambar 3.2.1b).
a b.1 b.2
Gambar 3.2.1. Sampel yang digunakan (a: akar, batang, daun, dan buah andaliman, b1,2: Aspergillus sp 1 strain nasi, dan sp 2 strain roti)
3.3 Lokasi Penelitian
Sampel berasal dari lokasi desa Paung Jln Dolok Sanggul Sidikkalang simpang 3 Kec. Pollung Kab. Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Suhu tanah 20oC, pH tanah 7oC, kelembaban udara 67oC, ketinggiannya 1438 m dpl. N: 02o 20’ 10,2’’ E: 98o 43’ 00,8”.
3.4 Isolasi Bakteri Endofit tanaman andaliman
isolasi bakteri dari bagian akar, batang, daun, dan buah. Isolasi bakteri endofit dari akar dan batang dilakukan dengan sterilisasi permukaan menurut metode Radu & Kqueen, 2002, dari buah menurut metode Tomita (Lumyong et al., 2001) sedangkan pada daun dilakukan menurut metode Fisher et al. (1992) dengan modifikasi (Pereira et al., 1999).
Bagian tanaman dicuci dengan air mengalir, dikeringkan, lalu dibungkus dengan kertas koran dan plastik. Tahap awal yang dilakukan adalah mencuci bagian tanaman dengan air mengalir selama 20 menit. Sterilisasi bagian permukaan akar, batang, dan buah dilakukan dengan merendamnnya di dalam larutan secara berturut-turut: etanol 75 % selama 2 menit untuk akar dan batang sedangkan untuk buah selama 1 menit, larutan sodium hipoklorit 5,3% selama 5 menit, dan etanol 75% selama 30 detik. Untuk bagian daun dengan merendamnya di dalam larutan secara berturut-turut: etanol 70 % selama 30 detik, dan larutan sodium hipoklorit 3% selama 3 menit. Selanjutnya bagian tanaman dibilas dengan aquades steril. Akar, batang, daun dan buah yang sudah steril kemudian dikeringkan dengan kertas saring steril. Setelah kering, bagian ujung kiri dan kanan akar tanaman dibuang ±1 cm. Kemudian masing-masing akar, batang, daun dan buah dipotong membujur dan diletakkan di permukaan media NA yang telah dicampur dengan antibiotik ketokonazol (0,3 gram/100 ml) dengan posisi bekas potongan ke arah media. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang (25o-30oC) selama ± 5 hari. Koloni yang muncul disubkultur ke media NA yang baru untuk dimurnikan.
3.5 Karakterisasi Bakteri Endofit Akar, Batang, Buah, dan Daun Andaliman
Isolat bakteri yang diperoleh dari akar, batang, buah, dan daun dikarakterisasi secara morfologi berdasarkan bentuk, warna, elevasi dan tepi dari koloni dan dilakukan karakterisasai berdasarkan pewarnaan Gram untuk mengamati bentuk dan penataan sel serta sifat bakteri. Uji biokimia sederhana antara lain uji sitrat, TSIA, gelatin, motilitas, katalase, dan hidrolisa pati.
3.5 Uji Antagonis Bakteri Endofit Akar, Batang, Buah, dan Daun Andaliman terhadap Fungi Perusak Makanan
Uji antagonis dilakukan secara kualitatif untuk melihat kemampuan bakteri endofit dalam menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan. Ke dalam media modifikasi NA + YE 1% diinokulasikan lempengan inokulum fungi perusak makanan yang diletakkan di bagian tengah media. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang (25o-30oC) selama ± 2 hari. Uji antagonis dilakukan dengan cara meletakkan isolat bakteri endofit dengan standart MC Farland dengan menggunakan jarum ose pada jarak 2 cm dari miselium terluar fungi perusak makanan ke dalam media NA + YE 1 % kemudian diinkubasi pada suhu ruang (25o-30oC) selama ± 7 hari. Isolat bakteri endofit yang berpotensi antagonis ditunjukkan dengan adanya zona hambatan terhadap pertumbuhan miselium fungi perusak makanan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Endofit dari Akar, Batang, Daun, dan Buah Andaliman
Hasil isolasi bakteri endofit dari akar, batang, daun, dan buah andaliman didapatkan sebanyak 30 jenis isolat bakteri yang berbeda. Perbedaan ini didasarkan atas pengamatan morfologi koloni seperti bentuk, tepi, elevasi, dan warna koloni. Dari 30 jenis bakteri endofit yang diperoleh, isolat yang paling banyak didapatkan berasal dari buah yaitu sebanyak 12 isolat sedangkan pada akar, batang, dan daun masing-masing sebanyak 6 isolat (Gambar 4.1.1).
0 2 4 6 8 10 12 jum la h ba k te ri e ndof it
akar batang daun buah
bagian tanaman andaliman
Gambar 4.1.1 Kehadiran isolat bakteri endofit pada setiap bagian tanaman andaliman
Diduga bakteri yang terdapat pada buah masuk setelah proses pembungaan yang terbawa oleh serangga atau udara lingkungan sekitarnya, kandungan nutrisi yang terdapat di dalam buah tanaman sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteri endofit. Pengamatan morfologi koloni isolat bakteri endofit berupa bentuk, tepi, elevasi, dan warna koloni. Karakteristik morfologi bakteri endofit bervariasi dengan bentuk bulat, tidak beraturan, dan berfilamen (serupa akar). Tepi koloni bervariasi dari utuh, bulat,
berombak, berbelah, keriting, dengan elevasi koloni umumnya rata namun sebagian besar isolat berelevasi melengkung dan timbul datar. Warna koloni umumnya putih krem namun ada juga koloni dengan warna yang agak mencolok yakni hijau, orange, dan kuning. Karakteristik morfologi koloni bakteri endofit pada akar, batang, daun, dan buah ndaliman seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Karakteristik morfologi koloni isolat bakteri endofit Akar, Batang, Daun, dan Buah Andaliman
No Isolat
Karakteristik morfologi koloni
Bentuk Tepi Elevasi Warna Bentuk Penataan Gram
1. BAA01 Tak teratur berbelah Timbul datar coklat Basil Mono, diplo -
2. BAA02 Bulat utuh Melengkung Hijau Kokus Mono, diplo, strepto +
3. BAA03 Bulat berbenang Timbul datar krem Kokus Mono, diplo -
4. BAA04 Bulat bulat Timbul datar Kuning Kokus Mono, diplo -
5. BAA05 Bulat berombak Melengkung krem Basil Mono diplo -
6. BAA06 Tak teratur berombak Timbul datar krem kokus Mono, diplo -
7. BBTA01 Bulat bulat Melengkung Kuning Kokus Mono, diplo, strepto -
8. BBTA02 Bulat berbelah Rata krem Basil Mono, diplo +
9. BBTA03 Bulat utuh Melengkung Kuning Basil Mono, diplo +
10. BBTA04 Serupa akar Berbelah Timbul datar krem Basil Mono, diplo +
11. BBTA05 Bulat Bulat Melengkung Kuning Basil Mono, diplo -
12. BBTA06 Bulat Berombak Melengkung coklat Basil Mono, diplo +
13. BBUA01 Bulat Utuh Timbul datar Coklat Kokus Mono, diplo, strepto -
14. BBUA02 Bulat Bulat Melengkung krem Basil Mono, diplo, strepto +
15. BBUA03 Bulat Berombak Timbul datar krem Kokus Mono, diplo +
16. BBUA04 Tak teratur keriting Timbul datar krem Kokus Mono, diplo, strepto +
17. BBUA05 Bulat bulat Melengkung Coklat Kokus Mono diplo +
18. BBUA06 Bulat utuh Melengkung krem Basil Mono, diplo -
19. BBUA07 Serupa akar berbelah Timbul datar krem Kokus Mono, diplo -
20. BBUA08 Bulat berbelah Timbul datar krem Basil Mono, diplo -
21. BBUA09 bulat keriting Timbul datar krem Kokus Mono, diplo +
22. BBUA10 Tak teratur keriting Rata Kuning Kokus Mono, diplo -
23. BBUA11 bulat utuh Melengkung Orange Basil Mono, diplo +
24. BBUA12 bulat utuh Melengkung Hijau Kokus Mono, diplo +
25. BDA01 Tak teratur berombak Melengkung krem Kokus Mono, diplo -
26. BDA02 Bulat bulat Melengkung krem Basil Mono, diplo -
27. BDA03 Bulat Utuh Melengkung krem Basil Mono, diplo +
28. BDA04 bulat berbelah Rata krem Kokus Mono, diplo +
29. BDA05 Bulat utuh Melengkung krem Kokus Mono, diplo +
30. BDA06 bulat utuh Melengkung Coklat Kokus Mono, diplo, strepto +
Hasil pewarnaan Gram dari 30 isolat bakteri diperoleh sebanyak 16 isolat (53,33 %) merupakan bakteri Gram negatif dan sebanyak 14 isolat (46,66 %) bakteri Gram positif. Bakteri endofit Gram positif pada bagian akar, batang, daun, dan buah masing masing adalah 1 isolat (16%), 4 isolat (66%), 3 isolat (50%), 7 isolat (58,3%) dan untuk Gram negatif masing-masing dari akar, batang, daun, dan buah adalah 5 isolat (83%), 2 isolat (36%), 3isolat (50%), 5 isolat (41,6%). Menurut Lay (1994), pewarnaan Gram merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri.
Pewarnaan Gram berperan dalam mengelompokkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dan Gram negatif. Isolat bakteri endofit umumnya memiliki bentuk basil dan kokus. Hampir semua isolat memiliki penataan monokokus, diplokokus, monobasil, dan diplobasil. Namun ada juga beberapa isolat dengan penataan streptokokus (Tabel 4.1).
4.2 Karakterisasi Uji Biokimia Bakteria Endofit dari Andaliman
Hasil uji sitrat, hidrolisis pati, dan motilitas terhadap bakteri endofit menunjukkan hasil yang bervariasi. Pada uji Gelatin diperoleh hasil positif untuk seluruh isolat, demikian juga dengan uji TSIA (Lampiran A) kecuali ABT03 hasilnya negatif (Tabel 4.2). Untuk uji katalase diperoleh hasil yang negatif. Menurut Lay (1994) menyatakan bahwa untuk uji sitrat uji positif ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna pada media dari hijau menjadi biru akibat adanya perubahan pH. Untuk hidrolisis pati, zat pati bereaksi secara kimiawi dengan yodium, reaksi ini terlihat sebagai warna biru kehitaman. Hal ini terjadi bila molekul yodium masuk ke dalam bagian yang kosong pada molekul zat pati (amilosa) yang berbentuk spiral. Proses yodinisasi zat pati menghasilkan molekul yang mengarbsorbsi semua cahaya, terkecuali warna biru. Tidak terbentuknya warna sewaktu penambahan larutan yodium ke dalam media merupakan petunjuk adanya hidrolisis zat pati.
Uji gelatin menunjukkan mikroorganisme mampu mencairkan gelatin, maka media semi padat gelatin tetap bersifat cair setelah dikeluarkan dari lemari es. Hasil yang diperoleh pada uji motilitas menunjukkan bahwa semua isolat bersifat motil. Uji positif ditunjukkan dengan terjadinya pergerakan (Dwijoseputro, 1980). Pada uji katalase, hydrogen peroksida (H2O2) sangat toksik karena bereaksi dengan enzim dan komponen lain dalam sel sehingga menyebabkan kerusakan sel mikroorganisme. Ini berarti bahwa mikroba yang tidak memiliki enzim untuk mengubah hydrogen peroksida (H2O2) harus tumbuh dalam lingkungan tanpa oksigen (Lay, 1994).
Tabel 4.2. Hasil uji biokimia metabolisme bakteri endofit dari andaliman
No Isolat
Uji biokimia
Sitrat Hidrolisa pati Gelatin Motilitas Katalase TSIA
1 BAA01 + - + + - + 2 BAA02 + - + + - + 3 BAA03 + - + - - + 4 BAA04 + - + + - + 5 BAA05 + - + + - + 6 BAA06 - - + + - + 7 BBTA01 + - + + - + 8 BBTA02 + - + + - + 9 BBTA03 + - + + - -10 BBTA04 + - + + - + 11 BBTA05 - - + + - + 12 BBTA06 + - + + - + 13 BBUA01 + - + + - + 14 BBUA02 - - + + - + 15 BBUA03 - - + + - + 16 BBUA04 - - + + - + 17 BBUA05 - - + - - + 18 BBUA06 + - + - - + 19 BBUA07 + - + + - + 20 BBUA08 - - + + - + 21 BBUA09 + + + + - + 22 BBUA10 + - + + - + 23 BBUA11 - - + + - + 24 BBUA12 - - + + - + 25 BDA01 + - + + - + 26 BDA02 + - + + - + 27 BDA03 + - + + - + 28 BDA04 - - + + - + 29 BDA05 - + + + - + 30 BDA06 - - + + - +
4.3 Kemampuan Antagonis Bakteri Endofit dari Akar, Batang, Daun, dan Buah Andaliman terhadap Aspergillus sp.
Hasil uji antagonis 30 isolat bakteri endofit terhadap Aspergillus sp1 dan Aspergillus sp2 menunjukkan bahwa beberapa isolat bakteri endofit berpotensi menghambat pertumbuhan Aspergillus sp1 dan Aspergillus sp2. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hambatan pertumbuhn miselium yang berada di dekat isolat bakteri endofit pada media pertumbuhan NA+YE 1%. Hambatan pertumbuhan miselium berupa adanya perubahan yang terlihat pada miselium seperti miselium yang menipis pada daerah interaksi dan adanya zona hambat seperti pada Gambar 4.3.1 A dan B.
Gambar 4.3.1 Uji Antagonis isolat bakteri endofit potensial terhadap Aspergillus sp. Tanda panah A: Miselium menipis, B: Zona hambat (masa inkubasi 7 hari pada media NA + YE 1%)
Dari masing-masing 6 jenis isolat bagian akar, batang, buah, dan daun, isolat yang paling potensial adalah BAA02, BBTA02, BBUA02, BDA03 (Gambar 4.3.2). Hal ini dikarenakan memiliki Zona hambat terbesar. Kemampuan menghambat ini diduga karena isolat bakteri endofit mampu menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat antifungal. Winarni et al., (2007) menyatakan bahwa perbedaan daya hambat suatu agen selain disebabkan oleh konsentrasi zat bioaktif, dapat juga disebabkan oleh jenis zat yang dihasilkan.
Hasil pengamatan uji antagonis dari ke-30 isolat bakteri endofit menunjukkan bahwa isolat BDA03 merupakan isolat yang paling berpotensi dalam menghambat pertumbuhan Aspergillus sp. karena menghasilkan zona hambat sekaligus dapat menipiskan miselium Fungi. Berdasarkan karakterisasi yang dilakukan, isolat BDA03 termasuk ke dalam Gram negatif, bentuk basil, memiliki motilitas, mampu memfermentasikan sitrat dan gula (glukosa), mampu menghidrolisis gelatin. Kemungkinan isolat ini termasuk ke dalam Bacillus, Pseudomonas, Streptococcus. Leary & Chun (1988) dalam Supriadi (2006) menyatakan bahwa kelompok Bacillus merupakan bakteri Gram positif, bentuk batang, memfermentasikan sitrat dan gula, motil, serta membentuk spora. Genus Bacillus diketahui mampu memproduksi antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan organisme lain (Cappucino & Sherman, 1987).
B
A
Gambar 4.3.2 Uji antagonis beberapa bakteri endofit terhadap Aspergillus sp. pada media NA+YE 1 % pada hari ke-7 (1: isolat BAA06, 2: isolat BBTA02, 3: isolat BDA04, 4: isolat BBUA12, 5: isolat BBTA04 6: isolat BBTA01, 7: isolat BDA05, 8: isolat BBUA11, 9: isolat BDA02, 10: isolat BAA01, 11: isolat BAA02, 12: isolat BBUA02, 13: isolat BBUA06, 14: isolat BBTA05, 15: isolat BBUA03, 16: isolat BDA06, 17: isolat BDA03, 18: isolat BBUA01, 19: isolat BBUA09, 20: isolat BBUA08, 21: isolat BBUA07, 22: isolat BAA03, 23: isolat BAA04, 24: isolat BUA07, 25: isolat BAA05, 26.: isolat ADA02, 27: isolat ABTA03)
1 1
2
3 4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16 17
18
19
22
23
25
25
26
27
20
21
Selain menghasilkan senyawa antifungal, diduga isolat bakteri juga menghasilkan enzim yang memberikan efek antagonis terhadap jamur uji seperti kitinase dan glukanase. Kedua enzim ini berperan dalam melisiskan dinding sel jamur, karena beberapa mikroorganisme khususnya bakteri mampu memanfaatkan kitin dan glukan sebagai sumber karbon dan nitrogen. Adapun genus bakteri yang sudah banyak dilaporkan menghasilkan kitinase antara lain Enterobacter agglomerans (Chernin et al.,1995), Serratia marcescens (El-Tarabily et al., 2000), Bacillus cereus (Pleban et al., 1997 dalam Suryanto et al., 2005), Bacillus sp. (Ramamoorthy et al., 2001), Aeromonas caviae (Inbar & Chet, 1991), Pyrococcus (Gao et al., 2003 dalam Suryanto et al., 2005), dan Chromobacterium violaceum (Chernin et al., 1998).
4.3.1 Perubahan Mikroskopik Miselium Aspergillus sp. akibat Pengaruh Uji Antagonis
Pengamatan morfologi miselium Aspergillus sp dengan mengamati zona interaksi langsung dibawah mikroskop. Miselium yang normal memiliki bentuk yang lurus (Gambar 4.3.1).
A B
Gambar 4.3.1 Zona hambat yang terbentuk pada uji antagonis selama masa inkubasi 7 hari. (A: miselium awal, B: hifa normal)
Hasil pengamatan mikroskopik dari miselium Aspergillus sp. akibat pengaruh uji antagonis antara bakteri endofit dengan Aspergillus sp. adalah hifa menipis dan bercabang (Gambar 4.3.2A), hal ini disebabkan karena dinding sel lisis. Pengaruh
lainnya adalah miselium mengecil dan terputus, diduga hal ini disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sel (Gambar 4.3.2B).
A B
Gambar 4.3.2 Pengaruh uji antagonis terhadap miselium Aspergillus sp. (A: hifa menipis dan bercabang, B: hifa mengecil dan terputus)
Antagonisme dapat terjadi melalui kontak langsung, aktivitas antibiotik, perubahan lingkungan akibat aktivitas metabolisme atau akibat persaingan atas hara tertentu yang terbatas jumlahnya (Brock, 1966; Gray & Williams, 1971). Kebutuhan faktor lingkungan yang berbeda antara jasad renik memudahkan untuk memacu timbulnya antagonisme (Gray & Williams, 1971).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang isolasi dan uji baktei endofit akar, batang, daun, dan buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap fungi perusak makanan dapat disimpulkan bahwa:
1. Isolasi bakteri endofit diperoleh sebanyak 30 isolat dengan jenis terbanyak dari buah.
2. Sebanyak 46,66 % bakteri bersifat Gram + dan 53,33 % bersifat Gram -.
3. Hasil uji antagonis terhadap Aspergillus sp. strain roti dan nasi, isolat endofit dengan kemampuan menghambat terbaik adalah AD03, ditunjukkan dengan adanya hambatan pertumbuhan miselium, dan miselium menipis.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat senyawa bioaktif penghasil antimikroba dari tanaman andaliman untuk diidentifikasi, diisolasi, diekstrak, selanjutnya difermentasi dan dimanfatkan sebagai bahan baku obat antimikroba yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, L. Q. Dan A. L. Abadi . 2004. Keragaman bakteri endofitik dalam jaringan akar tanaman pisang serta potensi antagonistiknya. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. 16
(2): 114-115.
Arnold A. E. Meffa L. C., Kyollo D, Rojas E. I. Maynard Z., Robbins and E. A. 2003. Fungal Endophytes limit pathogen damage in tropical tree; Proc. Natl. Acad. Sci. USA 100 15649-15654.
Bahri, S. dan R. Maryam. 2003. Mikotoksin berbahaya dan pengaruhnya terhad ap kesehatan hewan dan manusia. Wartazoa Vol. 13 (4): 129-142.
Choi, Y. W. I. J. Hodgkiss and K. D. Hyde. 2005. Enzyme production by endophytes of Bruceae javanica. Journal of Agricultural Technology. 1: 55-65.
Daeschel M.A., Antimicrobial substancesfrom lactic acid bacteria for use as food preservative, Food Technol., 43(1),164, 1989.
Fisher, P. J. O. Petrini, and H. M. Lappin-Scot. 1992. The distribution of some fungal and bacteria endophytes in Maize (Zea mays.) New Phytologist. 122: 299-303.
Hallman, J., A. Quadt Hallman, W. F. Mahaffee, and J. W. Kloepper. 1997. Bacterial endophytes in agricultural crops. Canadian Journal of Microbiology. 43: 895-914.
Khalid A, Arshad M, Zahir Z. A. 2004. Screening plant growth promoting rhizobacteria for improving growth and yield of wheat (abstract). App Microb 96:473.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Cetakan pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lorito, M. G. E. Harman, C. K. Hayes, R. M. Broadway, A. Tronsmo, S. L. Woo, and A. de Pietro. 1992. Chitinolytic Enzymes Produced by Tricoderma harzianum antifungal activity of purified endochitinase and chitobiosidase. Phytopathology. 83: 302-307.
Lumyong S, Norkaew N, Ponputhachart D, Lumyong P, dan Tomita F, 2001. Isolation, Optimisation and Characterization of Xylanase from Endophytic
fungi. Biotechnology for Sustainable Utilization of Biological Resources. The Tropic, 15.
Marwoto, H. Edi, S. Sri, R. Tranggono. Hardjono, S. 2008. Efek Antioksidatif Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) pada Ikan Mas dan Daging Sapi.
Parhusip, A. J. N. 2005. Pengaruh Ekstrak Andaliman terhadap Permeabilitas dan Hidrofibisitas Bacillus cereus. http:/www.ipb.ac.id/galery/jurnal/fpg/index.p hp. Diakses tanggal 14 oktober 2007.
Pereira, J. O. M. L. Carneiro-Vieira, and J. L. Azevedo. 1999. Endophytic fungi from Musa acuminata and teir reintroduction in axenic plants. World journal of Microbiology and Biotechnology.15: 47-51.
Radji, M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2 (3): 118-121.
Radu, S. and C. Y. Kqueen. 2002. Preliminary screening of endophytic fungi from Medicinal plants in Malaysia for antimicrobial and antitumor activity.
Ray, B. 1992. Cells of lactic acid bacteria as food biopreservatives, Food Biopreservatives of Microbial Origin, Ray, B. and Daeschel, M. A., Eds., CRC Press, Boca Raton, FL.81.
Ray, B. and Sandine, W.E., 992. Acetic, propionic and lactic acids of starter culture bacteria as biopreservatives, in Food Biopreservatives of Microbial Origin, Ray B. and Daeschel M.A., Eds.,CRC Press, Boca Raton, FL.,103.
Ramamoorthy, V. R. Viswanathan, T. Raguchander, V. Prakasan, and R. Samiyappan. 2001. Induction of systemic resistance by plant growth promoting rhizobacteria in crop plants againts pests and diseases. Crop protection. 20: 1-11.
