• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan (Maret sampai Desember 2009) dengan tahapan sebagai berikut: Maret sampai April 2009 persiapan penelitian, Mei 2009 pengambilan materi penelitian, Mei sampai Juli 2009 pelaksanaan penelitian, Juli sampai November 2009 pengolahan data, penulisan skripsi, dan ujian, Desember 2009 perbaikan skripsi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Non Ruminansia dan Satwa Harapan (NRSH) Blok C, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Materi

Materi penelitian yang digunakan adalah 72 ekor ulat sutera liar (Attacus atlas) instar enam, dipilih dari 131 ekor ulat sutera liar yang diambil secara acak dari perkebunan teh Walini di Purwakarta.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 buah kotak plastik berukuran 26 x 20,5 x 9 cm3, timbangan digital (kapasitas 200 g dengan ketelitian 0,01), penggaris, termohigrometer (pengukur suhu dan kelembaban ruangan), jangka sorong digital (pengukur panjang dan diameter kokon), benang jahit (pengukur lingkar kokon), kain kasa, kertas pencatatan, alat tulis, kamera digital, kantong plastik, gunting, dan label.

Prosedur Penelitian Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, ulat sutera liar (A. atlas) instar enam (Gambar 9) yang berasal dari perkebunan teh Walini di Purwakarta. Ulat yang diambil tidak semuanya instar enam sehingga hanya 72 ekor yang terpilih untuk diamati dan diukur. Serangga ini diambil langsung dari pohon teh dengan menggunakan gunting. Tempat yang digunakan untuk pengokonan adalah kotak plastik berukuran 26 x 20,5 x 9 cm3 sebanyak 72 buah. Kotak plastik tersebut telah dicuci bersih dan dikeringkan. Langkah selanjutnya, ranting dan sedikit daun dimasukkan ke dalam kotak sebagai tempat ulat mengokon. Bagian atas dari kotak yang terbuka tersebut ditutup dengan kain kasa supaya pada saat ngengat keluar dari kokon, ngengat tidak terbang

sehingga jenis kelamin ngengat dapat teridentifikasi. Ulat sutera liar instar enam yang telah siap mengokon dimasukkan ke dalam kotak pengokonan.

Gambar 9. Ulat Sutera Liar (A. atlas) Instar Enam Tahap Pengamatan dan Pengukuran

Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada seluruh kokon A. atlas yang kemudian dianalisis untuk diambil data primernya. Ulat sutera liar (A. atlas) instar enam setiap hari diamati untuk mengidentifikasi ulat mengokon (membuat kokon). Ulat yang telah selesai mengokon akan menghasilkan kokon matang. Kokon tersebut kemudian dibersihkan dari daun atau ranting yang menempel. Selanjutnya, dilakukan penimbangan bobot kokon utuh per empat hari sampai ngengat keluar dari kokon. Data yang diambil adalah bobot kokon utuh per empat hari, bobot kulit kokon, persentase bobot kulit kokon, bobot floss, persentase bobot floss, bobot pupa, persentase bobot pupa, panjang kokon, diameter kokon, lingkar kokon dan jenis kelamin ngengat.

Pengukuran terhadap kokon A. atlas yang telah kosong (ngengat yang sudah keluar dari kokon) antara lain penimbangan bobot kulit kokon dan bobot floss. Bobot pupa diperoleh dari selisih antara bobot kokon utuh dengan bobot kulit kokon dan bobot floss. Kokon ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian sampai 0,01. Pengukuran panjang, diameter dan lingkar kokon juga dilakukan setelah ngengat keluar dari kokon dan kokon telah dipisahkan dari floss. Pengukuran panjang dan diameter kokon dilakukan menggunakan jangka sorong digital. Lingkar kokon diukur menggunakan bantuan benang yang kemudian diukur dengan menggunakan penggaris. Identifikasi ngengat jantan/betina dilakukan dengan cara melihat antena, yaitu antena yang lebar menandakan ngengat berjenis kelamin jantan, antena yang kecil dan menyirip menandakan ngengat berjenis kelamin betina.

Gambar 10. Prosedur Penelitian

Identifikasi jenis kelamin ngengat

Penimbangan kokon (floss dan kulit kokon)

Pengukuran panjang, diameter dan lingkar kokon

Karakteristik Kokon Ngengat belum keluar dari kokon

Penimbangan bobot kokon utuh per empat hari hingga ngengat

keluar dari kokon (40 hari)

Ngengat keluar dari kokon Pengambilan ulat sutera liar

Persiapan tempat pengokonan

Penempatan ulat dalam kotak

Penimbangan bobot kokon utuh per empat hari hingga ngengat keluar dari kokon

Ulat mengokon pada daun atau ranting

dalam kotak Kokon

dibersihkan dari daun atau ranting

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik fisik kokon meliputi bobot kokon utuh yang diukur setiap empat hari, bobot kulit kokon, bobot floss, bobot pupa, panjang kokon, diameter kokon, dan lingkar kokon dengan menggunakan Statistix 8. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel yang berisi rataan masing-masing peubah yang diamati dan nilai minimum-maksimum. Bobot kulit kokon, bobot floss, bobot pupa dikelompokkan menjadi tujuh kelompok untuk mengetahui pola penyebaran data, pengelompokkan dilakukan dengan rumus [Kelompok = 1 + 3,33 Log n…(n = jumlah sample)] (Walpole, 1992).

Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antar peubah dilakukan uji korelasi dan uji regresi antara peubah yang diamati terhadap bobot kokon utuh dengan menggunakan Minitab 14. Rumus korelasinya adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya, 2006):

Keterangan :

r = koefisien korelasi X = peubah x

Y = peubah y

N = pengamatan ke- / jumlah sample

Uji regresi berguna untuk menelaah hubungan antara sepasang peubah atau lebih terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna sehingga dalam penerapannya lebih bersifat eksploratif dan pengukurannya lebih pada pendekatan empiris. Bobot kulit kokon A. atlas yang berasal dari kandang modifikasi (kandang C) memiliki korelasi dengan peubah- peubah yang lain yang bersifat positif atau pun negatif. Rumus regresinya sebagai berikut (Gaspersz, 1994):

Y = a + b X

a = – b Keterangan:

X = peubah bebas

a = intersep (perpotongan dengan sumbu x) b = gradien (kemiringan garis)

= rataan nilai y = rataan nilai x

n = pengamatan ke-/jumlah sampel

Jumlah ngengat yang keluar dihitung menggunakan persentase untuk mengetahui ratio jenis kelamin betina/jantan.

Peubah yang diamati pada morfometri kokon adalah sebagai berikut: 1. Bobot Kokon Utuh (BKU) (g)

Kokon utuh adalah kokon yang masih terdapat floss, kulit kokon, dan pupa. Bobot kokon utuh ditimbang dengan menggunakan timbangan digital setiap empat hari sekali sampai ngengat keluar dari kokon.

Gambar 11. Kokon Utuh Saat Ditimbang 2. Bobot Kulit Kokon (BKK) (g)

Kulit kokon adalah kokon yang sudah tidak terdapat floss dan pupa. Bobot kulit kokon ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

Gambar 12. Kulit Kokon Saat Ditimbang

3. Persentase Bobot Kulit Kokon (PBKK) (%)

Persentase bobot kulit kokon dihitung berdasarkan bobot kulit kokon dibagi dengan bobot kokon utuh dan dikalikan 100%.

PBKK = x 100% Keterangan : BKK = bobot kulit kokon (g)

BKU = bobot kokon utuh (g) 4. Bobot Floss (BF) (g)

Floss adalah serabut serat yang terdapat di bagian terluar dari kokon. Floss dipisahkan dari kulit kokon. Bobot floss ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

Gambar 13. Floss Saat Ditimbang

5. Persentase Bobot Floss (PBF) (%)

Persentase bobot floss dihitung berdasarkan bobot floss dibagi dengan bobot kokon utuh dan dikalikan 100%.

PBF = x 100% Keterangan : BF = bobot floss (g)

BKU = bobot kokon utuh (g) 6. Bobot Pupa (BP) (g)

Pupa adalah calon ngengat yang berada di dalam kokon. Bobot pupa diperoleh dari selisih antara bobot kokon utuh dengan bobot kulit kokon dan bobot floss.

7. Persentase Bobot Pupa (PBP) (%)

Persentase bobot pupa dihitung berdasarkan bobot pupa dibagi dengan bobot kokon utuh dan dikalikan 100%.

PBP = x 100% Keterangan : BP = bobot pupa (g)

BKU = bobot kokon utuh (g) 8. Panjang Kokon (PK) (mm)

Panjang kokon diukur mulai dari bagian ujung posterior hingga bagian ujung anterior dari kokon. Panjang kokon diukur dengan menggunakan jangka sorong digital.

Gambar 14. Pengukuran Panjang Kokon

9. Diameter Kokon (mm) Diameter diamati pada:

 ¼ bagian posterior (D1)

 bagian medial (D2)

 ¼ bagian anterior (D3)

Diameter kokon diukur menggunakan jangka sorong digital.

D1

D3 D2

Gambar 15. Pengukuran Diameter Kokon

10.Lingkar Kokon (mm) Lingkar kokon diamati pada :

 ¼ bagian posterior (L1)

 bagian medial (L2)

 ¼ bagian anterior (L3)

Lingkar kokon diukur menggunakan benang jahit kemudian benang tersebut direntangkan pada penggaris untuk melihat ukuran dari lingkar kokon tersebut.

Gambar 16. Pengukuran Lingkar Kokon 11.Identifikasi Ngengat Jantan/Betina

Identifikasi ngengat jantan/betina dilakukan setelah ngengat keluar dari kokon. Antena yang lebar menandakan jenis kelamin jantan sedangkan antena yang kecil dan menyirip menandakan jenis kelamin betina.

L3 L2 L1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait