• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan I. Karakter Agro-Fisiologi Tanaman Jintan Hitam (Nigella sativa L.) di Tiga Ketinggian Tempat

Percobaan pertama ini bertujuan untuk mempelajari karakter agro-fisiologi tanaman jintan hitam di daerah tropika. Penelitian dilaksanakan di tiga ketinggian tempat yaitu Kebun Percobaan (KP) Cimanggu (350 m dpl), KP Cicurug (550 m dpl) dan KP Manoko Lembang (1301.5 m dpl). Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai September 2012. Analisis karakter fisiologi dilakukan di Laboratorium Molecular Marker and Spectrophotometry UV-VIS, dan Microtechnique, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk percobaan pertama adalah pupuk kandang sapi, benih jintan hitam yang diimpor dari Arab Saudi, polibag dan bahan untuk analisis klorofil adalah asetris dan supernatan. Alat yang digunakan selama di lapangan adalah alat pencatat suhu harian dan untuk analisis fisiologi menggunakanSPAD 502, spektrofotometer, mikroskop stereo, mikroskop elektrik dan kamera.

Prosedur Analisis Data

Percobaan pertama ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor. Prosedur pelaksanaan adalah mencatat suhu harian untuk mendapatkan jumlah satuan panas. Perhitungan jumlah satuan panas = Σ([suhu maksimum + suhu minimum]/2)-5 OC (Rahimi dan Kamali 2012) dan mengambil sampel berupa daun jintan hitam untuk dianalisis karakteristiknya.

10

Pelaksanaan Percobaan

Percobaan pertama dilakukan pada bulan April sampai September 2012. Upaya awal yang dilakukan adalah mencari sumber benih jintan hitam, mengkoleksi biji dari beberapa tempat seperti pasar, toko sampai kebun koleksi tanaman obat. Tahap ke dua adalah menentukan daerah percobaan untuk penanaman jintan hitam. Penentuan tempat percobaan penanaman berdasarkan ketinggian tempat mulai dari dataran rendah yaitu KP Cimanggu, dataran sedang KP Cicurug dan dataran tinggi KP Manoko Lembang. Benih direndam terlebih dahulu dalam air selama 12 jam kemudian ditiriskan dan disemai pada bak semai yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang (1:1) (v/v). Selama pembibitan dilakukan penyiraman secara teratur untuk menjaga kelembaban dengan menggunakan sprayer. Tahap berikutnya adalah pencatatan suhu harian pada tiap lokasi pengamatan dan analisis karakter fisiologi pada lingkungan tumbuh yang sesuai. Pengambilan sampel untuk kehijauan daun, analisis kandungan klorofil, pengamatan stomata dan trikoma dilakukan pada umur 7, 11 dan 15 minggu setelah semai (MSS). Berikut peubah yang diamati untuk karakter fisiologi tanaman jintan hitam:

1. Kehijauan daun. Kehijauan daun diamati pada daun ke tiga, saat daun mencapai pertumbuhan optimum dengan menggunakan klorofil meter SPAD 502.

2. Ketebalan daun. Pengukuran ketebalan daun dilakukan pada daun ke tiga, saat daun mencapai pertumbuhan optimum.

3. Kerapatan stomata. Jumlah stomata diamati pada daun ke tiga, saat daun mencapai pertumbuhan optimum.

4. Jumlah trikoma. Jumlah trikoma dihitung pada daun ke tiga, saat daun mencapai pertumbuhan optimum.

5. Analisis kandungan klorofil (mg g-1 daun segar). Kandungan klorofil diamati pada daun ke tiga saat daun mencapai pertumbuhan optimum. Analisis kandungan klorofil dilakukan berdasarkan metode Sims dan Gamon (2002). Sampel daun ditimbang dengan berat ± 0.02 g. Daun tersebut dihaluskan dan ditambahkan asetris sebanyak 1 ml. Daun yang sudah halus dimasukkan ke dalam microtube 2 ml, mortar dibilas dengan asetris sampai microtube penuh 2 ml. Setelah itu disentrifugasi dengan kecepatan 14.000 rpm selama 10 detik. Supernatan diambil 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan asetris 3 ml ke dalam tabung reaksi dan tutup dengan kelereng kemudian di vortex. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 470, 537, 647 dan 663 nm.

Perhitungan klorofil menggunakan rumus berikut:

Klorofil a (µmol/cm2) = ((0.01373 x A663)-(0.000897 x A537) – (0.005507 x A647) x faktor pengencer x volume)/ luas daun

Klorofil b (µmol/cm2) = ((0.02405 x A647)-(0.004305 x A537) – (0.005507 x A663) x faktor pengencer x volume)/ luas daun.

11 Percobaan II. Laju Pertumbuhan dan Produksi Jintan Hitam (Nigella sativa

L.) dengan Aplikasi Pupuk Kandang Sapi dan Fosfat Alam Percobaan ke dua bertujuan mempelajari pengaruh kombinasi pupuk kandang sapi dan fosfat alam terhadap laju pertumbuhan dan produksi jintan hitam. Penelitian dilaksanakan pada lingkungan tumbuh yang sesuai menurut hasil dari percobaan pertama yaitu di KP Manoko Lembang. Kebun percobaan terletak pada 6o48’25,41” LS, 107o36’50,66” BT pada ketinggian 1301.5 m dpl dengan jenis tanah andisol. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2012 sampai Januari 2013. Analisis tanah dan pupuk kandang sapi dilakukan di laboratorium Balittro, fosfat alam dilakukan di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB. Dosis pupuk kandang yang digunakan mengacu pada penelitian Valadabadi dan Farahani (2011), sedangkan untuk fosfor mengacu pada penelitian Kizil et al. (2008).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk percobaan ke dua adalah pupuk kandang sapi, fosfat alam, benih jintan hitam dan polibag serta alat ukur berupa penggaris, timbangan sartorius, LI-3100 area meter dan oven. Sumber bahan tanaman berasal dari hasil percobaan pertama.

Prosedur Analisis Data

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Perlakuan terdiri atas dua faktor yaitu pupuk kandang sapi dan fosfat alam. Pupuk kandang sapi terdiri atas empat taraf, yaitu 0, 10, 20 dan 30 ton ha-1. Fosfat alam terdiri atas empat taraf, yaitu 0, 40, 80, 120 kg P2O5 ha-1 sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan. Tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (uji F) pada taraf 5%. Perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5% dengan program SAS versi 9.0.

Pelaksanaan Percobaan

Persiapan bibit sama halnya pada percobaan pertama. Periode pembibitan dilakukan selama tiga minggu sampai tanaman membentuk dua daun sempurna. Pupuk diberikan sesuai dengan perlakuan pada saat pengisian tanah pada polibag ukuran 20 cm x 25 cm. Pemberian perlakuan pupuk kandang sapi dan fosfat alam dilakukan dua minggu sebelum pindah tanam.

Konversi dosis pupuk per hektar ke dalam polibag adalah sebagai berikut: Pupuk per polibag = Dosis pupuk per hektar x bobot tanah dalam polibag (kg)

12

Bibit tanaman dipindahkan ke polibag yang telah diberi pupuk sesuai dengan perlakuan. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit tanaman secara manual. Pengamatan dimulai 5 minggu setelah semai (MSS). Peubah pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun (LD), indeks luas daun (ILD), bobot basah dan bobot kering setiap pengamatan dengan cara menimbang per satuan tanaman yang dihasilkan. Analisis pertumbuhan tanaman menggunakan metode Masarovicova (1997) yaitu laju tumbuh relatif (LTR), nisbah luas daun (NLD), dan laju asimilasi bersih (LAB) yang dilakukan mulai umur 7, 9, 11 dan 13 MSS. Peubah hasil yang diamati pada waktu panen adalah jumlah kapsul tanaman-1, jumlah biji kapsul-1 dan bobot 1000 biji.

Analisis pertumbuhan tanaman menggunakan metode Masarovicova (1997) dengan rumus sebagai berikut:

a. LTR = ln W 2 ln W 1

t2−t1 (g hari-1), dimana: LTR = Laju Tumbuh Relatif

W2 = bobot kering tanaman pada pengamatan ke-2 W1 = bobot kering tanaman pada pengamatan ke-1 t2-t1 = waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

b. NLD = L/W (cm2g-1), dimana: NLD = Nisbah Luas Daun L = luas daun

W = bobot kering tanaman c. LAB = W 2W 1

L2−L1 xln L2lnL 1

t2−t1 (g cm-2 hari-1), dimana: LAB = Laju Asimilasi Bersih

W2 = bobot kering tanaman pada pengamatan ke-2 W1 = bobot kering tanaman pada pengamatan ke-1 L2 - L1 = luas daun pada pengamatan ke-1 dan ke-2 t2-t1 = waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

Pengambilan sampel tanaman dilakukan pada umur 7, 9, 11 dan 13 MSS. Pengambilan sampel dilakukan empat kali dengan interval 14 hari sekali. Pengukuran luas daun dan bobot tanaman dilakukan di laboratorium Balittro.

Percobaan III. Pertumbuhan, Produksi dan Kandungan Senyawa Sekunder Jintan Hitam (Nigella sativa L.) dengan Aplikasi Pupuk Kandang Sapi dan Fosfat Alam

Percobaan ke tiga bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk kandang sapi dan fosfat alam terhadap pertumbuhan, produksi dan kandungan senyawa sekunder biji jintan hitam. Penelitian dilaksanakan pada lingkungan tumbuh yang sama dengan percobaan ke dua yaitu di KP Manoko Lembang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2013 sampai Maret 2014. Analisis senyawa

13 sekunder dilakukan di Laboratorium Forensik Mabes Polri dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk percobaan ke tiga untuk pupuk sama dengan yang digunakan pada percobaan ke dua, benih jintan hitam berasal dari hasil percobaan ke dua. Bahan yang digunakan untuk analisis senyawa sekunder adalah metanol, standar thymoquinone, BM: 164.2 g mol-1 (Sigma-Alldrich). Alat yang digunakan untuk analisis senyawa sekunder adalah GC-MS Agilent dan HPLC Shimadzu.

Prosedur Analisis Data

Penelitian menggunakan Rancangan Split Plot. Perlakuan terdiri atas dua faktor yaitu pupuk kandang sapi dan fosfat alam. Pupuk kandang sapi sebagai petak utama terdiri atas dua taraf, yaitu 0, 50 ton ha-1. Fosfat alam sebagai anak petak terdiri atas empat taraf, yaitu 0, 80, 160, 240 kg P2O5 ha-1 sehingga terdapat 8 kombinasi perlakuan. Tiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (uji F) pada taraf 5%. Perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5% dengan program SAS versi 9.0.

Pelaksanaan Percobaan

Lahan yang digunakan untuk percobaan di lapangan jenis tanahnya sama dengan yang digunakan untuk media pada percobaan ke dua yaitu andisol. Ukuran petak satuan percobaan adalah 1 m x 1 m dan jarak tanam yang digunakan 15 cm x 30 cm. Aplikasi pupuk kandang sapi dan fosfat alam dilakukan dua minggu sebelum tanam. Populasi bibit per satuan percobaan sebanyak 15 bibit. Bibit yang sudah berumur tiga minggu di bak semai dipindahkan ke polibag kecil selama dua minggu sebelum dipindahtanam ke lapangan dengan tujuan akar tanaman akan lebih kuat.

Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun diamati mulai umur 7-17 MSS, jumlah bunga mulai umur 9-17 MSS, jumlah kapsul tanaman-1, jumlah biji kapsul-1, bobot 1000 butir dan produksi ha-1, analisis jaringan tanaman dan kandungan senyawa sekunder diamati pada umur 19 MSS.

14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan I. Karakter Agro-Fisiologi Tanaman Jintan Hitam (Nigella sativa L.) di Tiga Ketinggian Tempat

Jumlah Satuan Panas (Heat Units)

Kondisi mikro di lokasi penanaman seperti suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu udaranya. Sebaliknya semakin rendah suatu tempat atau lokasi tanam maka suhu yang terdapat di lokasi tersebut semakin tinggi. Masing-masing lokasi yaitu dataran rendah KP Cimanggu, dataran sedang KP Cicurug dan dataran tinggi KP Manoko Lembang memiliki rata-rata suhu harian yang berbeda saat melakukan percobaan. Dataran rendah (Cimanggu) adalah 27.23 OC, dataran sedang (Cicurug) adalah 26.20 OC dan dataran tinggi (Manoko) adalah 20.88 OC (Lampiran1).

Pengamatan perkecambahan pada ke tiga lokasi percobaan tersebut dilakukan pada umur 21 hari setelah semai (HSS). Hasil yang diperoleh di KP Cimanggu dengan jumlah satuan panas 472.5 OC hari, dan KP Cicurug (451.5 OC hari) tidak terjadi perkecambahan pada benih jintan hitam. Sementara itu, di KP Manoko Lembang pada 6o48’25,41” LS, 107o36’50,66” BT, ketinggian 1301.5 m dpl dengan jumlah satuan panas 304.5 OC hari, benih jintan hitam mampu berkecambah dengan baik. Umur 23 HSS (494.5 OC hari) di KP Cimanggu sempat berkecambah satu benih, namun pada umur 27 HSS (607.5 OC hari) kecambah tersebut mengalami kematian. Dataran sedang di KP Cicurug sampai 30 HSS (645

OC hari), benih tidak mampu berkecambah (Gambar 3).

472.5 451.5 304.5

▓ ▓ ▓

KP Cimanggu KP Cicurug KP Manoko Jumlah satuan panas (OC hari)

Gambar 3 Jumlah satuan panas pada umur 21 HSS di KP Cimanggu (350 m dpl), KP Cicurug (550 m dpl) dan KP Manoko Lembang (1301.5 m dpl) Terhambatnya perkecambahan di dataran rendah dan dataran sedang diduga jumlah satuan panasnya berada di luar ambang batas minimum atau maksimum suhu harian. Menurut Brown (2013) hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan organisme dengan suhu sering mengikuti kurva sigmoid dimana

be rke ca m ba h ti da k be rk ec am ba h ti da k be rk ec am ba h

15 pertumbuhan dan perkembangan organisme akan terhenti apabila suhu berada di luar ambang batas. Apabila jumlah satuan panasnya berada diantara ambang batas atas dan bawah, maka pertumbuhan dan perkembangan organisme akan meningkat pesat.

Pengamatan terhadap jumlah satuan panas di KP Manoko Lembang terus dilakukan pada tanaman jintan hitam sehubungan dengan benih yang mampu berkecambah dan berkembang menjadi tanaman. Pengamatan yang dilakukan terhadap jumlah satuan panas dengan tujuan mendapatkan kebutuhan panas untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai dari semai sampai panen. Diketahuinya kebutuhan panas diharapkan dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti perkecambahan, pembungaan dan panen. Selain, kebutuhan panas, perbedaan iklim juga menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan, perkembangan, fenologi dan fisiologi tanaman jintan hitam di Indonesia salah satunya adalah suhu malam hari. Suhu malam hari yang tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis, ukuran gabah, jumlah biji per tangkai, hasil gabah dan indeks panen pada tanaman gandum (Prasad et al. 2008).

▓ ▓ ▓ ▓ ▓ ▓ ▓

Jumlah satuan panas (OC hari)

304.5 924 1120 1494 2015.5 2309.5 8167.5

Hari 21 35 14 13 56 10 149

Keterangan: perhitungan jumlah satuan panas berdasarkan rumus jumlah satuan panas = Σ([suhu maksimum + suhu minimum]/2) -5 OC (Rahimi dan Kamali 2012)

Gambar 4 Jumlah satuan panas pada perkecambahan, pembungaan, pembentukan kapsul dan panen di KP Manoko Lembang (1301.5 m dpl)

Jumlah satuan panas yang dibutuhkan untuk perkecambahan jintan hitam adalah 304.5 OC hari, pada hari ke 21. Bunga muncul pada 35 hari kemudian dengan jumlah satuan panas 924 OC hari. Bunga mekar pada14 hari kemudian. Awal pembungaan hanya akan terjadi apabila suhu minimum dan penyinaran minimum tercapai (Iannucci et al. 2007). Menurut Malhotra dan Vashishtha (2008) jintan hitam 50% berbunga pada 72-82 HSS, sedangkan Iqbal et al. (2010) menyatakan jintan hitam mulai berbunga dan 50% berbunga pada 146 dan 154 HSS. Cepatnya proses pembungaan yang terjadi di daerah tropika karena suhu dan intensitas cahaya lebih tinggi dibandingkan di daerah asalnya. Pembentukan kapsul dan panen pertama berturut-turut membutuhkan jumlah satuan panas 1494 dan 2015 OC hari (Gambar 4).

Tanaman jintan hitam berhasil berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman dan berbunga, pada percobaan ini menunjukkan bahwa perubahan iklim dan

pe m be nt uka n k aps ul pa ne n k aps ul k edua pa ne n k aps ul p ert am a bunga m ek ar m unc ul bung a pe rke ca m ba ha n se m ai

16

A

lingkungan tumbuh yang terjadi masih berada dalam kisaran yang dapat diterima secara alami oleh tanaman jintan hitam (Gambar 5). Iklim dan lingkungan tumbuh asal jintan hitam yaitu Mediterania pada dasarnya sangat jauh berbeda dengan iklim dan lingkungan tumbuh di Indonesia. Karakter lingkungan tumbuh jintan hitam di Turki yaitu pH tanah 7.8, curah hujan 349.4-424.1 mm tahun-1 dan suhu 9.5-10 OC (Tuncturk et al. 2011). Jintan hitam tumbuh di Jordan dengan ketinggian tempat 800 m dpl, curah hujan 319.2-462.5 mm tahun-1 dan suhu 6.9-20.1 OC (Talafih et al. 2007).

Penelitian plasma nutfah yang dilakukan di Pakistan terhadap 31 genotipe menjadi gambaran pertumbuhan dan perkembangan tanaman jintan hitam di daerah Mediterania. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tinggi tanaman 61.8 cm, pertama berbunga pada hari ke 146 hari, 50% berbunga pada hari ke 154 hari, bunga matang hari ke 188 hari, biomassa 22.67 g, jumlah cabang 7.34, jumlah kapsul 41.40 buah, bobot kapsul 7.48 g, bobot 1000 biji 3.41 g. Genotipe tersebut ada genotipe unggul dengan tinggi tanaman lebih dari 70 cm, pertama berbunga <130 hari, bunga matang <180 hari, biomassa > 30 g, jumlah kapsul > 50 kapsul, bobot kapsul > 10 g dan bobot 1000 biji > 5 g (Iqbal et al. 2010).

Gambar 5 Fase pertumbuhan dan perkembangan jintan hitam di KP Manoko Lembang (1301.5 m dpl): A: Biji, B: Kecambah, C: Bibit, D: Pertumbuhan, E: Pembungaan, F: Anthesis, G: Pembentukan kapsul, H: Kapsul

Karakteristik Fisiologi Tanaman Jintan Hitam

Karakter fisiologi diamati pada umur 7, 11 dan 15 MSS dengan tujuan untuk mengetahui karakter tanaman jintan hitam dari aspek fisiologinya. Pengamatan pertama dilakukan pada umur 7 MSS dengan mengamati peubah yang tersedia pada Tabel 1.

2

A B C D

17 Tabel 1 Keragaan karakter fisiologi jintan hitam pada umur 7, 11 dan 15 MSS di

KP Manoko Lembang (1301.5 m dpl)

Peubah pengamatan Umur (MSS)

7 11 15 Kehijauan daun 10.2 13.6 16.0 Kerapatan stomata (mm2) 73.0 83.2 91.7 Klorofil a(mg g-1) 1.2 1.7 1.6 Klorofil b (mg g-1) 0.4 0.7 0.6 Klorofil a/b 2.7 2.6 2.5 Total klorofil (mg g-1) 1.6 2.3 2.3 Tebal daun (µm) 168.0 177.3 158.3

Keterangan: Analisis dilakukan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Data tersebut dapat dilihat bahwa kehijauan daun dan kerapatan stomata cenderung meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Warna hijau pada daun yang tampak oleh mata terbentuk karena klorofil mengabsorbsi cahaya merah dan biru sedangkan cahaya hijau ditransmisikan atau direfleksikan (Taiz dan Zeiger 2002). Stomata memiliki beberapa karakteristik yang mengontrol atau menentukan laju fotosintesis yaitu kerapatan, ukuran dan konduktansi stomata (Khazaei et al. 2010). Kerapatan dan ukuran stomata memiliki hubungan yang sangat erat dengan efisiensi penggunaan air yang berkaitan dengan konduktansi stomata. Kerapatan dan ukuran stomata yang besar pada proses fotosintesis, menghasilkan efisiensi penggunaan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berukuran kecil (Guo et al. 2011).

Klorofil a, klorofil b dan total klorofil pada umur 11 dan 15 MSS tertinggi dibandingkan pada umur 7 MSS. Ali dan Hasan (2014) melaporkan bahwa total klorofil jintan hitam yang di tanam di Arab Saudi sebanyak 1.42 mg g-1, di India sebanyak 1.41-1.84 mg g-1 (Shah dan Samiullah 2007), 1.21-1.56 mg g-1 (Shah 2011), di Iran dan Tunisia masing-masing 2.26 dan 6.04 mg g-1 (Cheikh-Rouhou et al. 2007). Salvador et al. (2001) menyatakan bahwa pigmen klorofil merupakan parameter penting untuk mengevaluasi kualitas minyak. Rasio klorofil a/b cenderung menurun dengan bertambahnya umur tanaman. Pengamatan di akhir tebal daun berkurang. Pengurangan ketebalan daun berkaitan langsung dengan panjang dan susunan lapisan palisade. Semakin panjang sel palisade atau bila palisade terdiri atas beberapa lapis sel maka daun semakin tebal (Muhuria et al. 2006).

Karakter fisiologi yang diamati pada umur 7, 11 dan 15 MSS dapat dilihat pada Gambar 6. Jumlah trikoma pada jintan hitam pada perbesaran mikroskop 40x10 terdapat 1-2 trikoma. Cahaya yang diserap oleh daun dengan trikoma yang banyak berkurang 40% dibanding daun tanpa atau trikomanya sedikit (Taiz dan Zeiger 2002).

18

Gambar 6 Keragaan karakter fisiologi tanaman jintan hitam di KP Manoko Lembang (1301.5 m dpl): A: Tebal daun, B: Stomata, C: Trikoma, D: Klorofil

Percobaan II. Laju Pertumbuhan dan Produksi Jintan Hitam (Nigella sativa

Dokumen terkait