Reva, O. N., V. V. Smirnov, B. Petterson, and F. G. Priest. 2002. Bacillus endophyticus sp. Nov., isolated from the inner tissue of cotton plants (Gossypium sp). International Journal of Systematic and evolutionary Microbiology. B52: 101-107.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Cetakan keempat. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Siagiaan Albiner. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. FKM USU. digitized by USU digital library.
Simanjuntak, L. 2008. Andaliman, Ko modit i Pelengkap Masakan Khas Batak.
Sitombuk, M. 2008. Andaliman. www. kompas.co m. Diakses tanggal 4 February.
Strobel, G. A. and B. Daisy. 2003. Bioprospecting for microbial endophytes and their natural products. Microbiology and Molecuar Biology Review. 67 (4): 419-502.
Sturz, A. V., B. R. Christie, B. G. Matherson, W. J. Arsenault, and N. A. Buchanan. 1999. Endophytic bacterial communities in the periderm of potato tubers and their potential to improve resistance to soilborne pathogen. Plant Pathology.
48: 360-369.
Sukresnowati, Edi Suryanto, Sri Raharjo, Hardjono Sastrohamidjojo, Tranggono. 2008. Efek Ekstrak Buah Andaliman terhadap fotooksidasi Ikan Mas Selama Penyimpanan Dingin. Dalam Prosiding Seminar Nasional dan Kongres Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) di Jakarta.
Sukiman, H. 2008. Potensi Mikroba Endofitik Taman Nasional Batang Gadis. LIPI. Bogor.
Suryanarayan, T. S. G. Venkatesan, and T. S. Murali. 2003. Endophytic fungal communities in leaves of tropical forest tress: Diversity and distribution patterns. Current science.85 (4): 489-493.
Tambunan, A. 2008. Bergetar karena andaliman. Trubusuid. Jumat, September 19, 08:31:26.
Tan, R. X. and W. X. Zou. 2001. Endophytes: A rich of functional metabolites. Nat. Prod. Rep. 18: 448-459.
Tanaka M, Sukiman H, Takebayashi M, Saito K, Suto M, Prana MS, and Tomika F. 1999. Isolation, Screening, Identification of Endophytes from Plant in Hokaido Japan and Java Indonesia Microbes and Enviroment 14(4).
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: UGM Press.
Widiastuti, R. 2000. Residu aflatoksin pada daging dan hati sapi di pasar tradisional dan swalayan di Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Oktober 1999 : 609-614.
Winarno. B. 2008. Andaliman. Zinniel, D. K. P. Lambrecht, N. B. Haris, Z. Feng, D. Kuczmarski, P. Higley, C. A.
Ishimaru, A. Arunakumari, R. G. Barletta, and A. K. Vidader. 2002. Isolation and characterization of endophytic colonizing bacteria from agronomic crops and prairy plants. Applied and Enviromental Microbiology.
68 (5): 2198-2208.
Lampiran A Isolasi dan karakterisasi bakteri endofit dari andaliman
1 Isolasi bakteri endofit dari daun, batang, buah, dan akar (dari kiri ke kanan)
2 Beberapa isolat bakteri endofit (dari kiri ke kanan: BAA03, BDA03, BBUA 04, BAA05, BBTA05, BBTA03, BDA03, BBTA01, BAA01, BBTA02, BBUA02, BBUA06, BAA02, BBUA10)
3a. Dari kiri ke kanan: BAA02, BDA04, BDA03, BAA06, BBU04, BAA03, BBTA04, BBUA05, BDA02, BAA05, BBUA06, BBTA06.
b. Dari kiri ke kanan: BBUA04, BBUA01, BAA06, BBUA03, BBTA06, BBTA03
c. Dari kiri ke kanan: BBTA05, BBUA01, BBUA03, BBUA06, BBUA04
d. Dari kiri ke kanan: BBUA04, BBUA03, BBTA06, BAA05, BDA01, BBUA02, BBUA06, BBUA04
3. Beberapa uji biokimia sederhana (a: uji TSIA, b: uji gelatin, c: uji motilitas, d: uji sitrat)