• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Kampanye “Dekade Keselamatan Jalan”

Dalam dokumen BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN (Halaman 93-100)

Metode dalam kampanye “Dekade Keselamatan Jalan” yang dilakukan oleh Ditlantas sudah sesuai dengan teori yang mana metode yang baik dalam penyampaian maksud dan tujuan adalah melalui sosialisasi langsung kepada masyarakat dan pelajar. Dalam hal ini bertujuan agar maksud dan tujuan lebih bisa tersampaikan dengan baik dan segera terciptanya kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai etika dan berdisiplin dalam berlalu-lintas.

Sementara itu menurut Ostergaard menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilah ‘3A’ kependekan dari awareness, attitude, dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh (target of influences) yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta.

169 a. Pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif.

Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam konsep Ostergaard tahap ini merupakan tahap awareness yakni menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi tentang produk, atau gagasan yang dikampanyekan.

b. Tahapan berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap dan attitude. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.

c. Sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur.

Tahap ini bertujuan agar adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye (Venus, 2012:10).

Tingginya jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu-lintas sejatinya dapat dihindari dan diminimalisir. Pemerintah melalui dinas perhubungan dan kepolisian dapat semakin mengintensifkan sosialisasi mengenai keutamaan keselamatan berlalu-lintas. Selain itu bentuk metode dari kampanye “Dekade Keselamatan Jalan” adalah sosialisasi keselamatan berlalu-lintas juga dapat dilakukan melalui penyuluhan ke sekolah-sekolah dimana siswa dibekali pengetahuan mengenai keselamatan berlalu-lintas.

170 Tidak cukup dengan itu, masyarakat sendiri juga harus berperan sebagai fungsi kontrol bagi anggota masyarakatnya mengenai keselamatan berlalu-lintas. Ditlantas juga harus menunjukkan info tentang ”kecelakaan dramatik”

serta harus mampu meningkatkan persepsi masyarakat tentang kecelakaan tersebut. Maksudnya adalah setiap pelanggaran lalu lintas merupakan awal mula dari suatu kecelakaan, tugas dan peran dikmas lantas untuk meminimalisir angka kecelakaan yang ada adalah dengan terus mengkampanyekan arti pentingnya disiplin berlalu lintas, dengan begitu setiap materi Ditlantas dimaksudkan untuk mengajak masyarakat pengguna jalan agar tidak melanggar lalu lintas, tunjukkan lah ajakan tersebut melalui suatu penyampaian yang tercatat secara data dan fakta. Bahwa sebelum kampanye adalah ”A minus” dan selama pelaksanaan kampanye adalah ”A”

berarti sudah ada peningkatan yang signifikan dari data karena pelaksanaan kampanye yang dilakukan oleh Ditlantas Sehingga nanti setelah pelaksanaan kampanye yang kita dapatkan adalah ”A plus”.

Dengan data-data yang disampaikan secara ilmiah berikut penjelasannya maka akan timbul persepsi masyarakat bahwa memang benar kalau tidak mentaati peraturan maka akan terjadi sesuatu. Sebagai contoh dalam kampanye penggunaan helm standar, sajikan data yang terlibat kecelakaan lalu lintas sebelum pemakaian helm standar ada berapa, kemudian selama sosialisasi terdapat berapa kali kecelakaan apakah meningkat atau menurun, kalau menurun maka bisa dikatakan bahwa pemakaian helm standar akan membuat pengguna sepeda motor terhindar dari kecelakaan yang dapat

171 menimbulkan kematian, sehingga dari penyampaian data dan fakta secara ilmiah tersebut akan timbul persepsi dari masyarakat bahwa benar pemakaian helm standar akan membuat kita terhindar dari kecelakaan yang lebih fatal lagi.

Dalam mencapai target yang telah ditentukan, pihak Ditlantas juga mempunyai patokan metode kampanye bagaimana nanti metode yang ada bisa sesuai rencana dan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam acuan Ditlantas, metode kampanye yang digunakan adalah penyuluhan, sosialisasi kampanye kemudian ceramah. Penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh. Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat “searah” melainkan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi “timbal-balik” yang memusat (convergence) sehingga penyuluh juga dapat memahami aspirasi masyarakat, manakala mereka menolak atau belum siap menerima informasi yang diberikan. Hal ini penting, agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “pemaksaan kehendak”

(indoktrinasi, agitasi, dll) melainkan tetap menjamin hubungan yang harmonis antara penyuluh dan masyarakat kliennya secara berkelanjutan.

172 Tentang hal ini, Suzuki (1984) mengemukakan adanya beberapa prinsip metode penyuluhan yang baik meliputi pengembangan untuk berpikir kreatif.

Melalui penyuluhan, yang dimaksudkan agar masyarakat penerima manfaat dan menguntungkan. Paham terhadap petunjuk, nasehat atau bimbingan penyuluhnya. Melalui penyuluhan harus mampu menjadikan masyarakat yang mandiri dengan upayanya sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya. Karena itu, pada setiap kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh harus mampu memilih metode yang sejauh mungkin dapat mengembangkan kreativitas masyarakat penerima manfaatnya.

Kemudian selanjutnya kegiatan penyuluhan sebaiknya dilaksanakan dengan tidak banyak mengganggu (menyita waktu) kegiatan rutin para peserta. Kemudian penyuluh dapat memahami betul keadaan penerima manfaat, termasuk masalah-masalah yang dihadapi dan potensi serta peluang yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan mutu hidup mereka. Selanjutnya para peserta penyuluhan dapat ditunjukkan contoh-contoh nyata tentang masalah dan potensi dari kejadian kejadian berlalulintas yang berawal dari kurangnya disipin dan pemahaman dalam menjaga keselamatan berlalu-lintas yang kemudian menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Kegiatan penyuluhan ini juga akan lebih efisien jika diterapkan hanya kepada warga masyarakat dalam satu komunitas tempat tinggalnya, terutama yang diakui oleh lingkungannya sebagai panutan yang baik.

173 Kegiatan penyuluhan adalah upaya mengubah perilaku orang lain secara persuasif dengan menerapkan sistem pendidikan. Adanya hubungan pribadi yang akrab antara penyuluh dengan penerima manfaatnya, akan merupakan syarat yang harus dipenuhi, setidak-tidaknya akan memperlancar kegiatan penyuluhan itu sendiri. Keakraban hubungan antara penyuluh dan penerima manfaat ini menjadi sangat penting. Karena dengan keakraban itu akan tercipta suatu keterbukaan mengemukakan masalah dan menyampaikan pendapat. Di samping itu, saran-saran yang disampaikan penyuluh dapat diterima dengan senang hati seperti layaknya saran seorang sahabat tanpa ada prasangka atau merasa dipaksa. Kegiatan penyuluhan adalah upaya untuk mengubah perilaku penerima manfaat, baik pengetahuannya, sikapnya, atau ketrampilannya. Dengan demikian, metode yang diterapkan harus mampu merangsang penerima manfaat untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan suka-hati atas kesadaran ataupun pertimbangan nalarnya sendiri melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.

Dalam menciptakan kesadaran, meningkatkan pengetahuan dan mendorong khalayak berpartisipasi dalam proses kampanye. Bagaimana menentukan pesan dan target dari kampanye karena targetnya juga berbeda, jadi sesuai umur. Misalnya anak-anak dengan membangunkan pengetahuan terhadap lalu lintas, mengerti rambu-rambu lalu lintas, bisa berkendara dengan baik dan benar, mengetahui disiplin berlalu-lintas, semangat tertib lalu lintas, dengan pesan “bersatu menuju keselamatan no 1” sementara untuk

174 orang dewasa dengan memberikan kesadaran bagaimana cara berkendara dengan aman dan mematuhi peraturan lalu-lintas, menjelaskan arti keselamatan adalah hal yang utama dalam berkendara. Melalui contoh dan praktek. Jadi tidak hanya sekedar materi atau pengetahuan-pengetahuan dasar saja.

Kampanye yang dikenal adalah kegiatan kampanye yang biasanya memuncak dalam waktu tertentu untuk menarik perhatian, dukungan, pemahaman, dan meningkatkan kesadaran, sekaligus mempengaruhi masyarakat tentang suatu isu, tema, dan topik tertentu. Bentuk-bentuk metode kampanye yang digunakan Ditlantas adalah pendidikan dan pelatihan tertib berlalu-lintas yang kemudian sosialisasi peraturan dan perundang-undangan lalu-lintas, yang terakhir adalah himbauan untuk tertib lalu-lintas melalui penerangan keliling.

Pentingnya tentang keselamatan dan tertib dalam berlalu-lintas di jalan raya, maka pembelajaran tertib dan keselamatan berlalu-lintas harus sudah diperkenalkan terhadap anak didik sejak usia dini. Mengingat pelajaran tertib dan keselamatan berlalu lintas sebagai mata pelajaran baru maka perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan tentang materi pelajaran tersebut terhadap tenaga pendidik/guru. Ditlantas Polda DIY mempunyai kampanye yang akan dijalankan untuk menyadarkan masyarakat betapa penting dan perlunya skill dalam berkendara. Kampanye tersebut berupa “Pendidikan Keselamatan Berlalu Lintas” yang termasuk dalam keamanan lalu lintas dan dalam kampanyenya kegiatan ini bertujuan untuk menekan tingkat kecelakaan lalu

175 lintas dengan memberikan pendidikan serta sosialisasi kepada masyarakat khususnya pada pelajar dan anak-anak usia dini. Pendidikan yang dilakukan kepada anak-anak dan para pelajar dalam bentuk penyuluhan atau sosialiasi ke sekolah-sekolah diharapkan mampu memberikan mereka pengetahuan dasar mengenai pendidikan serta etika berlalu lintas.

Dalam dokumen BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN (Halaman 93-100)